33. Im Home Sugar

8.1K 448 5
                                    

~SELAMAT MEMBACA~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.

Kalaia menyembunyikan wajahnya dibalik lipatan tangan-hampir satu jam namun ia masih bertahan dalam posisi tersebut. Menangis dengan lirih dan berharap tidak ada yang menyadari keberadaannya di sudut ruang perpustakaan. Hari ini adalah persidangan terakhir kedua orangtuanya, setelah melewati beberapa tahap hari ini mereka resmi berpisah.

Keputusan itu juga atas persetujuannya, namun rasanya tidak semudah itu ketika melihat dua sosok penting dalam hidupnya memutuskan untuk hidup masing-masing. Dulu keluarganya harmonis, sampai Kalaia sangat betah berlama-lama didalam rumah. Papanya yang cringe dan mamanya yang galak adalah perpaduan luar biasa.

"Astaga belum kelar ternyata." Suara itu mengejutkan Kalaia. Tubuhnya terpekur sesaat meski masih dalam posisi menelungkup di atas meja.

Kalaia menghapus jejak-jejak air matanya sebelum menoleh pada sosok yang secara tidak langsung menegurnya. Merapikan helaian rambut panjangnya yang pasti tidak lagi teratur.

"Eh! Lo nangis?!"

Kalaia mendengkus, enggan menjawab ketika dirinya ketahuan memang tengah melakukan apa yang orang itu sebutkan.

Kalaia menoleh pada sang penanya, meski wajahnya sembab-dengan mata memerah basah, wajahnya masih tetap menawan. Matanya mengerjap beberapa kali karena sosok yang menegurnya itu justru terbengong.

"Lo ... siapa?"

Orang itu terperanjak, saat suara halus Kalaia menegurnya. Namun sepersekon kemudian senyumnya merekah menawan. Alis Kalaia menukik bingung, menelisik penampilan pemuda di depannya ini. Tampilannya tidak normal, seragam di keluarkan, dengan dua kancing atas terbuka. Tidak memakai dasi dan rambut berantakan. Dia seorang berandalan sekolah, begitulah cara Kalaia mengibaratkan. Ia bukan anak teladan, tapi Kalaia masih tahu aturan.

"Lo siapa?" Kalaia mengulang pertanyaannya lagi.

Namun dengan gerakan refleks kepala Kalaia mundur karena laki-laki tersebut mendekatkan wajahnya.

"Lo nggak kenal gue?" Tanya pemuda ituseraya duduk disampingnya, dan Kalaia hanya menggeleng dengan wajah polos hingga tanpa sadar membuat ekspresi yang lucu. Pemuda itu terkekeh berat hingga matanya menyipit tampan. "How cute's? Siapa nama lo?"

"Itu pertanyaan gue!" Kalaia mendengkus, seraya kembali mengusap sudut matanya.

Lalu, sebuah uluran tangan tepat dihadapannya kembali mengejutkan Kalaia. "Gue Aresh, anak IPS 2. Lo?"

Meski wajahnya ragu, namun Kalaia tetap membalas. "Kalaia, MIPA 1."

"Temennya si jutek?"

"Jutek siapa?"

"Renda, anak Olim."

Kalaia refleks memukul lengan Aresh, tidak terima. "Dia temen gue."

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang