Di sisi lain Samudra kini tengah mengendarai mobilnya menuju tempat perjanjiannya dengan seseorang. Degup jantungnya berdetak lebih kencang apalagi saat mobilnya memasuki area parkiran. Lelaki itu menelan ludahnya kasar saat manik matanya bersitatap dengan pemilik netra coklat gelap itu. Berulang kali dia menarik napas panjang untuk menetralkan degup jantungnya yang memburu. Samudra terus saja meyakinkan dirinya bahwa semua ini baik-baik saja dan tidak ad yang perlu dikhawatirkan.Samudra memasuki café tersebut dengan langkah besar seakan ingin semuanya cepat selesai. Dia hanya ingin memastikan bahwa apa yang dia yakini selama ini adalah hal yang salah. Aroma kopi langsung menyergap hidungnya bersamaan dengan itu pula lonceng di atas kepalanya berbunyi pertanda ada seseorang yang masuk.
Beberapa insan masih sibuk dengan urusannya sendiri, lain halnya dengan seorang wanita di ujung sana yang terus menatap Samudra dari atas hingga ke bawah. Merasa risih diperhatikan dengan sebegitunya, Samudra dengan cepat menghampiri wanita tersebut lalu menarik kursi dan duduk tepat dihadapannya.
"What do you want?" tanyanya tanpa basa-basi karena jujur saja wanita itu juga muak melihat bocah tengil dihadapannya ini.
"Explain!" Perkataan Samudra syarat sekali merupakan perintah yang harus wanita didepannya ini lakukan.
"Apa yang mau kamu tahu?" tanya wanita itu mulai geram.
Samudra menatapnya dengan tajam. Dia ingin tahu semuanya. Menagapa wanita ini banyak bertanya. "Who's Cean?" Cowok itu bertanya dengan nada dingin—memilih mengalah untuk memberikan pertayaan agar rasa penasarannya cepat terselesaikan.
"He's my son." Wanita itu menjawab tanpa beban seakan kejadian percobaan pembunuhan yang baru Samudra lihat beberapa waktu lalu itu adalah khayalannya semata.
"Enggak usah pura-pura lagi Nyonya Hilda. Saya lihat dengan mata saya sendiri apa yang anda lakukan pada anak anda sendiri beberapa waktu lalu. Saya bisa saja melaporkan anda ke kantor polisi atas dasar percobaan pembunuhan."
Wanita yang ternyata adalah Hilda itu langsung mengeluarkan tawanya hingga terbahak. Tawanya tidak berhenti hingga atensi sebagian orang teralihkan padanya. "Do it!" Hilda mengusap sudut matanya yang berair. "Kamu mau lihat saudara kamu tersiksa karena ibunya masuk penjara?"
Bagai tersambar petir Samudra langsung menegakkan badannya serta membelalakkan matanya tidak percaya. "Maksud anda apa?"
Hilda kembali terkekeh melihat ketidaktahuan lelaki dihadapannya ini. Diam-diam dia mengukir senyum lebar karena sebentar lagi kebenarannya akan terungkap. Wanita itu tidak sabra akan reaksi yang akan ditunjukan Samudra jika dia membeberkan faktanya.
Ah, mungkin Hilda akan menjelaskannya dengan pelan-pelan. Dia tidak mau lelaki itu sampai sakit jantung dan meninggal di tempat. Bagaimanapun Hilda sebenarnya takut disalahkan dan dijebloskan ke penjara.
Terlalu larut dalam lamunanya akibat Hilda mengatakan mereka berdua bersaudara Samudra sampai tidak sadar jika dia menarik rambutnya terlalu kuat. Tiba-tiba saja sekilas ingatan ketika Cean datang ke makam ayahnya Bersama Chyra membuat napasnya berhenti saat itu juga.
"Bapak enggak mungkin punya anak dengan wanita lain. Anugrah Sentoso adalah orang yang paling sempurna." Setidaknya kalimat itu yang terus Samudra ingat karena hampir Ibu ucapkan setiap hari. "Bapak adalah lelaki paling setia di dunia ini. Bahkan ibu yang ada di samping bapak di detik-detik terakhir kehidupannya," lirih Samudra sembari menggelengkan kepalanya. Tidak, dia tidak boleh percaya begitu saja atas apa yang sudah wanita ini ucapkan.
Bapak tidak akan selingkuh hanya demi wanita murahan ini! batinnya kesal.
"Sayang sekali lelaki itu harus mati lebih awal. Andai saja dia masih hidup mungkin saya akan lebih bahagia melihatnya penuh luka." Hilda menaikkan sebelah sudut bibir sembari merotasikan bola matanya. "Lelaki bajingan itu harusnya melihat anaknya menderita."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Hate You [End]
Teen FictionChyra Anzaela Permana. Anak kecil yang selalu ceria tanpa memperlihatkan kesedihannya. Itu dulu ... sebelum satu rahasia yang ia ketahui tentang orang tua kandungnya. Bahkan, rahasia itu baru ia ketahui setelah 10 tahun kemudian. Sebuah fakta yang m...