Part 10

554 26 0
                                    

Saat ini Aleana dan Tasya ada di kelasnya, mereka tidak jadi bolos lantaran Aleana kesal dengan Tasya. Jadi dia meninggalkan Tasya yang hendak pergi ke taman belakang. Tasya yang melihat Aleana pergi pun memutuskan untuk mengikutinya. Dan berakhirlah mereka ada di kelas.

"Lo kenapa gak mau diajak bolos sih tadi? Kalo aja kita bolos, kita gak bakal ngerjain soal kimia yang bikin kepala meledak!" rupanya Tasya juga kesal karena tidak jadi bolos.

"Diem deh Sya. Lo kalo mau bolos jangan ajak gue, lo bolos sendiri aja sana. Gue gak mau lagi diajakin bolos sama lo, sesat tau gak!"

"Cih lo juga sebenernya gak mau kan pelajaran kimia, ngaku deh lo! Gak usah muna gitu."

"Ya emang gue gak suka. Tapi gue gak mau diajak bolos sama lo."

"Ah udahlah serah lo aja!"

"Ekhem.. Itu yang di belakang kenapa dari tadi ribut terus? Sini ke depan, kerjain soal yang ada di papan tulis!" Bu Irna, guru kimia nya itu berucap dengan nada marah.

"Mampus gue. Gara-gara lo nih!" tuduh Tasya pada Aleana.

Aleana tidak mendengarkan Tasya. Dia langsung saja ke depan untuk mengerjakan soal yang ada di papan tulis. Sedangkan Tasya langsung ketar-ketir di tempat. Bagaimana tidak, ia sama sekali tidak mengerti dengan materinya karena dari tadi ia sibuk berdebat dengan Aleana, jadi dia tidak mendengarkan penjelasan Bu Irna.

Kalo Aleana sih walaupun tidak mendengarkan penjelasan Bu Irna, dia tetap tenang karena sudah menguasai materi itu. Jadi ketika disuruh untuk mengerjakan soal, dia bisa mengerjakannya dengan mudah.

"Tasya kenapa masih disitu? Sini cepat, kerjakan soalnya!"

"Iya bu." Mau tak mau akhirnya Tasya pun berjalan ke depan dan mengambil spidol untuk mengerjakan soalnya.

"Pssttt Al ini gimana? Gue gak ngerti," bisik Tasya pelan.

"Yah gue juga gak tau Sya, maaf ya." Tentu saja Aleana bohong, sebenarnya dia sangat tau tapi dia pura-pura tidak tau. Biar saja Tasya pusing memikirkannya.

"Bu saya sudah. Boleh saya duduk?" Aleana bertanya pada Bu Irna. Bu Irna yang mendengar itu terlebih dahulu memeriksa jawaban Aleana.

"Ya sudah betul jawabannya, lain kali jangan ngobrol. Silahkan duduk!"

Aleana pun kembali ke tempat duduknya, tapi sebelum itu dia menjulurkan lidahnya kearah Tasya.

"Sialan lo Al. Awas aja ya, gue bales." Gumam Tasya pelan.

"Tasya kenapa diam saja, cepat kerjakan!"

"Hehe saya gak bisa bu." ringis Tasya pelan yang masih bisa di dengar Bu Irna.

Bu Irna tersenyum sinis, dia sudah menyangka anak muridnya yang satu ini tidak akan bisa menjawab soal yang dia berikan, "Makanya kalo saya lagi ngejelasin itu dengerin, jangan ngobrol! Liat Aleana, dia juga ngobrol kan sama kamu, tapi dia bisa jawab pertanyaan saya. Karena Aleana pintar, tidak seperti kamu!"

"Sudah sana kamu duduk!" titah Bu Irna masih dengan nada sinis nya.

Tasya yang mendengar itu berdecih pelan dan memutarkan bola matanya malas. Guru kimia nya ini memang terkenal suka sekali meremehkan orang-orang yang kurang pintar dan akan membela mati-matian anak yang pintar.

Tasya berjalan menuju bangkunya. Tak lama setelah Tasya mendudukkan bokongnya di kursi, bel istirahat pun berbunyi.

"Baik anak-anak, sekian untuk hari ini. Silahkan istirahat!" Bu Irna berjalan meninggalkan kelas.

Seketika kelas yang tadinya sepi menjadi ramai. Mereka berbondong-bondong keluar kelas menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sudah meronta meminta diisi.

"Lo tadi cuma pura-pura aja kan, sok-sok'an gak tau padahal lo tau. Gara-gara lo, gue jadi dimaki kan sama tuh guru."

"Hehe sorry Sya. Udah yuk ke kantin, gue udah lapar banget." Ajak Aleana.

Tasya yang perutnya sudah lapar pun memilih untuk melupakan masalahnya. Biar nanti saja dia membalas perbuatan Aleana padanya. Tunggu saja tanggal mainnya.

Persahabatan antara Aleana dan Tasya memang cukup unik. Terkadang mereka akan saling melengkapi, terkadang mereka juga akan saling membalas dendam jika salah satunya membuat masalah.

Tapi jangan salah sangka, balas dendam yang dimaksud itu bukan balas dendam yang akan membahayakan. Balas dendam nya itu ya membalas dengan kejahilan pula.

"Kita duduk disitu yuk Sya!" tunjuk Aleana pada meja kantin yang ada di pojok. Tasya hanya mengikutinya dari belakang.

"Lo yang pesen deh Al! Gue males ngantri."

"Oke, lo mau pesen apa?"

"Mi ayam sama es teh aja."

Aleana pergi meninggalkan Tasya untuk memesan makanan. Dia berjalan menuju stand mi ayam yang terlihat rame.

Tapi tenang, dia punya jurus jitu untuk menyalip antrian.

"Ekhem permisi, gue boleh duluan gak? Gue udah lapar banget nih." Aleana mulai mengeluarkan jurus andalannya, memasang wajah cemberut yang terlihat sangat lucu jika dilakukan oleh Aleana.

Sebagian orang yang sedang mengantri membeli mi ayam yang di dominasi oleh laki-laki itu pun menyingkir, membiarkan Aleana memesan terlebih dahulu.

Hanya dengan itu, mereka rela mengalah demi Aleana dan apapun akan mereka lakukan untuk Aleana. Jelas saja karena Aleana cantik, mungkin hampir seluruhnya siswa SMA Merah Putih sangat mengagumi sosok Aleana.

Mereka akan berlomba-lomba untuk mendekati Aleana.

"Makasih ya." Aleana tersenyum pada mereka yang membiarkannya untuk mengantri lebih dulu. Tentu saja senyumannya itu membuat laki-laki yang ada disana semakin terpesona.

Tak lama dari itu, pesanan Aleana telah jadi. Dia membawa nampan yang berisi pesanannya itu dengan hati-hati. Tapi mungkin kesialan sedang datang kepadanya. Aleana sudah benar dalam berjalan, tapi tiba-tiba dari depannya ada seorang perempuan yang tengah berlari kecil menuju kearahnya.

Aleana tak sempat menghindar, hingga sebuah tabrakan antara dia dan perempuan yang berlari itu pun tak terelakkan.

Brakk..

Prang...

***

Ayo ayo gais vote dan komennya jangan lupa!!!

Sampai jumpa di part selanjutnya 💙










Accismus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang