Part 22

425 19 5
                                    

Happy reading 💙

***

"Hiks hiks, lo jahat banget sama gue Sya! Gue kan udah bilang jangan cepuin gue ke Zayan, tapi lo malah kayak gitu. Gue sebel banget sama lo, hiks." Dari tadi Aleana terus saja menangis, untung saja saat ini kelas mereka sedang tidak ada guru.

"Duh udah dong Al berhenti nangisnya! Gue minta maaf," Dan dari tadi juga Tasya terus mengucapkan kata maaf berkali-kali, tapi Aleana tetap saja menangis. Dia jadi menyesal telah mengatakan itu pada Zayan, tadinya kan niat dia baik agar cinta Aleana tidak bertepuk sebelah tangan, eh tapi malah kayak gini akhirnya.

Kringgg...

"Nah udah bel. Ayok ke kantin, gue traktir deh, terserah lo mau pesen apa aja asal lo berhenti nangisnya!" bujuk Tasya.

"Hiks gue gak mau! Gue kesel sama lo, kesel, kesel, kesel!"

"Iya-iya gue tau lo kesel sama gue, tapi gue kan udah minta maaf sama lo." Tasya berusaha berfikir sekiranya apa yang dapat membuat Aleana memaafkannya.

Tasya menjentikkan jarinya, "Al berhenti dong nangisnya, nanti gue beliin lo novel yang banyak deh!"

Aleana yang mendengar itu cepat-cepat menghapus air matanya kasar, "Bener ya?! Awas aja lo kalo bohong!"

Nah kan bener, Aleana jika dibujuk dengan novel pasti langsung nurut. Dia tuh hidupnya gak jauh-jauh dari novel, bahkan di rumahnya pun ada perpustakaan pribadi yang sengaja dibangun Damian untuk Aleana.

"Iya gue janji, yaudah yuk ke kantin gue udah laper banget nih!"

"Ayok, lo yang traktir kan?!"

"Anj-"

"Padahal lo yang bilang tadi loh kalo mau traktir gue," Aleana menatap wajah kesal Tasya dengan tatapan polosnya. Sok dibuat-buat polos lebih tepatnya.

Tasya menghembuskan nafasnya kasar, Aleana ini kurang ngajar atau bagaimana sih. Ya emang sih tadi dia menawarkan diri untuk mentraktir Aleana, tapi kan dia jawabnya gak mau. Giliran ditraktir novel baru mau. Lah sekarang kok tiba-tiba minta ditraktir makan sama minta novel, bisa tekor Tasya kalo gini caranya.

"Iya dah serah lo aja, udah cepet!" Tasya pasrah sajalah, itung-itung sedekah kan?

"Eh lo duluan aja Sya! Gue ke toilet dulu bentar, samain aja kayak punya lo pesenannya!" setelahnya Aleana berlari cepat menuju toilet, mungkin sudah diujung kali ya, jadinya dia lari cepet-cepet gitu.

Tasya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Aleana dan segera berlalu dari sana menuju kantin.

***

"Huh lega banget!" gumam Aleana pelan ketika sudah selesai menyelesaikan panggilan alamnya.

Dia berjalan keluar toilet, disaat itu pula dia berpas-pasan dengan Zayan yang sepertinya baru keluar dari toilet juga.

Zayan menatap datar kearah Aleana sebelum menarik tangan Aleana, "Ikut gue!"

"E-eh mau kemana Zay? Gue udah ditungguin Tasya,"

Zayan tak mendengarkan ucapan Aleana, dia membawa Aleana ke taman belakang sekolah yang jarang dilewati orang-orang, di sana tampak sepi, itu membuat Aleana menjadi takut. Takut jika Zayan berbuat macam-macam karena tak terima dengan ucapan Tasya tadi pagi yang mengatakan jika dia menyukai Zayan.

Zayan melepaskan tangan Aleana sesampainya disana, itu membuat Aleana menghembuskan nafasnya lega karena sedari tadi jantungnya tak berhenti berdegup kencang.

"Lo kenapa bawa gue sini Zay?" tanya Aleana pelan.

Zayan sebenarnya hanya ingin memastikan apa benar jika gadis didepannya ini suka padanya.
"Bener yang diomongin Tasya tadi pagi?"

"Ha-hah ma-maksudnya apa?" Aleana menjawab dengan terbata-bata, dia gugup ditatap seperti itu oleh Zayan.

"Lo suka sama gue?" tanya Zayan.

"Hah ahahaha ya enggak lah. Lo jangan dengerin omongannya Tasya, dia tuh cuma ngarang doang!" elak Aleana cepat, Tasya sialan.

Zayan mengangguk mendengar Aleana.

"Emangnya kenapa kalo gue suka sama lo? Dan kenapa juga kalo gue gak suka sama lo?" tanya Aleana.

"Gak papa!" balas Zayan singkat.

"Oh yaudah kalo gitu, gue duluan ya!" sebelum Aleana meninggalkan Zayan, suara panggilan Zayan menghentikan langkahnya.

"Al, jangan suka sama gue!" ucap Zayan dan setelahnya berlalu dari sana meninggalkan Aleana sendiri.

Aleana tersenyum miris, "Kalo gue mau juga gua gak bakalan suka sama lo Zay. Tapi gue bisa apa? Rasa ini hadir dengan sendirinya." gumamnya pelan.

Tak terasa matanya berkaca-kaca, Aleana menengadahkan kepalanya keatas guna menghalau air matanya agar tidak turun. Tapi itu sia-sia, karena belum sempat dia menghalau, air matanya itu dengan cepat mengalir di pipinya.

***

"Lo lama banget Al, nih makanan lo keburu dingin, cepet makan!"

"Iya, makasih ya Sya!"

Tunggu-tunggu, kenapa suara Aleana seperti itu. Mata Aleana juga memerah dan terlihat bekas air mata disana. Apa mungkin itu karena tadi nangis waktu di kelas? Ah tapi itu sepertinya masih baru, ada yang gak beres nih- batin Tasya.

"Al lo ... kenapa?" tanya Tasya pelan.

"Hah enggak kok, gak papa. Emangnya kenapa?" tanya Aleana balik.

"Lo kayak abis nangis,"

"Loh tadi kan gue emang nangis gara-gara lo!"

"Iya sih, tapi kok bekas air mata yang ada disudut mata lo kayak yang baru sih?"

"Ah ini, ini tadi gue habis cuci muka waktu ke toilet tadi. Mungkin yang disudut mata belum ke lap kali ya."  Aleana mengelap sudut matanya dengan tisu yang ada di meja kantin.

Tasya mengangguk mencoba percaya. Padahal dia yakin sekali jika Aleana kembali menangis, entah karena apa.

"Yaudah lanjutin makan lo!"

Mereka kembali melanjutkan memakan makanannya, tak sadar jika dari tadi ada yang memperhatikan interaksi keduanya. Orang itu menatap Aleana dengan pandangan yang sulit diartikan.

***

Zayan jahat banget ya kan kasian Aleana nya!!!
Karena Zayan udah jahat sama Aleana, gimana kalo Aleana nya cari yang lain aja?! Setuju gakkk??!!

Ayo vote dan komen yang banyakkk!!

Accismus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang