Epilog

407 10 0
                                    

Hallo guys, gimana kabarnya nih?
Semoga kalian selalu baik-baik aja dan selalu dalam lindungan Tuhan yaa..

Nih aku bawa epilog buat kalian yang kangen sama Zayan-Aleana😘

Sebelum baca ayo vote dulu!!

Happy reading 💙

***

Zayan, Damian, Kinara dan kedua orang tua Zayan kini tengah menunggu kabar dari dokter yang menangani Aleana.

Sedari tadi Zayan tak henti-hentinya mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Terkadang dia memukul dinding untuk meluapkan emosinya.

Cklekk

Suara pintu ruang operasi yang terbuka membuat perhatian mereka langsung teralihkan.

"Dok bagaimana keadaan anak saya? Anak saya baik-baik saja kan?" tanya Damian langsung, perasaannya sedari tadi tak tenang, dia takut jika harus kehilangan putri satu-satunya.

Dokter itu menghela napasnya pelan, "Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkata lain. Pasien atas nama Aleana Abigail dinyatakan meninggal tadi pukul 13.25 WIB."

Duarr

Bagai petir yang menyambar di siang bolong, mereka semua terkejut mendengar pernyataan dokter itu.

Kinara menangis histeris di pelukan Damian, dia meronta-ronta seolah tak terima jika putrinya meninggal. "Enggak, dokter pasti bohong kan? Anak saya gak mungkin meninggal, dokter jangan bercanda!"

Kinara sangat terpukul, begitupun dengan Damian. Kehilangan anak satu-satunya tidak pernah terlintas dibenak mereka. Mereka selalu berharap bahwa merekalah yang harus pergi lebih dulu daripada Aleana.

Tubuh Kinara ambruk di pelukan Damian, dia pingsan. Dokter menyarankan untuk membawa Kinara ke salah satu ruang rawat agar ditangani, dan Damian pun menuruti itu.

Damian rapuh, tapi dia harus mencoba untuk kuat demi istrinya. Jika bukan Damian, siapa lagi yang akan menguatkan istrinya.

Begitupun dengan Zayan, dia saat ini tengah tertawa sambil menatap dokter. Dia tertawa keras, tapi tatapannya kosong dengan mata mengeluarkan air mata. "HAHAHA lo jangan becanda ya! Pacar gue gak mungkin tinggalin gue sendiri. Lo jangan main-main sama nyawa seseorang!"

Kini di sana hanya ada Zayan, Lusiana dan Alex. Dokter menatap wajah mereka satu persatu. "Saya menyesal mengatakannya, tapi ini benar adanya. Pasien sudah meninggal dunia, saya turut berdukacita. Kalau begitu saya permisi dulu, saya akan mempersiapkan jenazah untuk dibawa pulang."

Setelah kepergian dokter, Zayan langsung memasuki ruangan operasi itu. Disana terlihat Aleana yang terbaring kaku di brankar.

Zayan yang melihat salah satu suster disana yang akan menutup wajah Aleana dengan kain langsung menghampiri dan mendorongnya.

"Lo apa-apaan?! Lo mau bunuh pacar gue? Kalo pacar gue gak bisa napas gara-gara lo tutup kepalanya gimana hah?!" bentaknya pada suster itu.

Suster itu terkejut dengan perilaku Zayan, dia juga takut karena bentakan keras dari Zayan.

Alex menghampiri suster itu dan menyuruhnya untuk pergi, suster itu langsung menuruti perintah Alex karena tak mau mencari masalah.

Zayan mendekati brankar Aleana, dia menggenggam tangan Aleana yang terasa dingin.

"Hey sayang, bangun! Aku disini, kamu gak mau liat aku?" bisiknya lirih, air matanya kembali menetes.

"Al kamu tau gak? Masa tadi dokternya bilang kalo kamu meninggal, dia bohong kan sayang. Kamu itu lagi tidur sebentar, bukan meninggal!"

Accismus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang