Berkat ajakan dari Chyra kemarin, hari ini—setelah pulang sekolah—Cean akan mengunjungi rumah gadis itu. Tadi, pada jam istirahat dia tidak bertemu dengan Chyra, tetapi gadis itu memberitahu Cean lewat chat untuk tidak melupakan ajakannya.
Setelah menuruni angkot karena supirnya lupa menjemput, Cean masuk ke pekarangan rumah Chyra yang sangat luas. Meskipun rumahnya sudah besar, tetapi ukuran rumah Chyra dua kali lebih luas dibandingkan dengan rumahnya. Apalagi jika dilihat secara dekat seperti ini. Untung saja, tadi saat lewat ke depan, ia tidak dianggap pencuri oleh satpam yang berjaga.
Cowok itu harus berjalan sekitar 100 meter untuk masuk ke dalam. Banyak rumput hijau di sekitarnya. Cean juga melihat pekarangan bunga yang sangat indah serta air mancur yang berada tepat di tengah halaman. Persis seperti rumah impian yang biasa ditayangkan di tv-tv.
Cean sempat berpikir jika ibu Chyra juga sangat menyukai bunga matahari, terbukti dari bunga itu yang paling mendominasi di sini, selain dari bunga anggrek, mawar, dan kembang sepatu.
Kini, Cean berada di pintu depan rumah Chyra. Dia menekan tombol bel berulang kali, tetapi sepertinya tidak ada yang mendengar. Maka dari itu Cean langsung menghubungi gadis itu agar tidak terlalu lama menunggu di depan.
Beberapa menit menunggu, terdengar bunyi derit pintu yang terbuka. Betapa terkejutnya dia ketika yang membukakanya adalah seorang anak laki-laki yang sudah lama ingin dia jumpai.
Mulanya anak itu nampak terkejut sampai harus mengucek matanya berulang kali. Hingga akhirnya dia langsung berlari untuk memeluk Cean
"Hai Kak Cean, apa kabar?"
"Alhamdulillah, baik." Cean mengacak rambut Radit saking gemasnya. "Kamu baik?"
Radit menyunggingkan senyum manis. "Sangat-sangat baik!"
"Syukurlah."
"Oh iya!" Radit menepuk jidatnya. "Ayo masuk, Kak! Mami sama kakak udah nunggu di dalam," ajaknya sembari menarik tangan Cean untuk mengikuti langkahnya. Cean sampai hampir terjungkal jika tidak segera mengikuti.
Cowok itu terlihat kebingungan ketika mendengar kehadiran sangat dinanti.
Radit membawanya masuk ke dalam. Cean kira mereka akan berhenti ketika sampai di ruang tamu, tetapi ternyata Radit malah menarik tangan Cean untuk masuk semakin dalam.
Mereka melewati ruang tamu, ruang keluarga, dapur, dengan jarak yang lumayan jauh hingga Cean menemukan sebuah pintu kaca yang berbatasan langsung dengan halaman belakang.
Di sana, ada Chyra dan ibunya yang tengah berbicara santai. Mereka langsung menoleh ke arah Cean ketika mendengar pintu dibuka. Saat itulah Cean merasa tubuhnya membeku. Rasanya canggung jika ditatap langsung seperti itu, apalagi oleh Ibu Chyra sendiri.
"Em ... halo, Tante," sapanya saat pandangannya bertemu dengan Jesika.
Wanita itu tersenyum ramah. Dia langsung mengajak Cean untuk mendekat ke arahnya. "Sini-sini duduk. Kamu pasti capek banget, ya, abis pulang dari sekolah?"
Cean langsung menghampiri Jesika dan menyalimi tangannya. "Hehe, enggak kok, Tante," balas Cean sembari duduk di tempat yang sudah diperintahkan Jesika.
Wanita itu berdecak seraya berkacak pinggang. "Kenapa tadi enggak barengan sama Chyra aja sih, Sayang?" Dia langsung memeluk Cean seakan mereka berdua sudah pernah bertemu. Bahkan Mami Chyra itu mengelap keringat yang ada di kening Cean dengan teliti.
Chyra mengangkat sebelah alisnya heran. Maminya--yang biasanya acuh tak acuh terhadap orang baru-- terlihat sama sekali tidak canggung dengan Cean. Padahal, Chyra baru bercerita tentang lelaki itu barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Hate You [End]
Dla nastolatkówChyra Anzaela Permana. Anak kecil yang selalu ceria tanpa memperlihatkan kesedihannya. Itu dulu ... sebelum satu rahasia yang ia ketahui tentang orang tua kandungnya. Bahkan, rahasia itu baru ia ketahui setelah 10 tahun kemudian. Sebuah fakta yang m...