Part 48

132 8 0
                                    

Happy reading 💙

***

Hari Senin kembali menyapa, murid-murid SMA Merah Putih sudah berbaris di lapangan untuk melakukan upacara.

Senin kali ini kelas Zayan yang kebagian untuk menjadi petugas upacara.

Zayan berdiri dengan gagah ditengah-tengah lapangan karena dia menjadi pemimpin upacaranya.

Aleana yang tahu jika pacarnya menjadi pemimpin pun baris dibarisan paling depan.

Biasanya Aleana akan baris dibarisan paling belakang karena selain teduh, dibelakang juga bisa mengobrol.

Tapi kali ini Aleana rela menahan panasnya matahari demi sang pujaan hati.

Keringat mulai mengucur deras di dahi Aleana. Amanat pembina upacara yang panjangnya melebihi kereta api itu tak di dengarkan oleh Aleana. Karena entah mengapa kepalanya terasa pusing, dia jadi tidak konsen mendengarkan amanat pembina upacaranya itu.

Aleana ingat, penyebab dari rasa pusing di kepala nya ini mungkin karena dia belum sempat sarapan.

Tadi pagi Aleana bangun kesiangan, jadi tak sempat sarapan. Padahal Zayan bersedia menunggu jika Aleana harus sarapan dulu.

Tapi dia tak mau, karena Aleana ingat jika Zayan harus melakukan latihan dulu sebelum upacara.

Sesampainya di sekolah, Zayan sudah mengingatkan Aleana untuk sarapan dulu di kantin. Aleana hanya iya-iya saja, tapi tak melakukan apa yang disuruh Zayan.

Ketika Zayan telah pergi dari kelasnya, Aleana malah keasikan ngobrol bersama Tasya jadinya dia lupa untuk sarapan di kantin seperti perintah dari Zayan.

Dan akhirnya sekarang Aleana menyesal karena tidak menuruti perintah Zayan.

Kepalanya semakin terasa pusing, bulir-bulir keringat mengucur dengan sangat deras.

Pandangannya mulai mengabur, kakinya sudah tidak kuat lagi menahan berat badannya. Dan akhirnya ...

Bruk

Aleana jatuh pingsan ke dalam dekapan Tasya. Suasana seketika menjadi bising saat melihat Aleana tak sadarkan diri.

Zayan yang melihat Aleana pingsan pun sangat khawatir. Dia hendak berlari menghampiri Aleana, tapi ketika tak sengaja menatap wali kelasnya, wali kelasnya itu sedang menatap tajam kearah Zayan seolah mengatakan jika Zayan tak boleh pergi.

Aleana dibawa pergi oleh ketua OSIS yang kebetulan berjaga di belakang kelas Aleana. Anggota PMR itu semuanya perempuan dan tandu berada jauh dari kelas Aleana. Maka dari itu, ketua OSIS yang bernama Rafael itu segera mengangkat tubuh Aleana menuju UKS.

Zayan tentu melihat itu, karena sedari tadi fokusnya hanya tertuju pada Aleana.

Zayan sudah tak bisa menahannya lagi, dia dengan cepat berlari kearah Rafael yang menggendong Aleana tanpa mempedulikan tugasnya sebagai pemimpin upacara.

Semua guru yang melihat Zayan pergi hanya bisa melongo ditempatnya. Anggota OSIS yang melihat Zayan meninggalkan tempatnya itu pun segera menggantikan tugasnya sebagai pemimpin upacara.

Zayan menarik pundak Rafael, bermaksud untuk menghentikan langkahnya.

Rafael berbalik dan terkejut melihat Zayan di depannya.

"Gue aja!" ucap Zayan mengambil alih tubuh Aleana.

"Lo lagi bertugas Zayan. Lo jangan pergi seenaknya ninggalin tugas lo hanya karena masalah sepele!" ucap Rafael menatap Zayan datar.

Accismus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang