54. I wish I hated You

5.6K 344 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.


FABIAN membuka pintu kamar, sesaat ketika mereka sampai di rumah dia izin pada istrinya untuk mengambil sesuatu di ruang kerja lebih dulu.

"Kalaia ..." Dengan suara lembut dia memanggil sang istri.

Fabian menarik nafas lega, ketika mendapati istrinya tengah duduk santai di atas kasur sambil memakan camilan. Kalaia tersenyum, dengan mulut penuh sampai menggembung.

Fabian menutup pintu, melangkahkan kaki dengan jantung berdebar. Mengambil tempat disebelah kaki istrinya yang terbalut selimut.

"Sudah ngantuk?" Mata Fabian menyorot teduh wajah istrinya.

Kalaia menggeleng, "Belum, mas Bian benar gak mau makan lagi? Tadi di rumah Opa kamu cuma makan sedikit. Itupun aku paksa."

"Saya kenyang."

"Lagi banyak pikiran ya?" Tepat, pertanyaan Kalaia barusan membuat debaran didada Fabian kian menggila.

Perih, bahkan rasanya ribuan kali lebih menyakitkan dibanding ditikam berkali-kali oleh pisau.

Fabian menelisik wajah istrinya beberapa kali, memastikan tubuh kecil itu baik-baik saja sebelum dia mengajaknya untuk duduk di sofa tepat di samping kasur mereka. Kalaia menurut saja, ketika tubuhnya dituntun oleh sang suami.

Kalaia mengamati setiap detail pergerakan Fabian, sampai dimana suaminya membawa sebuah map merah juga album foto bercover hitam di kedua tangannya. Belum sempat bertanya, Fabian lebih dulu memberikannya kepada Kalaia. Dalam situasi ini Kalaia sungguh bingung.

"Saya punya rahasia, yang mana hal itu mungkin ..." Fabian menelan susah payah salivanya. Tenggorokannya tercekat, namun berusaha menyelesaikan ucapannya. "... Akan membuat kamu kecewa, bahkan membenci saya."

Fabian memutuskan untuk membuka rahasia masa lalunya pada Kalaia, tanpa terkecuali. Termasuk rahasia yang dia simpan, alasan dia mengikat Kalaia dalam ikatan pernikahan. Fabian membiarkan Kalaia melihat album dan isi map tersebut, tidak berusaha menjelaskan lebih dulu sebab semua akan terasa tidak adil bagi Kalaia.

"Apa ini, Mas?" Dalam hati, Kalaia mulai merasa was-was. "Rahasia apa sampai bisa buat aku benci sama suamiku sendiri?"

Tidak ada jawaban, namun Fabian menuntun Kalaia untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini tersimpan dalam benaknya. Pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh Fabian.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang