Part 41

264 10 0
                                    

Hai gais!! Apa kabar nih??
Sebelum baca, vote dulu yaa!
.
.
.
Happy reading 💙

***

Setelah menaiki wahana bianglala, pasangan yang baru saja meresmikan hubungan itu pun kembali melanjutkan langkahnya mengelilingi pasar malam.

Aleana tak mau lagi menaiki wahana lainnya, dia takut jika terjadi sesuatu lagi seperti tadi di bianglala yang tiba-tiba berhenti.

Aleana melihat seorang anak kecil yang membawa harum manis berbentuk kelinci, terlihat lucu, Aleana jadi ingin juga.

Dia mengedarkan pandangannya untuk mencari penjual harum manis itu, tangannya masih bertautan dengan tangan Zayan.

Zayan yang melihat pacarnya celingak-celinguk seperti mencari sesuatu itu pun bertanya, "Nyari apa?"

"Hah? Oh itu, aku cari yang jual harum manis. Liat deh! Harum manisnya lucu banget kan?" tunjuk nya pada anak kecil tadi yang membawa harum manis berbentuk kelinci.

Zayan melihat itu, dia pun mengedarkan pandangannya untuk mencari penjual yang dimaksud Aleana.

"Zayan, itu yang jualnya!" tunjuk Aleana pada salah satu kedai yang terlihat ramai, lihat saja antriannya pun sangat panjang.

"Ayok! Aku mau beli itu!" ajak Aleana pada Zayan, tangannya menarik tangan Zayan.

Tapi Zayan tak kunjung melangkahkan kakinya.

"Ih Zayan ayok!"

"Al, antriannya panjang banget. Nanti aja ya beli nya?! Ini udah malem, nanti kemaleman pulangnya." Ucap Zayan mencoba memberi pengertian.

"Tapi aku mau itu!" lirih Aleana, matanya terus saja melihat kearah kedai harum manis itu.

"Iya, nanti ya. Sekarang kita pulang aja, udah malem loh ini. Ayok!" ajak Zayan menarik tangan Aleana lembut.

Sebenarnya Zayan tak tega melihat wajah murung Aleana yang menginginkan harum manis. Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah hampir jam sepuluh malam. Mereka harus pulang.

"Tapi janji ya, nanti kamu harus beliin aku itu!" ucap Aleana begitu tiba di samping motor Zayan.

"Iya sayang, ayok cepet naik!"

Aleana pun menaiki motor Zayan, dan perlahan motor itu melaju meninggalkan area pasar malam.

Motor berhenti di depan gerbang rumah Aleana. Aleana turun dari motor Zayan, wajahnya masih tampak murung.

"Hey, liat sini! Jangan sedih gitu dong! Nanti aja ya kita beli nya?!" Zayan masih saja mencoba membujuk Aleana agar tak murung lagi.

Aleana menganggukkan kepalanya, tapi bibirnya masih mengerucut. Itu membuat Zayan gemas pada Aleana, ingin rasanya dia membawa Aleana ke rumahnya dan dia kurung Aleana di kamarnya.

Zayan mengacak-acak rambut Aleana lantaran tak kuasa menahan rasa gemasnya.

"Jangan cemberut gitu dong! Kamu mau aku cium?!" ucap Zayan menakut-nakuti. Bukan menakut-nakuti sih sebenarnya, lebih ke modus aja. Gak papa kan modus sama pacar sendiri?

Aleana segera menggelengkan kepalanya cepat, matanya melotot kearah Zayan.

"Enggak! Ih kamu kok mesum banget sih? Baru pacaran masa cium-cium!"

"Hahaha becanda sayang. Udah, ayok masuk! Aku mau bilang makasih sama om Damian."

Aleana dan Zayan pun masuk ke dalam rumah. Di ruang keluarga, ada Damian yang sedang fokus pada laptop di pangkuannya.

Accismus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang