Part 20

412 21 0
                                    

Happy reading 💙

***

Tasya dan Aleana yang baru memasuki kantin itu langsung memusatkan pandangannya pada Keenan yang tadi berteriak memanggil Tasya.

"Al kita ke sana yuk! Tuh Keenan manggil gue," ajak Tasya tanpa mendengarkan respon Aleana, dia langsung saja menarik tangan Aleana menuju meja pojok kantin.

"Duduk disini aja Sya!" ajak Keenan sembari menepuk bangku kosong di sampingnya.

"Neng Aleana cantik duduk juga dong, tuh samping Zayan masih kosong!" tunjuk Rian dengan dagunya.

Aleana ketar-ketir di tempat. Tolonglah, dia melihat Zayan dari kejauhan aja jantungnya serasa mau copot, ini malah disuruh duduk di sampingnya. Waktu itu dia masih bisa menahan diri ketika Zayan duduk di depannya, sekarang ini dia tak tau apa dia bisa menahan dirinya atau tidak.

"E-eh iya." Plis, Aleana gugup. Dengan perasaan yang tak menentu dia mendudukkan dirinya di samping Zayan.

Tasya sedari tadi memperhatikan tingkah Aleana yang menurutnya sedikit aneh. Aleana kenapa?-batinnya bertanya.

Tasya mengangkat bahunya acuh dan kemudian duduk di samping Keenan.

"Kalian mau pesen apa? Biar Rian yang mesenin, iya kan Yan?!" ucap Keenan dengan tersenyum kearah Rian. Senyum yang menyeramkan.

Rian hendak protes tapi begitu melihat uang lembaran seratus ribu di depan matanya, dia mengurungkan niatnya untuk protes.

Rian mengambil uang yang disodorkan Keenan kepadanya, "Oke biar gue pesenin, kalian mau apa?"

"Eh gak usah! Gue pesen sendiri aja," ucap Aleana, tak enak jika Rian yang memesan makanannya.

"Udah gak papa Al, biar Rian aja!" timpal Keenan.

"Yaudah deh, gue jus jeruk aja, maaf ya kalo ngerepotin lo." Ucapnya pada Rian.

"Santai aja kali Al. Lo mau apa Sya?" tanya Rian pada Tasya.

"Gue juga jus jeruk aja!" jawab Tasya.

"Kok gak pesen makan Sya, Al?" tanya Keenan heran.

"Kita masih kenyang, tadi pas istirahat pertama kita makan banyak. Jadinya sekarang masih kenyang deh," jawab Aleana.

"Oh yaudah, bentar ya gue pesenin dulu!" Rian berlalu dari sana guna memesan pesanan Aleana dan Tasya.

"Sya lo nanti pulang sama siapa?" tanya Keenan memecah keheningan diantara mereka. Tadi setelah kepergian Rian, keadaan hening menyapa mereka. Aleana yang gugup jadi memilih diam saja, Zayan seperti biasa hanya menampilkan wajah datar sembari memakan makanannya dengan tenang, sedangkan Tasya dan Keenan juga tampaknya masih sangat canggung.

"Gue rencananya mau bareng Aleana sih. Gue mau nginep di rumahnya," balas Tasya menatap wajah Keenan.

Ya, memang tadi sebelum ke kantin, Aleana menyuruh Tasya untuk menginap di rumahnya.

Keenan menghembuskan nafasnya kecewa, "Yah tadinya gue mau ngajak lo pulang bareng."

"Eum maaf ya, lain kali aja gimana?" tawar Tasya tersenyum.

Keenan yang melihat senyum Tasya pun kembali bersemangat. "Oke, janji ya, lain kali lo pulang bareng gue!"

Tasya mengangguk mengiyakan.

Tak lama dari itu, Rian datang dengan tangan yang membawa dua cup jus jeruk pesanan Aleana dan Tasya.

"Ini pesanannya, silahkan dinikmati!" ucap Rian seperti pelayan-pelayan cafe.

"Cocok lo kayak gitu Yan!" celetuk Keenan.

"Enak aja, gue cocoknya itu jadi bos, bukan jadi pelayan!"

Dan setelah itu Rian dan Keenan kembali berdebat.

***

Aleana dan Tasya kini tengah berbaring di kasur dengan ponsel ditangan masing-masing.

"Al gue laper, ambil makanan sana!" ini nih, ciri-ciri orang yang tak tau malu. Aturan mah kalo lagi di rumah orang tuh jaga sikap, lah ini si Tasya malah nyuruh-nyuruh si tuan rumah. Gak ada akhlak emang.

Aleana juga mau-mau aja disuruh Tasya, buktinya setelah Tasya mengatakan itu dia langsung turun ke bawah buat ambil makanan.

Setelah kepergian Aleana ke bawah, Tasya mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar Aleana.

Semuanya masih tampak sama seperti terakhir kali dia datang ke sini. Kecuali satu, ada lukisan besar yang menempel di dinding kamar Aleana.

Sebelumnya Tasya tidak melihat ada lukisan itu di kamar Aleana. Karena penasaran dia pun melangkahkan kakinya menuju lukisan itu.

"Tumben si Aleana pajang lukisan sebesar ini di kamarnya. Dia kan kurang suka sama lukisan," gumam Tasya pelan, tangannya meraba-raba lukisan itu hingga tak terasa lukisan itu sedikit tergeser dari tempat awalnya.

"E-eh kok jadi miring sih lukisannya, duh bisa marah si Aleana." Tangannya sibuk menata ulang lukisan itu, tapi matanya tak sengaja menatap tombol-tombol di belakang lukisan.

"Tombol apaan nih? Wah Aleana punya ruangan rahasia ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Tasya coba mengutak-atik tombol itu. Tombol itu seperti pin yang jika ditekan angka pin nya, pintu akan terbuka.

"Apaan ya pin nya?"

"Ah gue coba masukin tanggal lahir Aleana aja,"

Dengan ragu Tasya menekan angka kelahiran Aleana.

Tit

Pintu terbuka setelah bunyi tit.

"Wah ternyata bener pin nya tanggal lahir Aleana," gumamnya sebelum memasuki ruangan itu.

"Ruangan apaan nih? Perasaan waktu itu gak ada deh,"

Rasa penasaran kian menyelimuti Tasya, dia pun melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu.

Setelah benar-benar memasuki ruangan itu, Tasya terlonjak kaget dengan mata yang melotot seolah ingin keluar dari tempatnya.

"Gila gila gila. Lo gila Al, fiks sih ini, Aleana gila!" gumam Tasya pelan. Dia sangat-sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya sekarang. Dia tak menyangka Aleana seperti itu.

Sementara Aleana yang baru memasuki kamarnya mengernyitkan dahinya heran, kemana perginya Tasya.

Dia melihat kearah pintu ruangan rahasianya yang terbuka lebar. Gawat, jangan bilang Tasya ada di dalam sana.

Buru-buru Aleana memasuki ruangan itu, dia melihat Tasya yang sepertinya terlihat sangat syok.

"Sya!"

***

Wah kira-kira apa ya yang diliat Tasya sampe kaget gitu??
.
.
.
Ayo vote dulu gais!!!




Accismus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang