Part 3

874 41 1
                                    

"Aaaa omaygatttt mereka ganteng banget!!"

"Duh Zayan ganteng banget, tapi sayang udah punya pawang."

"Keenan juga ganteng banget, eh Rian juga ganteng. Ah semuanya ganteng."

Aleana yang terganggu dengan teriakan itu berdecak kesal. "Berisik banget, emang ada apa sih Sya?"

"Biasanya kalo mereka teriak itu pasti ngeliat Zayan sama temen-temennya." Tasya pun melihat kearah pintu kantin, dan benar saja disana ada Zayan, kedua temannya dan tidak ketinggalan seorang gadis yang bergelayut manja di lengan Zayan, Clara.
"Nah kan bener. Al lo liat cowok yang lengannya digandeng cewek itu? Dia yang namanya Zayan."

Aleana pun melihat kearah seseorang yang dimaksud Tasya, "Dia yang nolongin gue? Ganteng banget ternyata."

"Heh Al lo kenapa bengong gitu sambil liatin Zayan? Suka lo sama dia?"

"Hahaha ngaco lo! Ya kali gue suka sama dia."

"Ya kali aja lo suka. Eh tapi sebaiknya jangan deh, Zayan kan udah punya pacar. Lo jangan jadi pelakor!"

"Iya Tasya, lo pikir gue sejahat itu buat rebut pacar orang." Aleana menatap Tasya dengan geram.

Setelah menghabiskan waktu cukup lama di kantin, tak terasa bel masuk tanda pelajaran berikutnya akan dimulai telah berbunyi. Mereka yang ada di kantin segera berhamburan menuju kelasnya masing-masing, termasuk Aleana dan Tasya.

"Yuk Sya ke kelas!"

Aura mencekam menyambut Aleana dan Tasya saat tiba di kelasnya, 12 IPA 2. Mereka bingung, ada apa dengan teman-teman sekelasnya ini? Kenapa mereka terlihat panik dan gelisah.

"Kalian kenapa? Kayak panik gitu," tanya Aleana heran.

"Kita lagi belajar Al buat ulangan matematika. Duh sumpah gue takut banget, nanti gimana kalo gue gak bisa jawab satu soal pun, bisa abis gue sama pak Asep." Ujar salah satu siswi bernama Nindi itu.

"OMG gue lupa. Duh Al gimana ini, gue belum belajar. Al pokoknya kalo gue panggil lo harus noleh, awas aja kalo enggak!" ucap Tasya heboh.

Aleana pun sebenernya belum belajar, tapi tenang, dia memiliki otak yang pintar. Jadi dia tidak khawatir.

"Iya Sya udah tenang aja." Sesaat setelah Aleana mengucapkan itu, pintu kelas terbuka dan menampakkan seorang guru berkumis tebal yang membawa tumpukan kertas, pasti itu lembar soal ulangannya.

"Selamat siang anak-anak! Hari ini kita ulangan, kalian siap?" tanya pak Asep bersemangat. Memang pak Asep selalu bersemangat dalam hal-hal seperti ini, karena dia sangat senang melihat anak muridnya tersiksa dengan soal yang dia buat.

"Siap pak!" balas semua murid kompak dengan nada lemas.

"Bagus! Ketua kelas tolong bagikan lembar soalnya."

Ketua kelas mau tak mau membagikan lembar soalnya dengan lesu. Hampir semua murid melongo melihat soalnya. Bagaimana tidak, soalnya itu memang hanya terdiri dari 3 soal, tapi disetiap soal mempunyai anak dan cucu. Jadi jika dihitung kembali, soalnya terdiri dari 30 soal yang harus mereka kerjakan dalam waktu satu setengah jam.

Mungkin bagi mereka yang memiliki otak pintar tidak ada masalah, tapi bagaimana nasib mereka yang hanya memiliki otak pas-pasan? Ah satu lagi kebiasaan pak Asep, dia selalu memberikan soal yang jauh berbeda dengan contoh soal yang ada dibuku, itu membuat mereka tambah kesulitan.

"Sutt suttt Al, nomer 3 bagian a apaan?" tanya Tasya dengan kaki yang menendang-nendang kursi Aleana.

"Buset Sya, gue nomer 1 aja belum loh. Baru mau mulai, lo udah ngerjain nomer 3 aja."

"Hehe gue lewat-lewat Al soalnya. Nyari yang gampang dulu, eh ternyata semuanya susah gak ada yang gampang."

"Udah lo diem dulu! Gue mau ngerjain punya gue, nanti kalo udah gue kasih tau."

"Ah baik banget emang sahabat gue yang satu ini. Makasih banyak sayangku."

"Jijik Sya, udah diem."

***

Tak terasa bel pulang sudah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas menuju kendaraannya masing-masing. Ada yang lebih memilih untuk bermain sebentar di sekolah dan ada juga yang buru-buru ingin segera pulang.

Tasya termasuk orang yang buru-buru ingin cepat sampai rumah. Dia memasukkan barang-barangnya dengan terburu-buru.

"Al gue duluan! Sorry banget gak bisa bareng, hari ini orang tua gue dateng jadi gue harus cepet-cepet pulang." Orang tua Tasya baru saja pulang dari luar negeri untuk urusan bisnisnya, karena itu Tasya harus cepat sampai rumah.

"Iya Sya gak papa, hati-hati ya!"

Kini tinggallah Aleana seorang yang masih di dalam kelas. Ia pun memutuskan untuk segera pulang, tetapi sebelum itu ia akan mampir ke suatu tempat.

Saat di parkiran Aleana melihat Zayan yang sedang duduk diatas motornya seperti sedang menunggu seseorang. Aleana teringat sesuatu, dia belum sempat mengucapkan terimakasih, mungkin ini waktu yang tepat.

Aleana akhirnya memutuskan untuk menghampiri Zayan yang masih setia duduk di motornya dengan tangan yang sibuk mengutak-atik ponselnya.

"Zayan!" Sebuah suara yang memanggil namanya membuat Zayan harus mengalihkan perhatiannya dari ponselnya.

Zayan menatap seseorang di depannya dengan alis terangkat seolah mengatakan ada apa?

"Lo Zayan kan? Kenalin gue Aleana. Gue cuma mau ngucapin terimakasih sama lo. Makasih ya udah nolongin gue dan bawa gue ke UKS." Ucap Aleana dengan senyum manisnya yang bisa membuat semua orang terpana.

Zayan hanya menganggukkan kepalanya tanpa membalas ucapan Aleana.

Aleana yang melihat itu menyimpulkan bahwa apa yang dikatakan Tasya memang benar, Zayan ini irit ngomong.

"Yaudah kalo gitu gue duluan ya, sekali lagi makasih udah nolongin gue." Tanpa melihat respon Zayan, Aleana segera pergi menuju kearah dimana mobilnya terparkir.

Di dalam mobil, Aleana memegang dadanya yang berdetak kencang.

"Gue kenapa?" gumamnya pelan.

***

Vote dan komennya jangan lupa gaiss!!

Accismus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang