Part 6

705 34 1
                                    

"Lea sekolah dulu ya papi. Papi hati-hati di jalan, jangan ngebut!" Aleana memperingati sang papi yang memiliki kebiasaan kebut-kebutan di jalan. Sudah diperingati berkali-kali tapi papi nya itu tidak mendengarkannya.

"Gak janji ya." Tuh kan bener, papi nya ini keras kepala sekali.

"Pokoknya kalo papi ngebut, Lea marah sama papi."

"Iya-iya udah sana kamu masuk!"

"Oke bye papi," Aleana mengecup pipi Damian sebelum keluar dari mobil.

Mobil yang dikendarai Damian melaju meninggalkan pelataran sekolah.

Aleana berjalan dengan langkah pelan memasuki sekolahnya. Sepanjang perjalanannya, seperti biasa, banyak yang menyapanya. Dan seperti biasa pula, Aleana hanya membalas dengan senyuman manisnya.

"Dorr!!"

Seseorang menepuk pundaknya kencang  dan berteriak nyaring di samping telinga Aleana.

Aleana terlonjak kaget dan menolehkan kepalanya ke belakang. Terlihat Tasya yang tengah tersenyum tanpa rasa bersalah.

"Apaan sih Sya, ngagetin aja." Dengus Aleana sebal.

"Hehe sorry. Eh btw tadi gue liat lo dianterin ya, tumben lo gak bawa mobil?" tanya Tasya heran. Pasalnya Aleana ini tidak pernah diantar seperti itu, biasanya ia akan membawa mobil mewahnya.

"Gak papa sih, pengen aja dianter papi."

"Papi lo udah balik dari London?"

"Udah, kemarin."

Aleana dan Tasya terus mengobrol sepanjang jalan hingga tak terasa sudah sampai di depan kelasnya.

"Eh Sya, lo tau gak-" belum selesai Aleana berbicara, Tasya dengan tampang polosnya memotong pembicaraannya.

"Enggak,"

"Ih diem dulu Sya! Gue belum selesai ngomong, lo main potong-potong aja."

"Yaudah lanjut!"

"Kemarin kan gue ngeliat Zayan tuh pas pulang sekolah. Dia lagi duduk di motornya sendirian, terus gue samperin dia buat ngucapin makasih karena udah nolongin gue. Lo tau gak responnya apa? Dia cuma ngangguk doang, gak jawab ucapan gue sama sekali. Ternyata bener ya kata lo, kalo dia itu irit ngomong." Aleana menarik nafas sebelum melanjutkan ceritanya.

"Terus abis itu kan gue pergi ya dari sana, nah pas di dalem mobil, jantung gue deg-degan nya kenceng banget tau. Gue gak tau kenapa, gue takut kena penyakit jantung. Jadi, abis dari tempat mami, gue ke dokter spesialis jantung dulu, tapi katanya gue sehat-sehat aja. Itu kira-kira kenapa ya Sya?"

"Al lo bego atau gimana sih? Itu artinya lo suka sama dia!"

"Ih apaan sih Sya, kok suka? Gue aja baru ketemu dia, ya kali gue langsung suka sama dia."

"Yee lo dibilangin gak percayaan banget sih. Ya bisa aja kan, lo suka pada pandangan pertama."

"Enggak tau Sya. Gue gak suka sama dia."

"Yaudahlah terserah lo aja."

***

Di tempat lain, lebih tepatnya di parkiran. Zayan baru saja tiba dengan kedua temannya, tak lupa juga seorang perempuan yang menduduki jok belakang motornya.

"Sayang aku duluan ke kelas ya. Nanti kamu jemput aku kalo istirahat, awas aja kalo lupa!" perempuan itu Clara, berbicara dengan nada manja nya, yang membuat orang yang mendengarnya bergidik jijik. Kenapa? Ya karena nada bicaranya itu dibuat-buat.

Keenan dan Rian saja sampai dibuat jijik. Tapi kenapa teman mereka yang satu itu seolah biasa saja. Ah mereka lupa, Zayan kan sudah berteman lama dengan Clara, jadi mungkin Zayan sudah terbiasa dengan itu.

Zayan hanya menganggukkan kepalanya sebagai balasan untuk Clara. Clara yang sudah terbiasa dengan sikap Zayan hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar. Zayan itu kapan berubahnya sih? Ya setidaknya balas ucapannya kek.

Setelahnya Clara berlalu meninggalkan Zayan, Keenan, dan Rian di parkiran. Dia pergi dengan menghentak-hentakkan kakinya kesal. Bagaimana tidak kesal, Clara juga lama kelamaan akan kesal dengan sikap Zayan itu.

Akhirnya Keenan dan Rian menghembuskan nafasnya lega. Mereka sudah muak sekali rasanya melihat Clara.

"Zay lo kenapa bisa tahan sih sama dia? Kalo gue mah udah gak tahan kali," ucap Rian yang diangguki Keenan.

"Terpaksa," balas Zayan singkat dan berlalu dari sana.

"Lah maksudnya?" Keenan dan Rian saling berpandangan heran. Apa maksud dari kata terpaksa yang diucapkan Zayan?

***

Kantin terasa lebih ramai saat ini, mungkin karena guru-guru sedang mengadakan rapat jadi semua murid bisa bebas kelayapan kemana pun mereka mau, termasuk kantin.

Di meja pojok kantin, Aleana dan Tasya tengah memainkan ponselnya masing-masing. Makanan mereka sudah habis dari tadi.

"Eh eh Al, liat deh! Bagus gak?" tanya Tasya meminta pendapat. Dia menyodorkan ponselnya yang menampilkan laman belanja online pada Aleana.

"Bagus tuh. Kenapa, lo mau beli?"

"Enggak sih. Gue cuma minta pendapat aja."

Sialan, kirain mau beli.

"Dih, aneh lo!"

Tasya tak menghiraukan Aleana, dia tetap melanjutkan menggulir layar ponselnya.

Sedangkan Aleana mengalihkan pandangannya dari ponsel. Dia mengedarkan pandangannya ke segala arah kantin, hingga matanya menangkap sosok tampan yang tengah makan bersama teman-temannya.

Dia diam-diam memperhatikan orang itu.

"Ganteng banget deh." batinnya.

***

Sementara itu, Zayan dan teman-temannya juga tengah makan di kantin.

Dari tadi, Keenan dan Rian tak henti-hentinya melemparkan candaan yang membuat keduanya tertawa terbahak-bahak hingga menarik perhatian pengunjung kantin, terutama kaum hawa.

Sedangkan Zayan? Dia hanya diam dan fokus dengan makanannya.

"Bro lo tau gak? Kemarin mantan gue ngirim foto dia yang lagi ciuman sama pacar barunya. Niatnya mungkin mau manas-manasin gue," ucap Rian pada kedua temannya.

"Terus-terus gimana?" tanya Keenan kepo.

"Ya gue kirimlah ke bapaknya. Mampus, mampus dah tuh anak dimarahin bapaknya."

"Ahahaha anjirlah. Yang panas malah bapaknya."

Zayan hanya tersenyum kecil menanggapinya.

"Oh iya Zay, tadi waktu di parkiran gue kan bilang kenapa lo bisa tahan sama Clara, terus lo jawabnya terpaksa. Maksud lo terpaksa kenapa?" Rian rupanya masih penasaran dengan jawaban yang dilontarkan Zayan pagi tadi.

"Oh gue tau, pasti karena......."




***










Karena apa hayoooo????

Vote dan komen yaa buat part selanjutnyaa!!




Accismus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang