PROLOG
.
.
.
.
."Dokter! Suster! Tolongin kakak saya." Suara teriakan seorang pemuda, yang masih mengenakan seragam SMA itu menggema di area lobi rumah sakit.
Penampilan pemuda itu berantakan, dengan banyak bercak darah diseragam yang dikenakannya. Dia terus berteriak minta tolong, hingga tidak berselang lama akhirnya beberapa dokter dan staf rumah sakit menghampiri pemuda itu.
"Taruh disini dek," Kata seorang perawat disana.
Pemuda itu menuruti tanpa banyak bicara, meletakkan seorang perempuan yang sejak tadi berada dalam gendongannya—ke atas brankar.
Kondisi perempuan yang diyakini adalah kakak dari pemuda itu terbilang sangat parah, dengan luka lebam di sepanjang lengan, beberapa bagian tubuhnya yang terus mengeluarkan darah hingga menutupi hampir sebagian dari wajahnya. Belum lagi ada beberapa serpihan kaca yang masih tertancap di bagian wajah dan dada kiri perempuan tersebut.
"K—Kai ..." Suara lirih perempuan itu mengalihkan perhatian mereka.
Pemuda dengan name tag Kaisar Alga. P itu merespon cepat, menggenggam tangan perempuan itu dengan wajah cemas. "Kenapa? Lo butuh apa?"
Perempuan itu nampak memaksakan sebuah senyuman, "J—Jagain Pa—Papah." Ujarnya susah payah.
Kaisar menggeleng, dengan genggaman yang semakin menguat. "Gue butuh elo, gue nggak bisa jaga papah sendirian."
Setelah mengucapkan itu, Kaisar membantu tim dokter untuk mendorong brankar yang membawa kakak perempuannya ke ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) sesuai arahan pihak rumah sakit.
Sesampainya di depan pintu ruang IGD, seorang suster menahan tubuh Kaisar yang hendak ikut masuk kedalam. "Maaf, kamu tunggu di luar ya, biar kami yang menangani pasien."
"Tapi gue pengen masuk!" Pemuda itu terus bersikeras untuk masuk.
"Nggak bisa dek, mohon patuhi prosedur rumah sakit." Balas suster itu. "Kamu bisa mengisi formulir terlebih dahulu di bagian administrasi, sebagai syarat persetujuan operasi."
"Bangsat!" Kaisar mengumpat.
Tanpa pikir panjang laki-laki segera berlari kembali ke lobi. Untuk mengisi formulir yang dimaksudkan oleh suster tadi.
Belum sampai sepuluh detik, suster yang sebelumnya ada di depan pintu IGD dikejutkan oleh kedatangan pasien baru yang juga sama-sama dalam keadaan kritis.
"Sus, tolong istri saya. Dia jatuh dari tangga." Ucap seorang laki-laki berperawakan tinggi.
Suster tersebut mengangguk, "Baik pak," tanggapnya, kemudian membantu para staf untuk membuka akses masuk ke ruang IGD.
"Maaf pak, sebaiknya bapak tunggu diluar." Hal yang serupa dikatakan oleh suster itu, saat keluarga pasien hendak menerobos masuk.
"Tapi istri dan calon anak saya butuh saya di dalam!" Laki-laki itu mencetus tajam.
"Biarin saya masuk."
Suster itu kembali menahan, "Maaf pak, tolong patuhi prosedur rumah sakit. Kami hanya menjalankan tugas." Balasnya tegas.
Tanpa menunggu balasan, suster tersebut langsung masuk ke dalam ruang IGD dan meninggalkan laki-laki dewasa tadi.
Sementara di dalam ruang IGD kini terdapat dua pasien perempuan yang sama-sama berada dalam keadaan kritis. Keduanya masih dalam keadaan sadarkan diri, terutama pasien wanita yang tengah dalam kondisi hamil besar.
"Bu masih bisa dengar suara saya?" Tanya dokter yang bertugas menangani pasien hamil tersebut.
"B—Bisa." Jawabnya, dengan rintihan rasa sakit yang luar biasa.
"Dokter Siska, pasien mengalami pendarahan." Salah satu suster berujar panik.
Dokter bernama Siska itu mengangguk paham, kemudian segera menyiapkan obat bius sebelum melakukan operasi Caesar (Sesar) karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk bersalin secara normal.
Disisi lain, kondisi perempuan yang di duga korban kecelakaan itu juga sangat mengkhawatirkan.
"Dok, serpihan kaca itu sepertinya menembus cukup dalam."
Dokter itu membenarkan, "Segera siapkan operasi, saya khawatir serpihan itu sampai melukai lapisan terluar dinding jantung pasien."
Suara sayup-sayup itu masih bisa perempuan itu dengar, meskipun tubuhnya kebas namun ia masih bisa merasakan sesuatu menembus lengannya. Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, kepala perempuan itu sempat tertoleh ke samping—menatap pasien lain, selain dirinya.
Tatapan keduanya saling bertemu, sama-sama melemparkan sebuah senyuman tipis. Seolah terlihat seperti saling menguatkan satu sama lain.
Pandangan perempuan korban kecelakaan itu mulai mengabur, bersamaan dengan tertutupnya sebuah tirai pemisah—pertanda bahwa operasi akan segera dilaksanakan.
Sementara diluar ruang IGD, ada suami dari pasien perempuan yang tengah hamil itu hanya bisa merapalkan do'a disaat melihat lampu indikator ruang operasi mulak menyala. Pertanda bahwa operasi telah dimulai.
Hallo guys ...
Selamat datang di cerita baru aku ini...
Finally, akhirnya aku berhasil mempersiapkan mental buat publish cerita ketiga aku ini. Fyi, cerita ini masuk dalam kategori Young Adult Novels, jadi untuk kalian yang dibawah umur harap bijak dalam memilih bacaan.
Aku berharap, cerita aku kali ini bisa membawa dampak positif untuk kalian seperti cerita sebelumnya. I hope so ...
Jujurly, cerita ini agak berbeda dari 2 cerita aku lainnya karena ini bukan lagi cerita remaja. Dimana narasi dan dialognya benar-benar aku sesuaikan dengan karakter mereka yang dewasa.
Aku mohon doanya sama kalian, semoga cerita ini bisa banyak yang suka ya. Terima kasihh banyak
Coba kasih comment gimana sama prolognya, disini👉
See u bubayy🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK
Teen FictionPramoedya Series ke-2 Cerita ini punya rate 17+ [harsh world, sensitive topic, skin-ship, kissing, smoking, suicide, etc. Jadi harap bijak dalam memilih bacaan. *** Di umur yang telah menginjak seperempat abad ini, banyak hal yang harus Kalaia tunta...