📌 Chapter 10: I Miss You So Bad

275 11 0
                                    

"Nanti ... kita akan ketemu lagi."

-Ceano Aquilla

***

Samudra
Gue udah di Jakarta
Dua jam lagi gue nyampe di sana

Rindu baru saja menginjakan kakinya di halaman depan rumah ketika sebuah pesan menyapanya. Rindu mengukir senyuman selebar mungkin untuk mengekspresikan kebahagiaannya. Dia sampai memekik kegirangan karena tidak sabar untuk bertemu Samudra setelah dua bulan hanya berhubungan jarak jauh.

Jika kalian ingin tahu, Rindu di rumah sangat berbeda dengan Rindu di sekolah. Jika biasanya gadis itu selalu menampilkan wajah tak bersahabat dan berkata kasar kepada orang yang tidak disukainya, lain halnya jika di rumah. Semua topeng yang dia gunakan ketika di sekolah akan terbuka dengan sempurna. Dia akan berubah menjadi gadis anggun dengan senyum yang selalu menghiasi bibir indahnya jika bertemu dengan keluarganya. Rindu sangat menghormati ayah dan ibunya lebih dari apa pun di dunia ini. Pulang ke rumah adalah salah satu kebahagiaan terbesarnya.

Gadis itu menyimpan kembali ponselnya di ransel lalu masuk ke dalam rumah dengan gembira. Ketika akan menaruh sepatunya, Rindu menangkap ada sesuatu yang aneh di sana. Sepasang sepatu pantofel milik seorang pria yang sudah bertahun-tahun tak pulang ke rumah.

Rindu menahan detak jantungnya yang menggila. Apa firasatnya benar kali ini ia akan bertemu seseorang yang sangat ia sayangi? Dengan tangan bergetar, Rindu membuka pintu lalu bergegas ke dapur untuk mencari keberadaan ibunya.

Namun, apa yang ditemuinya di sana membuat Rindu tak bisa menahan buliran bening yang lolos satu persatu dari matanya. "A-ayah?"

Secepat mungkin Rindu berlari memeluk pria itu. Ia takut jika yang dia temukan hari ini hanyalah mimpi. "A-ayah?" panggilnya sekali lagi untuk memastikan kebenarannya. "Ini beneran Ayah, kan? Apa kabar, Yah? Ayah kapan pulang? Ayah kenapa baru pulang sekarang? Aku kangen banget sama Ayah."

"Rindu!" panggil seorang wanita dengan suara keras. Dari tadi dia memanggil anaknya, tetapi Rindu hanya menatap kosong ke depan dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.

Seketika itu pula Rindu tersadar dari lamunannya. Dengan hati berdebar dia melirik ke segala penjuru ruangan. "Ayah di mana, Bu?" tanyanya dengan linglung. Bukannya tadi dia memeluk ayahnya? Tetapi mengapa sosok itu hilang hanya dalam sekejap mata?

"Rindu." Wanita itu tersenyum lembut lalu mengusap pelan wajah anaknya. "Ayah belum pulang, Sayang. Rindu pasti lagi kangen banget sama ayah, ya?"

Deg!

Rindu tertegun mendengar itu. Apa dari tadi ia hanya berhalusinasi? Tetapi sepasang sepatu di depan tadi? Secepat kilat gadis itu kembali ke depan untuk memastikan semuanya dan ... di sana kosong. Hanya ada beberapa sepatu sekolahnya dan sendal untuk ibunya berbelanja.

"Ibu ... tadi aku lihat ayah di sana. Dia lagi duduk di meja makan," kata Rindu menjelaskan semuanya. Namun, wanita di hadapannya hanya bisa meringis lalu mendekatkan tubuhnya untuk menenangkan sang anak. "Ayah kamu enggak bisa pulang, Sayang."

"Kenapa, Bu?"

"Kondisi di sana sedang sulit. Ayah baru saja di phk dari tempatnya bekerja. Untuk pulang ke sini pun, ekonomi kita sedang tidak stabil. Beberapa bulan ini ayah kamu tidak mengirimi ibu uang. Untuk makan saja kita harus berhutang kepada para tetangga." Dengan terpaksa wanita berhijab itu menceritakan semuanya kepada anaknya. Dia yakin jika Rindu pasti bisa mengerti keadaan yang saat ini tengah mereka hadapi.

"Ibu ...," lirih Rindu setengah menahan tangis.

"Jangan menangis, Nak. Ibu tahu kamu anak yang kuat. Kita pasti bisa menghadapi ini bersama. Kita doakan saja semoga ayah bisa mendapatkankan pekerjaannya kembali dan pulang ke sini secepatnya."

The Way I Hate You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang