📌 Chapter 36: Bundanya Cean

105 6 1
                                    

"Hilda?"

Wanita itu tersentak ketika sebuah suara membuatnya terbangun dari lamunan. Netranya berpendar, melihat ke sana ke mari untuk mencari keberadaan orang yang sempat membuatnya kaget tadi. Beberapa saat kemudian, sudut bibirnya terangkat kala menangkap keberadaan seorang suami istri yang nampak awet muda. Sepertinya sang istri tengah hamil besar, nampak dari perut buncitnya. Mereka berdua juga membawa seorang anak laki-laki berumuran sekitar 12 tahun.

"Kamu Hilda, 'kan?"

Saat suara itu masuk ke dalam telinganya, Hilda terpaku lalu mengangguk beberapa kali dengan senyum yang masih terpatri di wajahnya.

"Apa kabar, Nathan?" katanya seraya menjulurkan tangan.

"Dia siapa, Mas?" Istri pria itu berbisik, tetapi suaranya masih bisa terdengar oleh Hilda.

"Teman lamaku," balas Nathan.

Dia menjabat tangan Hilda sembari berkata, "Saya baik. Bagaimana denganmu?"

Terakhir kali Nathan bertemu dengan Hilda adalah ketika wanita itu mengucapkan salam perpisahan padanya karena akan mengikuti suaminya keluar negeri. Nathan tidak menyangka akan berjumpa lagi dengannya setelah beberapa tahun hilang kabar.

"Ekhem, sorry?" ujar Jesika, canggung. 
Dengan cepat dia menarik tangan Nathan dari wanita itu. Jesika bisa melihat jika wanita bernama Hilda itu menatap suaminya dengan tatapan penuh minat.

"Ini siapa, Nath?" Hilda mengarahkan pandangannya pada wanita yang ada di samping Nathan.

Pria itu memeluk pinggang Jesika dengan erat. "Ini istri saya. Jesika namanya." Jesika menampilkan senyum paksa saat netranya bertemu dengan Hilda.

Garis bibirnya langsung melengkung ke bawah ketika Nathan mengatakan bahwa Jesika adalah istrinya. Akan tetapi wanita itu berusaha untuk menutupi itu semua dengan menanyakan hal lain pada Nathan. "Kamu ngapain ke sini?"

"Maaf sebelumnya," Jesika memotong pembicaraan mereka berdua, "kamu kenapa bisa ada di depan ruangan Cean, ya?"

Nathan juga sama penasarannya. Pria itu bingung saat melihat wanita itu ada di depan ruangan ini. Kebetulan ruang rawat inap Cean adalah VVIP yang tidak sembarangan orang bisa masuk.

Tadi, sewaktu Jesika menjelaskan bahwa dia menemukan Cean dalam kondisi drop, Nathan langsung bergegas menuju ruang perawatan Cean bersama Jesika. Akan tetapi, baru saja setengah perjalanan, dia dibuat keheranan dengan kehadiran seorang wanita yang ternyata adalah Hilda.

Radit menarik baju Jesika. "Kenapa, Dit?"

"Radit mau pergi jagain kak Chyra, ya, Mi. Kayaknya dia udah bangun sekarang. Radit takut kak Chyra nyari kita nanti." Jesika mengangguk mengiyakan. Memang, saat mereka pergi kemari, Chyra tengah tertidur lelap setelah diberi Dokter obat.

"Hafal jalannya, 'kan?"

Radit mengangguk lalu mengacungkan jari jempolnya. Anak itu lari terbirit-birit menuju ruangan Chyra hingga membuat ketiga orang dewasa yang ada di belakangnya merasa gemas.

Setelah kepergian Radit, Hilda menyatukan kedua tangannya lalu menunduk dan tersenyum pilu. "Cean itu anakku."

Untuk pertama kalinya, Hilda berani menyatakan bahwa Cean adalah anaknya, setelah apa yang dia lakukan selama ini. Matanya ikut berkaca-kaca saat mengingat tentang kondisi Cean di dalam sana.

Nathan dan Jesika masih berusaha mencerna kata yang barusan diucapkan oleh Hilda. "Jadi, benar kamu ibunya?" tanya Jesika masih tidak percaya.

"Iya, Jesika," Hilda menarik napas panjang, "Cean adalah buah hatiku. Untuk apa aku berbohong tentang anakku sendiri?"

The Way I Hate You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang