Hallo! Ini cerita pertama aku, semoga suka yaaa....
Jika ada kesamaan nama, tempat dan lainnya aku minta maaf..
Itu karena murni ketidaksengajaanHappy Reading💙
***
SMA Merah Putih merupakan SMA terfavorit di Jakarta. Sekolah itu berdiri dengan megahnya di tengah kota.
Seorang gadis cantik yang baru saja tiba itu turun dari mobilnya setelah melihat gerbang yang menjulang tinggi itu tertutup rapat. Sial! Dirinya telat gara-gara macet.
Brak brak brak...
"Pak Broto! Pak tolong bukain gerbangnya, saya mau masuk." Gadis itu berteriak nyaring yang membuat seseorang dibalik gerbang terlonjak kaget.
"Ya ampun neng Lea gak usah teriak-teriak! Lagian kenapa neng Lea bisa telat sih?" tanya pak Broto, penjaga sekolahnya.
Gadis yang dipanggil 'Lea' atau lebih tepatnya Aleana Abigail itu berdecak sebal.
"Ih udah deh pak Broto jangan banyak nanya, mending cepet bukain gerbangnya saya mau masuk!"
"Aduh maaf neng gak bisa, nanti saya yang kena marah."
"Gak bakal kena marah pak, udah cepet bukain!"
Pak Broto dengan amat terpaksa pun mau tak mau harus membuka gerbangnya.
"Nah gitu dong dari tadi. Oh iya pak minta tolong buat sekalian parkirin mobil saya ya, saya udah telat banget ini hehe, makasih pak sebelumnya." Aleana berlari secepat yang ia bisa setelah sebelumnya melempar kunci mobil mewahnya itu pada pak Broto.
"Astaghfirullah sabar Broto, ini ujian." Gumam pak Broto dengan tangan yang mengelus dadanya.
Sementara itu, Aleana yang sudah sampai di depan kelasnya itu segera menetralkan pernafasannya yang tidak teratur lantaran harus berlari dari gerbang menuju kelasnya yang berada di lantai dua, ya walaupun di sekolahnya ada lift tetapi entah mengapa dia tidak terpikirkan untuk menggunakannya, bodoh memang.
Setelah dirasa yakin, dia memberanikan diri untuk mengetuk pintu di depannya. Dia berharap keberuntungan berpihak padanya.
Tok tok tok
Aleana memejamkan matanya tidak berani melihat seseorang di depannya yang sudah membukakan pintu kelas.
"Aleana Abigail jam berapa ini, kenapa kamu baru datang hah?" tanya seorang guru berkepala plontos itu.
"Maaf pak tadi di jalan macet banget, jadi saya telat deh," jawab Aleana dengan cengiran khas nya. Dia tidak yakin akan selamat setelah ini, pasti guru botak di depannya ini tidak akan membiarkannya lolos begitu saja.
"Alasan klasik. Sekarang kamu berdiri di lapangan, hormat pada bendera sampai jam istirahat." Titah pak Santoso, guru berkepala plontos itu.
Nah kan, seperti dugaannya bahwa pak botak ini tidak akan membiarkannya begitu saja. Pasti ada saja hukuman-hukuman yang dia berikan kepada muridnya yang berani melanggar aturan.
"Tapi pak-"
"Tidak ada tapi-tapian. Kamu mau saya tambah hukumannya?" tanya pak Santoso dengan nada tegas.
Dia melihat kearah teman-teman sekelasnya seolah meminta bantuan. Tapi teman sekelasnya itu malah memberi tatapan yang seolah mengartikan Maaf Al kita gak bisa selametin lo dari pak botak.
Aleana memutar bola matanya malas, dengan perasaan jengkel dia berjalan menuju lapangan dengan menghentakkan kakinya kesal.
"Gila aja ya si botak. Masih ada dua jam lagi buat istirahat dan gue harus berdiri selama itu. Mana gue belum sempet sarapan lagi, nanti gimana kalo gue tiba-tiba pingsan?" tanyanya pada diri sendiri.
"Eh eh itu Aleana ya? Dia dihukum kenapa tuh?"
"Ih kasian banget bidadari gue dihukum, pasti gara-gara si botak nih, dia kan suka banget ngehukum anak orang."
"Duh tapi kok dia masih keliatan cantik sih walaupun lagi dihukum gitu, mana keringetan lagi jadi nambah cantik aja."
"Gila dia cantik banget ya, emaknya dulu ngidam apa sampe anaknya bisa secantik itu?"
Bisikan-bisikan itu tertangkap jelas di indra pendengarannya. Sial dia malu sekali, ini pengalaman pertamanya dihukum seperti ini. Sebelum-sebelumnya dia tidak pernah dihukum karena dia selalu mematuhi peraturan sekolah dan menjadi anak emas guru-guru sini karena kepintarannya. Mungkin ini hari tersialnya.
Murid-murid yang tadi berbisik itu segera mengalihkan perhatiannya dari Aleana lantaran guru olahraga mereka menyuruhnya untuk pemanasan. Ya, mereka yang tadi berbisik-bisik itu sedang berolahraga yang membuat mereka harus ada di lapangan dan menyaksikan betapa mengenaskannya seorang Aleana Abigail dihukum.
Aleana tidak memperdulikan itu, dia tetap melanjutkan hukumannya walau dia sangat malu sekali karena menjadi pusat perhatian kelas sebelah yang sedang melakukan olahraga.
Tunggu-tunggu kenapa kepalanya terasa berat sekali dan pandangan nya pun mulai mengabur. Tidak, dia tidak boleh pingsan. Bisa tambah malu dia jika itu benar terjadi. Tapi dia sudah tidak bisa menahannya lagi dan sebelum matanya benar-benar tertutup telinganya mendengar orang-orang yang tadi berbisik-bisik itu meneriakkan namanya.
"ALEANA!!"
"Pak Aleana pingsan!"
Guru olahraga yang mendengar itu segera mengalihkan perhatian yang tadinya sedang sibuk melihat buku absen menjadi tertuju pada lapangan upacara yang sudah dipenuhi oleh murid-muridnya yang tadi sedang berolahraga.
"Ya ampun cepat bawa ke UKS! Zayan bapak minta tolong kamu buat bawa dia ke UKS!" ucap guru olahraga itu menatap Zayan, anak muridnya yang sedari tadi hanya diam memperhatikan.
"Kenapa saya? Yang lain kan bisa."
"Kamu ketua kelas, jadi bapak menyuruh kamu!"
Zayan Pradipta, seorang most wanted Merah Putih yang terkenal dingin dan tidak peduli pada sekitar itu berdecak kesal, tapi tak ayal dia juga menuruti guru olahraganya itu.
"Yang lainnya ayo cepat kembali ke barisan, mulai lagi olahraganya!"
Mereka yang mendengar itu segera berjalan menuju lapangan basket yang bersebelahan dengan lapangan upacara.
***
Jangan lupa vote dan komennya yaa!!!
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accismus [END]
Teen FictionAccismus - keadaan dimana kamu berpura pura tidak menyukai seseorang padahal sangat menyukainya- _________________________________________________ "Gila Al ! Lo ngoleksi foto dia sebanyak ini?? Hebat lo, di depan orang-orang lo bersikap seakan lo g...