"Oh gue tau, pasti karena lo kasian kan sama dia?" bukan Zayan yang menjawab, melainkan Keenan.
"Belum saatnya kalian tau," itu jawaban yang dilontarkan Zayan kepada kedua temannya.
"Oke deh gak papa kalo lo belum mau cerita. Tapi kalo lo udah siap cerita, lo harus cerita sama kita!" ucap Rian.
"Ya." Balas Zayan singkat.
Bel masuk tanda pelajaran terakhir akan segera dimulai berbunyi. Murid-murid yang ada di kantin segera melangkahkan kakinya menuju kelasnya masing-masing.
"Sekarang pelajarannya pak Suripto ya?" tanya Tasya pada Aleana.
"Bukan. Sekarang pelajaran sejarah tau," balas Aleana.
"Heh! Pak Suripto itu ya ngajar sejarah dodol, gimana sih lo." Ucap Tasya geram.
"Oh iya tah, gue gak tau." Aleana menjawab dengan tampang polosnya. Maklum, dia tipe orang yang gak tau nama guru karena jumlah guru di sekolahnya sangat banyak dan dia tidak mungkin kan menghapalkannya satu-satu, jadi dia hanya menghapal mata pelajarannya saja.
Tasya hanya berdecak sebal. Tak lama dari itu pak Suripto datang dengan senyuman khasnya.
"Selamat siang anak-anak. Sekarang buka bukunya halaman 145! Bapak akan menjelaskan materinya." Ucap pak Suripto.
Semua murid kelas 12 IPA 2 yang mendengar itu segera membuka buku paketnya masing-masing. Kecuali Tasya, dia tengah bersiap-siap untuk tidur, kebiasaan dia jika pelajaran sejarah.
Ya gimana gak tidur coba? Jam terakhir tuh jam yang sangat enak untuk tidur siang, apalagi ini pelajaran sejarah, pak Suripto kalo ngejelasin suaranya lembut banget, jadi serasa dibacain dongeng. Coba kalian bayangin, apa gak makin ngantuk tuh?
Aleana yang melihat Tasya tengah menenggelamkan kepalanya di meja itu hanya menggelengkan kepalanya. Punya temen kok gini amat, kalo dijual di toko oren laku ga sih?
***Bel yang ditunggu-tunggu pun akhirnya berbunyi juga. Seperti biasa, setiap bel pulang berbunyi pastinya semua murid langsung bergegas untuk pulang.
Begitu pun Zayan dan kedua temannya, saat ini mereka tengah berjalan menuju parkiran.
"ZAYAN!" suara teriakan yang membahana itu membuat Zayan menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Rian dan Keenan.
"Zayan ih kamu kok tadi pas istirahat gak jemput aku ke kelas sih. Aku kan udah bilang buat jemput aku." kalian pasti bisa menebak kan siapa itu yang berbicara.
Ya Clara, gadis itu tengah mencak-mencak sebal di depan Zayan.
"Jijik banget gak sih?" bisik Rian pada Keenan.
"Banget anjir." Balas Keenan sambil bergidik.
Zayan menatap gadis di depannya dengan tatapan datarnya dan berkata "Lupa,"
"What lupa? Kamu lupa sama aku? Kamu udah gak sayang ya sama aku?"
"Mon maap nih mbaknya, Zayan kan juga manusia nih. Nah manusia kan tempatnya lupa dan salah, jadi mbaknya biasa aja dong, jangan lebay gitu!" ucap Rian yang sudah tidak bisa menahan kekesalannya.
"Diem lo! Gue gak ngomong sama lo ya," Clara menunjuk Rian dengan jari telunjuknya.
"Eh buset, biasa aja dong mbaknya!" timpal Keenan yang juga kesal setengah mati sama gadis satu itu.
"Zayan kamu kok diem aja sih. Temen-temen kamu juga kok gitu banget sih sama aku, aku salah apa coba sama mereka?! Marahin mereka dong!"
"Dih lo siapa nyuruh-nyuruh Zayan buat marah sama kita?" tanya Rian.
"Gue pacarnya ya! Pacarnya." Ucap Clara dengan menekankan kata pacarnya.
"Baru pacarnya kan? Masih bisa putus, jangan kesenangan dulu!" memang ya Rian ini jika sudah tak suka dengan orang, dia akan menunjukkan rasa ketidaksukaannya itu dengan terang-terangan.
"Ih nyebelin banget sih. Sayang ayo kita pergi aja! Aku gak mau liat muka mereka berdua," ajak Clara dengan tangan yang sudah melingkar di lengan Zayan.
Zayan yang sudah malas dengan perdebatan Clara dan dua temannya itu berlalu menuju motornya.
"Dih kita juga ogah kali liat muka lo. Muka kayak tante girang gitu bikin kita mual." Ucap Rian setelah kepergian Zayan dan Clara. Keenan pun hanya mengangguk membenarkan ucapan Rian.
"Udahlah yok balik! Jangan ngurusin tuh tante girang." Ajak Keenan.
Selama perdebatan antara kedua teman Zayan dan Clara itu tak lepas dari pandangan seorang gadis yang sudah sedari awal memperhatikan.
Melihat mereka yang sudah menaiki motornya masing-masing dan pergi dari sana, gadis itu pun berjalan menuju halte yang berada di dekat gerbang sekolahnya.
Setelah menunggu lama, akhirnya taksi online yang dipesannya tiba. Dengan segera dia memasuki mobil itu dan seketika mobil itu pun melaju dengan kecepatan sedang.
***
Aleana memasuki rumah mewahnya dengan langkah gontai. Dia berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman yang bisa menghilangkan dahaganya.
"Ah seger banget."
"Non, non Lea udah pulang toh. Non Lea mau makan? Biar bibi siapin," itu suara bi Sumi, salah satu pembantu rumah tangga di rumah ini. Dia yang telah merawat Aleana semenjak Kinara, mami nya tidak ada di rumah.
"Eh enggak bi, nanti aja. Papi belum pulang ya?" tanya Aleana.
"Ini kan masih sore non, jadi tuan belum pulang. Biasanya tuan pulang itu abis magrib." Bi Sumi mengusap kepala Aleana yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri. Dia sangat kasihan pada Aleana, pasalnya anak majikannya ini selalu kesepian jika di rumah.
Aleana menghembuskan napasnya pelan, "Yaudah bi, Lea ke kamar dulu ya. Nanti kalo papi udah pulang kasih tau Lea!"
Aleana berlalu dari dapur menuju kamarnya. Setibanya di kamar, dia mendudukkan dirinya di kursi meja belajarnya.
Dia mengamati satu foto yang terletak di meja belajarnya itu. Diambilnya foto itu dan mengusap debu yang ada di bingkai fotonya.
"Aku kangen mami. Mami kapan sembuh?"
Tes
Satu tetes air mata lolos begitu saja dari matanya. Dia mengusap air mata itu dengan kasar. Dia tidak boleh menangis.
Tapi seberapa kuat pun Aleana menahan agar tidak menangis, air mata itu akan tetap mengalir tanpa bisa dia cegah.
***
Wah kira-kira mami nya kenapa yaa? Ada yang bisa nebak??
Ayo ayo vote dan komennya!! 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Accismus [END]
Teen FictionAccismus - keadaan dimana kamu berpura pura tidak menyukai seseorang padahal sangat menyukainya- _________________________________________________ "Gila Al ! Lo ngoleksi foto dia sebanyak ini?? Hebat lo, di depan orang-orang lo bersikap seakan lo g...