Part 8

555 31 0
                                    

"Bang, bunda boleh minta tolong gak?" tanya Lusiana pada Zayan yang tengah bermain bersama adik kecilnya.

Zayan yang mendengar Lusiana bertanya padanya pun menjawab, "Boleh bun, mau minta tolong apa?"

"Tolong beliin ini ya ke supermarket depan komplek itu!" Lusiana menunjukkan kertas yang berisi list belanjaan yang harus dibeli kepada Zayan.

"Oke bun, siap!"

"Abang, abang Ala mau ikut! Boleh kan?" Ara yang tadinya sedang sibuk memainkan mainannya langsung mengabaikannya begitu mendengar sang abang akan pergi.

"Boleh dong, ayok!" ajak Zayan yang langsung menggendong adiknya.

"Abang pergi dulu ya bun!" pamitnya pada Lusiana yang dibalas anggukan kepala.

"Hati-hati ya, jangan kelamaan pulangnya!"

"Iya bun."

Setelahnya Zayan melajukan mobilnya menuju supermarket yang di depan komplek. Tak mungkin kan ia membawa motor yang pastinya akan sulit nantinya membawa belanjaan yang begitu banyak, apalagi ia membawa Ara.

Setibanya di supermarket, dengan segera dia mengambil troli dan menaikkan Ara di troli itu.

Satu persatu belanjaan yang ada di list nya telah dibeli. Tinggal tersisa satu lagi yang kurang, cemilan untuk dirinya.

Cemilan memang tidak termasuk dalam list, tapi Zayan sendiri yang menginginkan itu.

"Abang Ala mau itu!" tunjuk Ara pada salah satu permen yupi yang berjejer rapi.

"Gak boleh ya Ara, nanti dimarahin bunda. Di rumah kan masih banyak permen Ara. Ara gak boleh makan permen banyak-banyak nanti gigi nya ompong loh, emang Ara mau gigi nya ompong?" Zayan mencoba memberi pengertian pada adiknya itu agar tidak terlalu banyak mengonsumsi permen.

"Ndak mau abang." Ara menggeleng keras mendengar ucapan abangnya itu, dia tidak mau ompong.

"Pinter. Ara jajan yang lain aja ya, Ara mau apa?" tanya Zayan pada adiknya.

"Ala mau ... Ala mau tulun abang, Ala mau milih sendili jajannya." Ara meronta ingin turun dari troli.

Zayan pun menurunkan Ara dan membiarkan adik kecilnya itu berjalan untuk memilih jajanannya sendiri.

Setelahnya, Zayan fokus lagi mencari cemilan untuk dirinya. Saking fokusnya, dia tidak sadar jika Ara pergi terlalu jauh dari dirinya.

"Loh Ara! Ara kemana, perasaan tadi masih disini. Duh mampus gue!" gumam Zayan panik. Dia celingak-celinguk mencari keberadaan adiknya.

Hingga tiba di lorong yang berbeda, dia melihat adiknya ada disana bersama dengan seorang perempuan yang sepertinya seumuran dengannya.

"ARA!" panggil Zayan.

Ara yang mendengar suara abangnya itu pun menolehkan kepalanya dan berteriak, "ABANG!"

"Ara kok jauh-jauh dari abang. Abang khawatir tau, kalo Ara ilang gimana?" tanya Zayan dan langsung menggendong Ara.

"Loh Zayan, dia adik lo?" perempuan yang tadi bersama Ara pun bertanya.

Zayan yang tadinya fokus pada Ara mengalihkan pandangannya kearah perempuan yang ada di depannya itu.

"Ya." Balas Zayan seadanya.

"Eum tadi adik lo lari-larian kayak yang panik gitu. Jadi gue samperin dan coba tanya sama dia. Waktu gue tanya dia kesini sama siapa, eh lo udah keburu dateng." Jelas perempuan itu.

"Abang tadi kakak cantik juga nolongin Ala ambil ini," Ara menunjukkan susu kotak itu pada Zayan.

"Oh ya? Ara udah ngucapin makasih sama kakaknya?" Zayan bertanya dengan nada lembutnya. Suara lembut Zayan itu mampu membuat perempuan tadi semakin terpesona. Selain ganteng, dia juga sepertinya sangat menyayangi adiknya.

"Oh iya Ala lupa." Ara menepuk keningnya dengan tangan kecilnya itu.
"Makasih ya kakak cantik udah bantuin Ala."

Perempuan itu tersenyum menanggapi, "Sama-sama sayang."

"Kakak cantik, kakak namanya siapa?" tanya Ara pada perempuan itu.

"Nama kakak, Aleana." Ya, perempuan itu adalah Aleana.

Tadi ketika Aleana melihat stok makanannya sudah habis tak tersisa, dia pun memutuskan untuk belanja di supermarket yang ada di depan komplek perumahannya.

Saat ia sedang melihat-lihat makanan yang tersusun rapi di rak, dia melihat anak kecil yang sedang berlari dengan wajah paniknya. Dia yang tidak tega pun menghampiri anak kecil itu dan hendak bertanya dengan siapa anak kecil itu kemari.

Tapi sebelum anak itu menjawab, sebuah suara yang belakangan ini mengganggu pikirannya itu masuk ke indra pendengarannya.

Dan saat Aleana melihat kearah orang itu, seketika dia langsung menampakkan wajah terkejutnya, tapi tak lama kemudian dia kembali menormalkan raut wajahnya. Ternyata benar, suara itu milik seseorang yang belakangan ini telah mengganggu pikirannya.

"Wah nama kakak cantik banget, sama kayak olangnya." Puji Ara pada Aleana.

"Makasih sayang. Nama kamu juga cantik banget loh, namanya Ara kan?" tanya Aleana yang diangguki Ara.

"Eum Zayan, lo tinggal di deket sini ya?" tanya Aleana pada Zayan yang sedari tadi hanya diam saja.

"Ya." Jawaban Zayan tentunya sangat mengejutkan bagi Aleana. Tak disangka ternyata Zayan tinggal di dekat sini. Jadi rumah mereka berdekatan, dia sekomplek dengan Zayan atau berbeda komplek?

"Kok gue gak pernah liat lo ya? Lo di komplek mana?"

"B." Hah maksudnya itu dia tinggal di komplek B kan? Zayan kalo ngomong singkat bener deh, orang kan jadi gak paham maksudnya apa.

Kalo Zayan di komplek B, berarti bener dong kalo Aleana tidak pernah melihat Zayan, lantaran dia di komplek C. Duh ternyata rumah dia dan rumah Zayan hanya berbeda komplek saja toh.

"Wah ternyata rumah kita cuma beda komplek aja ya, rumah gue di komplek C."

Zayan hanya menganggukkan kepalanya sebagai balasan atas ucapan Aleana dan setelahnya berlalu dari sana menuju kasir untuk membayar belanjanya.

Aleana yang melihat kepergian Zayan langsung saja menghembuskan nafasnya lega. Kenapa? Ya karena dari tadi dia menahan rasa gugupnya. Ini juga kenapa dengan dadanya yang berdebar-debar sangat kencang? Kenapa setiap dekat dengan Zayan dia tidak bisa mengontrol debaran di dadanya? Masa sih dia suka sama Zayan, gak mungkin kan?

***




Nah loh mungkin gak tuh si Aleana suka sama Zayan?? Gak mungkin kan gaisss?!

Ayo jangan lupa vote dan komennya yaa!!!

Accismus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang