Part 14

477 25 1
                                    

Sebelum baca, tekan tombol bintangnya dulu yukk!!!
.
.
.

Oke gais, happy reading!!

***

"Loh itu kan Zayan." Gumam Aleana pelan.

Aleana pun berniat menghampiri Zayan yang tengah bermain bersama Ara, adiknya.

Tapi sebelum itu, Ara terlebih dahulu melihat Aleana dan langsung berteriak, "KAKAK CANTIK!"

Aleana yang mendengar itu segera menghampiri Zayan dan Ara.

"Hai Ara!" sapa Aleana dengan tangan yang mengelus rambut halus Ara.

"Hai kakak cantik, kakak lagi main juga ya disini?" tanya Ara menatap wajah Aleana.

"Iya nih, Ara lagi main juga ya?"

"Iya kakak, Ala lagi main sama bang Zayan. Kakak cantik mau ikutan main?"

"Eum,, nggak deh. Kakak liatin Ara main aja dari sana." Tunjuk Aleana pada bangku yang terletak tidak jauh dari tempatnya.

"Oke kakak. Ala main dulu sama bang Zayan, kakak cantik tunggu ya!" ucap Ara yang diangguki Aleana.

Aleana pun berjalan menuju bangku yang ditunjuknya tadi. Dia memperhatikan Zayan yang sedang tertawa lepas bersama Ara.

Seketika Aleana terpana. Dia belum pernah melihat Zayan tertawa seperti itu.

Dia biasanya melihat Zayan yang hanya menampilkan raut wajah datar. Tapi hari ini, dia melihat tawa indah Zayan.

Dapat Aleana simpulkan, Zayan hanya akan menampilkan raut wajah datarnya itu pada orang-orang yang tidak dekat dengannya, sedangkan bersama keluarga atau orang terdekatnya Zayan akan menampilkan sisi lain dari dirinya.

"Hahaha udah abang stop, Ala capek. Jangan gelitikin Ala, hahaha kakak cantik tolongin Ala." Ara berlari kearah Aleana dan bersembunyi di belakang tubuhnya.

"Sini kamu, jangan lari!" teriak Zayan dan berlari menghampiri Ara.

"Ndak abang ampun, udah abang Ala capek." Ara terlihat sangat lelah, dengan keringat yang mengucur dari dahinya membuat Aleana mengangkat tubuh Ara dan mendudukkannya di bangku yang tadi diduduki Aleana.

"Udah Zayan kasian Ara! Liat nih sampe keringetan gini." Aleana mengusap keringat di dahi Ara dengan tisu yang tadi diambil dari tas yang dibawanya.

Zayan tertegun melihat itu, Aleana tampak sangat peduli pada Ara dan Ara juga tampaknya sangat senang jika bersama Aleana. Sangat berbeda dengan Clara. Clara akan sangat risih dan tidak suka jika Ara terus menempel pada Zayan. Ara pun juga sama, jika bersama Clara dia akan menunjukkan rasa tidak sukanya itu.

Eh apaan sih Zay, kok malah jadi bandingin Aleana sama Clara. Ya jelas jauh beda lah.

"Ara ayok kita pulang! Udah sore nanti bunda nyariin." Ajak Zayan pada Ara.

"Yah abang, Ala masih pengen main sama kakak cantik."

"Ara sekarang pulang dulu ya. Nanti kapan-kapan kita main bareng, okee?"  Aleana berucap dengan nada lembutnya pada Ara.

"Benel ya kak? Nanti kita main baleng." Ara sangat antusias sekali mendengar jika nanti Aleana akan mengajaknya bermain.

"Iya sayang. Yaudah sekarang Ara pulang ya, kakak juga mau pulang."

"Oke kak, Ala pulang dulu ya. Dadah kakak cantik!" Ara melambaikan tangannya kearah Aleana.

Aleana yang melihat Ara dan Zayan yang sudah pergi menjauh itu pun memutuskan untuk segera pulang ke rumahnya.

***

"Kalian kemana aja? Kok baru pulang, bunda kan udah bilang jangan lama-lama pulangnya." Ucap Lusiana ketika melihat anak-anaknya baru saja tiba.

"Bunda tadi Ala abis main di taman, telus ketemu kakak cantik."

"Kakak cantik? Siapa kakak cantik?" tanya Lusiana pada anaknya itu.

"Nama kakak cantik itu Al,, Al,, Al apa abang?" tanya Ara yang seketika lupa dengan nama Aleana.

"Aleana." Balas Zayan pada adiknya.

"Loh kamu kenal bang sama kakak cantik yang dimaksud Ara?"

"Gak kenal banget sih bun, tapi dia temen sekolah Zayan."

Lusiana hanya membulatkan mulutnya dan mengangguk mengerti. "Ara mandi dulu ya. Ayok bunda mandiin, bang kamu juga mandi dulu sana!"

"Iya bun," Zayan melangkahkan kakinya menuju kamar.

***

Aleana menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, sebelumnya ia telah membersihkan tubuhnya yang sangat lengket dengan keringat itu dengan mandi.

"Zayan," gumam Aleana pelan.

"Kok lo ganteng banget sih."

"Ah apaan sih gue, kok malah mikirin Zayan."

"Ih tapi sumpah, Zayan ganteng banget. Apalagi pas ketawa tadi, ganteng nya jadi bertambah berkali-kali lipat."

"Huh tapi sayangnya dia udah punya pacar."

"Gue kenapa sih? Kenapa tiap deket Zayan atau ngeliat Zayan dari jauh aja jantung gue berdetak kenceng banget. Ya gak mungkin kan gue punya penyakit jantung."

"Kata Tasya gue suka sama Zayan. Tapi masa sih, gue kan gak terlalu deket sama dia."

"Terus juga masa gue suka sama orang yang udah punya pacar sih."

Aleana sedari tadi bergumam tidak jelas. Di fikirannya saat ini dipenuhi dengan Zayan, Zayan, dan Zayan.

Apa mungkin dia suka sama Zayan. Ah dia harus memastikan itu.

Tok tok tok

Suara pintu kamar Aleana diketuk dari luar dan disusul dengan sebuah suara yang memanggil namanya.

"Non Lea, ayok makan dulu! Pasti non Lea belum makan dari siang." Tentu saja itu suara bi Sumi.

"Nanti aja bi kalo papi udah pulang. Lea mau makan bareng papi." Aleana yang enggan meninggalkan kasur empuknya itu pun berteriak untuk menjawab bi Sumi.

"Yaudah kalo gitu, nanti bibi panggil non Lea kalo tuan udah pulang." Setelah mengucapkan itu bi Sumi pergi menuju dapur.

Aleana yang sudah tidak mendengar lagi suara bi Sumi pun kembali memikirkan Zayan.

Duh Zayan pake pelet ya, kok bisa Aleana sampe gak bisa berhenti mikirin Zayan.

***

Makasih untuk kalian yang udah baca dan vote cerita ini...

Yang belum vote, ayo vote dulu sebelum ke part selanjutnya!!






Accismus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang