Sekolah dengan lima kantin ini nampak ramai. Banyak siswa-siswi berdesakan untuk membeli makanan, padahal tinggal lima menit lagi jam istirahat selesai. Suara celotehan ria, adu gosip, bahkan tak jarang membicarakan kesalahan orang lain tengah dilakukan bagi sebagian orang di tempat ini.Cean yang ingin membeli makanan pun harus berjalan dengan sedikit berhati-hati agar tak menabrak orang lagi. Dia sedikit takut jika kejadian kemarin terulang kembali. Beruntung, hari ini si kakak kelasnya itu sedang tidak nampak keberadaannya di kantin mana pun. Cean sungguh bersyukur akan keajaiban itu. Akhirnya dia bisa makan dengan tenang tanpa gangguan apa pun.
Namun, beberapa saat kemudian mejanya digebrak dengan keras hingga membuat beberapa pasang mata menatap dengan heran. Kira-kira apa gerangan seorang gadis berhijab di depan mereka ini bertingkah sedemikian rupa.
Cean yang tengah menyendok nasi goreng itu pun langsung menghentikan kegiatannya. "Kenapa, Kak?" tanya Cean dengan sopan.
"Lo!" Gadis itu menunjuk Cean yang ada di hadapannya dengan tatapan memohon. "Tolongin gue, ya, plis."
"Tolong kenap--"
"Enggak bisa, Kak. Ini anak baru aja pingsan tadi," potong Ijun yang membuat Cean langsung mengerucutkan bibirnya. "Aku baik-baik aja, Jun," kilahnya lagi.
"Eh, kalau gitu enggak jadi, deh," kata gadis itu dengan lesu.
"Aku enggak apa-apa, Kak. Ijun cuma asal ngomong aja tadi. Kakak mau aku bantuin apa?" Cean masih saja bersikukuh bahwa dia bisa melakukan segalanya. Dia juga sempat menutup mulut Ijun rapat-rapat agar tidak berbicara lagi. "Oh iya, teman Kakak yang biasa kemana?"
"Nah itu dia!" Rindu menggaruk pelipisnya. Sedikit ragu untuk meminta bantuan kepada anak yang pernah menjadi korban penindasan dari Chyra, tapi masalahnya dia sangat membutuhkan itu. "Tolong beliin Chyra makan bisa gak? Sorry banget. Tadi dia nitip sama gue, tapi sekarang gue dipanggil ke ruang kepala sekolah. Waktu istirahat juga mau habis. Gue takut itu anak malah pingsan gara-gara enggak sarapan. Sumpah, gue udah enggak tahu mau minta tolong ke siapa lagi. Mana itu anak katanya lagi sakit perut."
Cean mengangguk mendengar penjelasan dari kakak tingkatnya ini, sementara Ijun sedari tadi sudah seperti cacing kepanasan akibat Cean menutup mulutnya terlalu lama. "Oh gitu. Oke deh. Kakak tenang aja, Cean bantuin."
"Makasih banget, ya. Ini uangnya, kembaliannya ambil aja," kata Rindu sambil mengeluarkan uang 50.000 dari dalam dompetnya. Kemudian gadis itu pergi dengan tergesa meninggalkan Cean dan Ijun yang tercengang di tempatnya.
"Lo makan aja dulu. Gue aja yang pesenin buat dia."
"Enggak, Jun." Cean menyilangkan kedua tangannya menolak tawaran dari Ijun. Lelaki itu juga sempat menyakinkan Ijun dengan tatapannya yang seolah berkata bahwa ia baik-baik saja. "Aku pergi dulu, ya!"
Belum sempat Ijun membalas ucapan dari Cean, lelaki itu sudah terlebih dahulu pergi meninggalkannya seorang diri. "Bodoh banget tuh anak. Udah tau lagi sakit," batin Ijun sembari menatap datar ke arah kepergiannya.
***
"Assalamualaikum, Kak."
Chyra yang tengah memejamkan mata langsung mengangkat kepala. Dia mengucek kedua belah matanya sembari menekan perutnya yang masih terasa sakit.
Gadis itu menatap tanpa minat ke orang yang telah berani mengusik tidurnya. "Siapa yang ngizinin lo buat masuk ke sini?" Wajah Chyra langsung berubah menjadi datar saat merasa kenyamanannya diganggu.
"Ini ada titipan dari kak Rindu. Katanya dia enggak sempet buat ngasi ke Kakak."
Chyra menajamkan pandangannya ke arah lelaki yang sempat ia temui beberapa waktu terakhir ini. "Gak usah caper! Lo mau ngatain gue lemah 'kan gara-gara gak bisa ke kantin sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Hate You [End]
Teen FictionChyra Anzaela Permana. Anak kecil yang selalu ceria tanpa memperlihatkan kesedihannya. Itu dulu ... sebelum satu rahasia yang ia ketahui tentang orang tua kandungnya. Bahkan, rahasia itu baru ia ketahui setelah 10 tahun kemudian. Sebuah fakta yang m...