Awal semester baru kembali dimulai. Kali ini para siswa harus berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mempertaruhkan eksistensi mereka. Semester ini adalah penentuan kenaikan kelas, serta menjadi masa-masa sibuknya murid kelas 12 untuk meraih masa depan.Sama halnya dengan Chyra, meskipun semester kemarin dia meraih gelar juara umur yang pertama, itu bukan berarti dia harus berleha-leha. Gadis itu juga punya impian yang harus dikejar.
Terhitung mulai dari kemarin, dia sudah mempersiapkan amunisi untuk masuk ke perguruan tinggi. Chyra ingin menjadi dokter. Sejak bertemu dengan Samudra kecil yang sakit-sakitan—meskipun sekarang sudah sembuh total—Chyra mempunyai keinginan untuk merawat orang yang butuh pertolongan. Dia tidak mau kehilangan orang-orang yang ia sayang.
"Halo Anzel!"
Dengan senyum merekah, cowok itu melambaikan tangannya lalu berjalan di samping Chyra.
"Seneng banget lo hari ini?"
"Iya, ini kan hari Senin. Jadi harus semangat." Berani berbeda itu indah. Cean lalu memperagakan gerakan seperti sedang mengangkat besi menggunakan lengan kanannya.
"Kamu apa kabar, Anzel?" tanya Cean.
"As you can see," balas Chyra dengan mengangkat kedua bahunya.
"Kamu seneng?"
"Kenapa nanya gitu?"
"Gapapa, cuman pengen nanya aja."
Semenjak liburan kemarin, Cean sama sekali tidak menghubungi Chyra. Takut menganggu gadis itu pikirnya. Mereka memang sudah berbaikan sebelumnya, tetapi Cean masih merasa sungkan karena kini Chyra sudah memiliki pacar.
"Kamu mau temenin aku ke toko buku nggak hari ini?" Cean memperbaiki letak kacamatanya yang melorot. Cowok itu merasa jika kini Chyra kembali ke masa pertemuan pertama mereka. Terkesan cuek dan angkuh. Maka dari itu, dia ingin memperbaiki hubungannya dengan gadis itu. Cean tidak mau kehilangan orang yang sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri. Belahan hatinya.
Chyra nampak berpikir dengan keras lalu menggeleng tanpa menoleh ke arah Cean. "Enggak bisa. Hari ini gue ada les."
"Yah." Cean memanyunkan bibirnya. "Kalau malam juga enggak bisa, kah?" ajaknya dengan sedikit ngotot.
"Malam ini gue mau ketemu seseorang," balas Chyra masih menolak.
Cean mengerutkan keningnya merasa penasaran. "Siapa?"
"Kepo!" Chyra memutar bola matanya malas. "Udah, deh, lo ajak orang lain aja. Temen lo 'kan banyak tuh, kenapa enggak ajak mereka aja?" usulnya membuat Cean semakin cemberut.
"Hm, kamu mau ketemu sama Samudra, ya?"
Gadis itu langsung menatap heran ke arah Cean. Bingung kenapa tebakannya bisa setepat itu. "Kok lo tau."
"Enggak tahu juga, sih. Aku cuma asal nebak," kata Cean. Jujur saja, dia bisa tahu jika orang itu Samudra adalah karena senyum sumringah di wajah gadis itu. Tak ada yang bisa membuat Chyra seperti kalau bukan karena sahabat kecilnya.
"Sebenarnya aku mau liatin kamu sesuatu."
Chyra menaikkan sebelah alisnya. "Apa? Ntar aja kalau gue ada waktu. Lagipula gue harus bilang ke Samudra dulu."
Samudra lagi, batin Cean. "Aku mau ngajak kamu ke toko buku karena aku nulis—"
"Eh, sorry, ya, nanti aja." potong Chyra membuat Cean menutup mulutnya rapat-rapat. "Kalau gue ada waktu," sambungnya lagi.
Gadis itu berlari menjauhi Cean lalu memeluk sahabatnya—Rindu—yang berada di dekat tangga kelas 10. Mereka langsung berjalan beriringan dengan tawa berderai yang tak bisa Cean ciptakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Hate You [End]
Teen FictionChyra Anzaela Permana. Anak kecil yang selalu ceria tanpa memperlihatkan kesedihannya. Itu dulu ... sebelum satu rahasia yang ia ketahui tentang orang tua kandungnya. Bahkan, rahasia itu baru ia ketahui setelah 10 tahun kemudian. Sebuah fakta yang m...