Part 34

276 13 2
                                    

Happy reading 💙

***

Seminggu setelah Zayan mengajak Aleana ke pantai malam itu, keduanya jadi semakin dekat.

Mereka sering berangkat sekolah bareng, ke kantin bareng, jalan-jalan dan masih banyak lagi.

Semua murid SMA Merah Putih pun dibuat terheran-heran melihatnya, mereka semakin bertanya-tanya ada hubungan apa antara Zayan dan Aleana.

Kabar putusnya hubungan Zayan dan Clara juga sudah sampai di telinga mereka.

Awalnya mereka mengira Aleana lah penyebab hubungan Zayan dan Clara putus. Tapi Zayan dengan lantangnya mengatakan pada mereka jika Aleana tak ada sangkut pautnya dengan kandasnya hubungan dia dan Clara.

Zayan juga menekankan jika dirinya dan Clara sudah putus jauh sebelum dia dekat dengan Aleana.

Karena ucapan Zayan itu, hampir seluruh dari mereka menyetujui jika Zayan dan Aleana terlibat hubungan yang istimewa.

Kini, bisikan-bisikan yang menjelekkan nama Aleana sudah jarang terdengar digantikan dengan mereka yang terang-terangan memuji dan mengatakannya sangat beruntung karena bisa dekat dengan Zayan si most wanted di Merah Putih.

Tapi mereka semua belum tau jika Aleana sudah lebih dulu menyukai Zayan. Sampai saat ini, Aleana masih menyembunyikan perasaannya pada orang-orang agar mereka tidak tau jika dia menyukai Zayan. Aleana sangat handal dalam menyembunyikannya.

Hari ini kelas Zayan sedang mengadakan pelajaran olahraga yang materinya tentang bola voli.

Semua murid kelas Zayan sudah berbaris di lapangan untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu.

Setelahnya mereka akan dibagi kelompok untuk mempraktekkan cara bermain voli.

Sedangkan di kelas Aleana saat ini tengah jamkos, sebenarnya mereka tadi diberi tugas untuk mengerjakan soal bahasa Inggris, tapi namanya juga anak malas jadinya tugas itu tidak dikerjakan. Mereka malah lebih memilih bergosip, bermain game, maupun melakukan hal-hal tidak jelas lainnya daripada mengerjakan soal.

Biarlah nanti saja mereka mengerjakannya, lagian tugas itu dikumpulkannya Minggu depan, jadi masih banyak waktu.

"Al kita ke lapangan yuk! Kelas Keenan hari ini olahraga, gue mau liat dia. Tapi sebelum itu kita ke kantin dulu ya, gue mau beli minum buat Keenan." Ajak Tasya pada Aleana.

Aleana berfikir sejenak, tak lama dia menganggukkan kepalanya.

"Yuk! Gue juga mau beliin Zayan minum deh,"

"Duh hidup lo gini banget ya Al, saling perhatian tapi gak jadian-jadian. Kasian banget sih lo!" ucap Tasya dengan wajah sok sedihnya.

"Diem lo! Gue tabok juga ya mulut lo!"

"Haha sorry, abisnya gue gemes banget sama kalian berdua. Gue tau lo emang suka sama dia dari lama, dia nya juga kayaknya suka juga sama lo. Diliat dari tingkah lakunya aja semua orang juga tau kali kalo Zayan suka sama lo, tapi kok gak jadian-jadian ya?"

"Udah deh lo jangan ngurusin hidup orang bisa gak sih? Urusin aja tuh hidup lo!" ucap Aleana kesal.

Setiap ada yang membicarakan mengenai hubungan dia dan Zayan, Aleana sangat kesal, entah karena apa.

Dia merasa seperti digantung oleh Zayan. Zayan tak kunjung menyatakan perasaannya.

Aleana bahkan hampir menyerah. Pernah satu hari dia mencoba untuk menjauhi Zayan, dan waktu itu ada seorang laki-laki yang meminta nomor telepon nya. Karena Aleana berniat untuk melupakan Zayan, dia pun mencoba untuk membuka hatinya untuk orang lain maka dari itu dia memberikan nomor telepon nya pada laki-laki itu.

Tapi saat sudah selesai Aleana mengetikkan nomor telepon nya pada ponsel laki-laki itu, tiba-tiba tangannya ditarik kuat ke belakang dan pelaku nya adalah Zayan.

Saat itu, Zayan terlihat marah ketika Aleana melihat wajahnya. Bahkan urat-urat dileher Zayan menonjol dengan jelas.

Zayan langsung menarik ponsel laki-laki itu, tangannya terlihat mengutak-atik ponsel dan rupanya dia menghapus nomor Aleana.

Setelahnya dia mengembalikan ponsel laki-laki itu dan mengatakan jika dia tak pantas mendapatkan nomor telepon Aleana.

Laki-laki itu pun pergi dari sana dengan perasaan malunya. Sudah tak mendapatkan nomor Aleana, dibuat malu pula.

Memang, saat Zayan yang tiba-tiba datang, semua pasang mata yang ada di kantin kala itu langsung tertuju pada mereka.

Setelah melihat kepergian laki-laki itu, Zayan pergi dari kantin tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Aleana.

Aleana tentunya bingung dengan sikap Zayan. Tasya bilang sih Zayan cemburu, tapi dia tidak yakin, masa sih Zayan cemburu.

Aleana dan Tasya kini sudah ada dipinggir lapangan setelah tadi mereka membeli minuman di kantin.

Keduanya duduk di tribun pinggir lapangan, menonton kelompok Zayan yang tengah bermain voli.

Zayan terlihat sangat ahli memainkan voli, ah Zayan itu termasuk orang yang serba bisa. Olahraga apapun sangat bisa dilakukan Zayan.

Aleana mengambil ponsel di sakunya dan seperti biasa, memotret Zayan.

Asik melihat foto-foto Zayan yang tadi diambilnya hingga tak sadar jika bahaya akan segera menimpa dirinya.

"ALEANA AWAS!!" teriak mereka yang ada di lapangan, termasuk Zayan.

Aleana yang mendengar namanya diteriakkan mendongakkan kepalanya dan seketika matanya langsung melihat kearah bola voli yang melayang menuju dirinya.

Tasya yang melihat itu pun panik, dia hendak mendorong tubuh Aleana agar bola itu tak mengenainya.

Tapi itu semua terlambat, bola voli itu sudah mengenai kepala Aleana.

Bruk

"Aw!" rintih Aleana pelan, tangannya mengusap kepala yang tadi dikenai bola.

Tasya yang melihat itu semakin panik, begitu pun dengan Zayan. Zayan dengan cepat berlari menuju Aleana.

"Al lo gak papa?" tanya Tasya. Bodoh, sudah tau kepala sahabatnya terkena bola masih aja ditanya lo gak papa. Jelas Aleana kenapa-kenapa, kepalanya nyut-nyutan ini.

"Al mana yang sakit?" tanya Zayan cepat begitu sampai di depan Aleana. Tangannya juga ikut mengelus kepala Aleana.

"Aw sakit ih! Jangan diteken!" ucap Aleana ketika Zayan menekan kepalanya yang terasa sakit karena terkena bola.

"Maaf-maaf, kita ke UKS ya?!" ajak Zayan.

Aleana hanya mengangguk dan seketika tubuhnya melayang di udara. Zayan menggendongnya ala bridal style, Aleana yang kaget langsung melingkarkan tangannya pada leher Zayan.

"Zayan gue bisa jalan sendiri, gak perlu digendong. Turunin gue cepet! Gue malu," bisik Aleana pelan

Zayan tak mendengarkan bisikan Aleana, dia tetap berjalan dengan tangan yang semakin erat menggendong Aleana.

Sebelum meninggalkan lapangan, Zayan berhenti sejenak di depan Bimo, teman sekelasnya yang tadi melempar bola dan mengenai kepala Aleana.

"Jangan main kalo gak bisa! Lo ngebahayain orang lain," ucap Zayan tajam dan setelah itu kembali melanjutkan langkahnya menuju UKS.

Bimo menegang ditempat, dia tadi benar-benar tak sengaja memukul bola terlalu kencang hingga bola melambung tinggi dan mengenai kepala Aleana.

Sedangkan murid yang lain melongo melihat Zayan menggendong Aleana dan membawanya pergi dari sana. Begitupun dengan Tasya yang masih melongo dengan mulut menganga lebar hingga Keenan datang dan menyadarkannya.

***

Zayan modus nih! Padahal kan Aleana bisa jalan, gak perlu digendong!!
.
.
.
Untuk part ini segitu dulu ya, jangan lupa vote dan komennya biar aku semangat buat lanjutin ceritanya!!



Accismus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang