5. Pressure

11.2K 612 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"PAPSKY!"

"ION!"

Kalaia mendengkus dengan mata berputar malas, melihat Narion dan si bujang lapuk yang nggak mau dipanggil kakek itu berpelukan layaknya teletubbies. Keenan itu sudah berumur hampir setengah abad namun wajahnya benar-benar menolak tua. Entah skincare apa yang Papanya gunakan sampai kulitnya bergenerasi dengan baik.

"Duh gantengnya Papsky akhirnya main juga." Keenan mengecupi pipi bulat Narion gemas, membuat anak itu terkikik kegelian. Keenan mengangkat tubuh Narion dalam gendongan lalu menatap putri sulungnya yang masih berdiri pada ambang pintu. "Ngapain kamu berdiri di situ? Ngehalangin pemandangan aja."

Ini alasan kenapa Kalaia malas ketika bertemu dengan ayahnya sendiri, suka bully dan ngomong seenak jidat. Perempuan itu langsung berjalan mengikuti Keenan, membawa mereka ke ruang tamu.

"Hayooo kalian kesini pasti ada maunya, kan?" Tebak Keenan.

Narion dengan lugu mengangguk, "Iya, Ion mau lihat kolam ikan, boleh Papsky?"

"Boleh dong!" Seru Keenan.

Kalaia tersenyum melihat wajah Narion yang berseri sejak mereka sampai di kediaman ayahnya. Lalu suara Keenan mengalihkan tatapan Kalaia.

"Fabian tahu kamu kesini, 'kan La?" Keenan bertanya. Kalaia membalas dengan anggukan singkat.

Kalaia sudah mengirimkan pesan kepada suaminya perihal kepergiannya dengan Narion ke rumah Keenan. Pesannya hanya dibaca beberapa menit setelah laki-laki itu menerima, dan dia tidak terlalu ambil pusing akan hal itu.

"Ical belum pulang, Pah?" Kalaia mengedarkan pandangannya.

"Belum, paling sebentar lagi pulang." Kalaia mengangguk lagi.

Keenan menurunkan pandangannya pada Narion lagi, "Kita kebelakang lihat ikan, tapi sebelum itu kita makan siang dulu oke?"

"Oke." Narion menempelkan ibu jari dan telunjuknya membentuk huruf 'O'

"Pah, nitip Narion dulu ya. Aku mau ke supermarket beli samyang." Ijin Kalaia. "Jagain beneran ya pah, jangan di apa-apain anak aku." Lagi, Kalaia memberi peringatan—benar-benar tidak percaya pada Papanya sendiri.

Keenan mendengkus malas, "Pergi sana, hawanya mistis terus kalau kamu disini. Eh nitip es krim alpukat sekalian, yang banyak. Jangan pelit sama papah." Setelahnya, Keenan meninggalkan Kalaia dengan Narion dalam gandengannya.

Sama sekali tidak mengindahkan putri sulungnya yang sudah mencak-mencak tidak jelas.

Supermarket di daerah perumahan Papanya tidak terlalu jauh, jadi hanya perlu lima menit untuk sampai. Kalaia memasukkan beberapa barang belanjaan di keranjang, niat semula hanya beli samyang, eh sampai di tempat matanya jelalatan beli yang lainnya.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang