Cean mengepalkan kedua tangannya ketika suara cemoohan terdengar nyaring di telinganya. Cean merasa tidak melakukan apa pun, tetapi mengapa orang-orang yang ia lewati menatapnya seperti itu? Pandangan benci itu seakan menusuk sukmanya. Membuat tangannya bergetar ketakutan.
Sepertinya ada yang salah dari Cean. Mereka memelototi cowok itu dari atas ke bawah lalu bergunjing seakan Cean tidak ada di depan mereka. Cean sontak berhenti berjalan ketika dua orang siswi dari kelas sebelah menghadangnya. Cowok itu menatap mereka penuh tanda tanya.
"Oh jadi ini yang udah ngotorin nama baik sekolah kita?" Salah seorang cewek dengan rambut dipotong pendek maju satu langkah lalu menarik kerah baju Cean.
"Ada apa?" tanya Cean kebingungan. Salahnya apalagi kali ini?
Seorang siswa lain memperlihatkan Cean sebuah foto dimana dirinya yang sedang topples dan ... sedang berciuman dengan seorang pria. Foto tersebut memang nampak membelakangi kamera, tetapi orang manapun pasti akan tahu bahwa itu adalah dirinya. Ternyata tidak hanya satu foto, banyak bukti-bukti lain yang menjelaskan bahwa itu memang Cean.
Sekujur tubuhnya terasa membeku. Keringat dingin mengucur bebas dari keningnya. Cean merampas ponsel itu lalu berniat untuk menghapusnya. Sayang, ponsel itu kembali diambil oleh sang pemilik.
"Lo mau ngapus? Gabisa, tsay. Foto ini udah tersebar seangkatan."
"Maksud kalian?" Cean menelan ludahnya kasar. "Itu bukan aku," belanya dengan napas terengah.
Sinta-nama gadis itu-langsung mencekik pipi Cean dengan geram. "Dibayar berapa lo sama mereka?"
"Murah banget jadi cowok," celetuk Restu lalu mendengus keras. "Pantesan aja lo dikeluarin dari sekolah lama lo, ternyata ini penyebabnya."
"B-bwukan awku."Cean menggeleng tak mau mengaku. Dia bisa menjelaskan semua ini, tetapi mereka semua tak memberinya kesempatan untuk berbicara.
Sinta memojokkan Cean di tembok. Gadis itu mengurung Cean dengan kedua lengannya. Dilepaskannya kacamata yang bertengger di hidung Cean lalu dilempar hingga retak. "Gue akuin lo cakep banget." Dia mengelus rahang cowok itu dengan lembut. "Siapa sih cewek di sekolah ini yang enggak suka sama lo? But, why? Lo enggak punya uang apa gimana sampe mau bercocok tanam sama cowok?"
"Lo pasti nggak bisa horny kan liat cewek secantik gue?" Dengan sengaja gadis itu membuka dua kancing baju teratasnya. "Huhu, kesian," ejeknya hingga menyebabkan murid lain yang melihatnya tertawa dengan terbahak.
"Bitch! Sayang banget, ya, lo sukanya sama yang berbatang." Cean mengetatkan rahangnya. Dia tidak suka dipermalukan seperti ini, tetapi cowok itu juga harus menjaga nama baik ibunya agar tidak membuat masalah di sekolah.
Tak berani menatap Sinta, Cean memalingkan pandangannya dengan memejamkan mata. "Ayo main sama gue. Gue bakalan bayar lo lebih mahal dari cowok-cowok itu."
Cean mendesis mendengarnya. "Sebenarnya kamu lagi mempermalukan dirimu sendiri," katanya membuat Sinta menatapnya murka.
"Hei," gadis itu mendekatkan wajahnya ke telinga Cean, "orang dengan perilaku sex menyimpang seperti lo itu harusnya enggak pantas hidup di bumi. Mendingan lo mati aja."
Cean mendorong Sinta untuk menjauh dari sisinya. Akan tetapi, lengannya kembali ditarik oleh Restu hingga Cean menabrak dinding di belakangnya. "Ijun tolong ...," lirihnya saat melihat Ijun hanya berdiam diri sambil menatapnya datar. Bahkan teman-teman sekelasnya juga ikut menonton tanpa mau menolong.
"Hah? Yang bener lo minta tolong dia?" Restu terbahak hingga sudut matanya berair. "Lucu banget," katanya sembari bertepuk tangan.
*Malahan dia yang udah nyebarin semua foto ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Hate You [End]
Подростковая литератураChyra Anzaela Permana. Anak kecil yang selalu ceria tanpa memperlihatkan kesedihannya. Itu dulu ... sebelum satu rahasia yang ia ketahui tentang orang tua kandungnya. Bahkan, rahasia itu baru ia ketahui setelah 10 tahun kemudian. Sebuah fakta yang m...