Part 9

496 29 0
                                    

Aleana menuruni anak tangga di rumahnya dengan semangat. Dia sangat bersemangat hari ini, entahlah kenapa ia bisa seperti itu. Mungkinkah karena semalam?

"Pagi papi!" sapa Aleana ceria, dia melihat papi nya sedang menyeruput kopi di ruang makan.

"Hai sayang, pagi juga!" Damian meletakkan gelas yang berisi kopi itu ke meja. Dia tersenyum melihat anaknya yang sepertinya tengah berbahagia, entah apa penyebabnya.

"Kamu keliatannya lagi bahagia gitu, kenapa nih? Cerita dong!" Damian penasaran dengan apa yang membuat anaknya tampak lebih bahagia dari biasanya. Pasalnya, sejak kejadian itu, dia jarang sekali melihat anaknya tersenyum lebar dengan mata yang berseri-seri itu.

"Nggak kok pi, biasa aja. Aku cuma lagi seneng, karena besok kan weekend jadi nanti kita jenguk mami yuk pi!" tentu saja itu bukan jawaban yang sebenarnya, dia hanya mengelak. Tapi tak dipungkiri juga bahwa dia ingin menjenguk mami nya itu bersama dengan papi nya.

"Yah kayaknya papi gak bisa deh. Besok ada meeting penting sama kolega bisnis papi yang dari Korea. Nanti kapan-kapan kalo papi gak sibuk, kita pergi jenguk mami ya." Selalu, selalu seperti itu jawaban papi nya jika dia mengajak untuk menjenguk mami nya.

Aleana tau, papi nya ini hanya beralasan agar tidak menjenguk mami nya. Karena bukan sekali dua kali Aleana mengajak Damian untuk pergi menjenguk Kinara, mami nya.

Setiap Aleana mengajak Damian, dia selalu saja beralasan. Entah itu karena ada meeting, sibuk bekerja dan hal lain yang sekiranya bisa menjadi alasan agar Damian tidak ikut menjenguk Kinara.

Damian ini termasuk orang pecundang jika berhadapan dengan Kinara, karena ketika dia melihat istrinya yang hanya bisa terdiam saja, itu membuat Damian merasa semakin bersalah.

Aleana tersenyum menanggapi, "Gak papa kok pi, Lea ngerti kok papi pasti sibuk. Nanti Lea jenguk mami nya sendiri aja."

Damian juga merasa sangat bersalah pada anaknya itu. Pasti anaknya sangat kesepian jika dirinya tengah sibuk bekerja. Tapi mau bagaimana lagi, jika Damian lebih lama berada di rumah, itu akan membuat Damian mengingat momen-momen yang terjadi di rumah ini bersama istrinya.

"Papi aku berangkat dulu ya, udah siang nanti aku telat lagi." Aleana mengecup pipi Damian sekilas dan pergi setelahnya.

Damian menatap kepergian anaknya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Maafin papi sayang."

***

Zayan tiba di sekolah dengan mengendarai motor sport nya. Tak lupa juga, di boncengan nya ada Clara yang tengah memeluk pinggangnya.

"Turun!" titah Zayan datar pada Clara. Clara yang mendengar itu mendengus sebal.

"Kamu bisa gak sih jangan cuek-cuek kalo sama aku? Kamu mau cuek ke yang lain gak papa, tapi jangan ke aku!"

"Hm," Zayan hanya berdehem menanggapinya.

"Ih tuh kan. Aku bilangin papa ya! Biar aja nanti papa aku bilang ke papa kamu, jadi nanti kamu dimarahin sama papa kamu."

"Eh eh eh ada apa nih? Pagi-pagi udah ribut aja. Kenapa Zay? Cewek lampir ini rusuhin lo?" tanya Rian yang tiba-tiba datang bersama Keenan.

"Siapa yang lo maksud cewek lampir hah?" tanya Clara dengan nada marah.

"Ya siapa lagi cewek yang ada disini selain lo." Rian muak sekali dengan perempuan satu ini. Harus diapakan agaknya agar dia musnah dari muka bumi.

"Lo kok rese banget sih jadi orang. Gue ada salah apa sama lo hah?"

"Gak ada sih, gue cuma gak suka aja liat lo."

"Zayan liat nih temen kamu. Mereka kenapa sih kok pada gak suka sama aku?"

"Dih kalo boleh jujur juga Zayan pastinya gak suka sama cewek lampir kayak lo." Gumam Keenan pelan yang di dengar oleh Rian.

Rian yang mendengar gumaman Keenan itu tertawa pelan. "Bener tuh."

Zayan seperti biasa, tidak menanggapi Clara dan lebih memilih meninggalkan parkiran menuju kelasnya. Sebenarnya Zayan sudah muak dengan semua ini, tapi dia menunggu waktu yang tepat untuk melepaskan diri dari Clara.

Rian dan Keenan yang melihat kepergian Zayan pun berlari menyusul dan meninggalkan Clara seorang diri di parkiran. Biarlah cewek lampir itu mencak-mencak gak jelas disana.

Di perjalanan menuju kelas, mereka bertemu dengan Aleana dan Tasya yang sedang berjalan berlawanan arah.

"Hai Aleana! Makin cantik aja nih." Jiwa buaya Rian dan Keenan muncul jika dihadapkan dengan perempuan cantik.

"Makasih." Balas Aleana dengan senyuman yang membuat Rian dan Keenan semakin terpesona.

"Aduh neng jangan senyum gitu dong! Abang jadi makin terpesona deh," tubuh Keenan seolah mleyot melihat senyuman manis Aleana.

"Yee dasar buaya. Pagi-pagi udah gombalin anak orang aja." Tasya yang sudah jengah dengan kelakuan Rian dan Keenan mengeluarkan suaranya.

"Dih sirik aja lo. Lo mau juga digombalin kita?" tanya Keenan menatap Tasya yang ada di depannya.

"Ogah. Sorry aja nih ya, gue gak bakalan luluh sama gombalan lo pada."

Aleana tidak menghiraukan Tasya yang saat ini tengah berdebat dengan Rian dan juga Keenan.

Dia hanya memusatkan perhatiannya pada seseorang yang ada di depannya. Walaupun orang yang di depannya ini hanya menampilkan raut wajah datar, tapi entah kenapa itu semakin membuatnya menjadi semakin ganteng. Emang ya, orang ganteng kalo mau gimana juga tetep aja ganteng.

Zayan yang merasa diperhatikan pun menatap Aleana dengan alis yang terangkat satu.

Aleana yang ditatap Zayan segera mengalihkan pandangannya ke segala arah dengan gugup. Sial dia ketauan jika sedari tadi sedang memperhatikan Zayan.

"Eh Sya ayok katanya mau ke koperasi. Cepetan nanti keburu bel!" itu hanya alibi Aleana saja, dia hanya ingin cepat-cepat pergi dari sana. Dia malu setengah mati pada Zayan yang menangkap basah dirinya yang tengah menatap Zayan dengan tak berkedip.

Aleana pergi dari sana dengan sedikit berlari dan tangan yang menarik Tasya.

"Ih apaan sih Al. Lepas ih, terus juga siapa yang mau ke koperasi sih? Lo kan tadi ngajaknya ke taman belakang buat bolos, kok malah jadi ke koperasi." Tasya menyentak tangan Aleana yang sedari tadi menariknya.

Plak

Satu tepukan berhasil mendarat di lengan Tasya, tentu saja pelakunya Aleana.

"Lo jangan playing victim ya Sya! Lo yang ngajakin gue bolos, bukan gue yang ngajak!"

Kesal Aleana tuh, yang ngajak dia bolos kan Tasya. Kok Tasya bilangnya dia yang ngajak sih. Aleana jadi nyesel ikut Tasya bolos. Emang ya, perbuatan yang tidak baik itu akan berakhir dengan tidak baik juga.

***

Jangan lupa vote dan komennya ya gais!!

Makasih juga udah baca💙







Accismus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang