Cean tidak dapat menahan senyumannya ketika mobil yang dia dan bundanya naiki sudah sampai di pekarangan rumah Chyra. Bundanya juga kelihatan lebih segar dengan riasan natural—yang sudah lama tidak Cean lihat. Mereka berjalan beriringan dengan Cean yang merangkul tangan bundanya. Biasanya Bunda tampak marah, tetapi hari ini wanita itu tampak berbeda dan terus saja menampilkan senyum ramahnya.
Ketika sampai di pintu rumah, mereka langsung disambut oleh kehadiran Jesika. Wanita itu langsung bersalaman khas ibu-ibu ketika bertemu dengan Bunda.
"Ya ampun, anak Mami yang satu ini." Jesika memeluk Cean dengan erat seakan mereka sudah lama tidak berjumpa. "Mami kangen banget loh sama kamu."
"Yuk, masuk," ajaknya sembari menarik tangan Bunda dan menyuruh Cean untuk mengikuti mereka. Cowok itu mengangguk sembari mendengar pembicaraan mereka dari belakang. Dia sedikit heran mengapa Bunda bisa begitu akrab dengan Jesika.
Cowok itu mengangkat kedua bahunya perihal tak ingin memikirkan lebih lanjut. Mereka langsung menuju meja makan yang di sana sudah ada Papanya Chyra dan juga Radit. Keluarga itu kompak memakai pakaian berwarna biru gelap.
"Oh iya Cean, ini Chyranya masih di atas. Biasalah anak gadis lama dandanannya. Tunggu sebentar, ya?" kata Jesika menjelaskan kepada Cean.
"Iya, Mami," jawab Cean sopan.
Sekitar lima menit mereka menunggu, Chyra datang dengan penampilan yang membuat siapa pun yang melihatnya terpesona. Gadis itu ikut serta dengan kedua orangtuanya menggunakan dress warna biru, bedanya dress yang dia gunakan terlihat lebih elegan seperti putri dari kerajaan. Make up natural itu juga semakin memperindah tampilannya.
"Cantik sekali," puji Bunda Cean membuat gadis itu tersenyum malu. Dia pun langsung mendekati Hilda dan mencium tangannya.
"Tante Hilda apa kabar?"
"Alhamdulillah baik. Sampai pangling loh Tante lihat kamu malem ini."
"Hehe, Tante bisa aja."
Setelah perbincangan kecil itu, Jesika langsung mengarahkan Chyra untuk duduk di kursi yang ada di sampingnya. Gadis itu langsung berhadapan dengan Cean yang kini tak berhenti menatap ke arahnya. Sebisa mungkin dia menyuguhkan senyuman terbaiknya untuk Cean dan mengatur napas agar tidak kelihatan gugup di hadapan lelaki itu
Mereka pun makan malam dengan khidmat, hanya tedengar denting sendok yang beradu. Namun, lain halnya dengan Radit. Anak itu tak bisa makan dengan tenang. Semenjak dia melihat wanita asing itu, tubuhnya mendadak berubah jadi kaku. Tak bisa dia pungkiri bahwa saat netra mereka bertemu, tatapan hangat yang awalnya wanita itu tampilkan, langsung berubah menjadi senyuman menyeramkan yang hanya bisa Radit lihat.
Anak itu sampai tak nafsu makan, Radit terlalu takut untuk banyak bergerak Sayangnya, hanya dia yang bisa merasakan itu. Berulang kali Radit mengirimkan kode kepada Chyra. Dia ingin bilang sesuatu pada kakaknya, tetapi gadis itu tidak menoleh sedikitpun padanya.
Jesika dan Nathan terlihat sangat bahagia, Radit tidak nyaman bila menggangu. Lagipula fokus utama mereka kali ini bukan padanya, melainkan pada sang kakak dan juga anak dari wanita itu. Di sini dia hanya menjadi pelengkap. Suara Radit tak bisa terdengar, makanya anak itu hanya bisa diam karena tak bisa ikut dalam perbincangan.
Setelah beberapa menit diisi dengan keheningan, Nathan langsung menyuarakan isi hatinya. "Baiklah, maksud kami mengundang kalian kemari adalah karena ada hal yang ingin istri saya sampaikan." Sang kepala keluarga mengatakan kalimat itu dengan sangat berwibawa.
Tentu saja mereka membicarakan hal ini setelah setelah melaksanakan dinner. Sebenarnya, acara inti dari malam ini adalah apa yang akan dikatakan oleh Jesika nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Hate You [End]
Teen FictionChyra Anzaela Permana. Anak kecil yang selalu ceria tanpa memperlihatkan kesedihannya. Itu dulu ... sebelum satu rahasia yang ia ketahui tentang orang tua kandungnya. Bahkan, rahasia itu baru ia ketahui setelah 10 tahun kemudian. Sebuah fakta yang m...