19. Ibu

8.6K 452 4
                                    

Hey buddy's!
Jamgan lupa follow dan selalu tinggalkan jejak di cerita ini.

And let's be friends dengan follow Instagram yang aku terakan di BIO

@anggiregitaaa

⚠️SELAMAT MEMBACA⚠️


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


HARI ini Kalaia sudah diperbolehkan untuk pulang, tentu saja ini kabar yang menggembirakan untuknya. Sejujurnya menjadi pasien adalah mimpi buruk bagi Kalaia—Dia benci ketika harus melihat tatapan iba dan ungkapan kata yang terkesan seperti mengasihaninya. Mungkin tidak semuanya bermakna seperti itu namun tetap saja Kalaia tidak suka. Kalaia terbiasa survive dengan menyetok banyak sekali topeng.

Hanya beberapa orang yang tidak pernah mengatakan kata-kata yang dibenci olehnya, Renda, adik dan papanya salah satu contohnya, kali ini bertambah satu yaitu suaminya.

Mengingat Renda, ia jadi keheranan karena sejak kemarin sahabatnya itu belum menjenguknya atau bahkan menghubunginya lewat pesan. Ini aneh, pikir Kalaia mendadak risau.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Kalaia, disaat pintu terbuka muncul sosok yang membuatnya menarik sudut bibirnya. Fabian datang membawa satu kantung belanjaan yang isinya adalah titipannya—Snack tentu saja.

Fabian memasang wajah flat saat melihat istrinya menyengir di atas ranjang. "Puas?" Tanyanya dingin.

Kalaia mengangguk girang, "Terima kasih suamiku." Ucapnya disertai sebuah cengiran.

Fabian berdecak, namun tetap menghampiri istrinya dengan kedua tangan yang menenteng belanjaan super bejibun itu. Kalaia memang sangat totalitas dalam membuatnya sebal setengah mampus.

Dokter berparas cantik itu langsung merebut kantung belanjaan dari tangan Fabian setelah mengucap terima kasih pada suaminya, ia membuka isi kantung tersebut dengan semangat. Mata perempuan itu melebar—terlihat berbinar seperti menemukan sebuah harta karun.

"Semuanya warna pink! Kamu keren banget mas." Seru Kalaia memberikan senyum manis untuk suaminya tersebut.

Fabian menggeleng heran bisa-bisanya orang waras seperti dirinya mau saja disuruh membeli semua makanan di supermarket asal warnanya sesuai favorit istrinya, yaitu pink. Haish, mengingat tatapan geli dari pengunjung di supermarket tadi nyaris membuat Fabian meradang dan berhasrat untuk membakar tempat itu. Ia lantas membantu istrinya merapikan kantung itu agar isinya tidak berserakan kemana-mana.

Selesai membantu, Fabian berkata pada Kalaia. "Kamu sudah boleh pulang."

"Iya, aku sudah tahu." Balas Kalaia nampak acuh.

"Then?"

Kalaia menaikkan satu alisnya, "Apanya?"

"Kamu ingin pulang jam berapa?" Fabian bertanya dengan sabar.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang