~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.SEMESTINYA ini adalah hari yang melegakan karena menjadi hari terakhir pengabdian para tim medis di Kota Palu. Namun telah terjadi drama picisan dimana mereka harus menunda keberangkatan karena sejak pagi Kalaia kembali tantrum karena keinginannya tidak segera dituruti oleh Fabian.
Fabian pikir semalam istrinya hanya bercanda, tapi dia seakan lupa kalau Kalaia adalah perempuan yang benar-benar gila, sialnya perempuan gila itu adalah istri yang begitu dia cintai.
"Fab, turutin aja. Lo mau anak lo nanti ileran?" Satria berbisik dengan nada setengah geli, kasihan juga dengan sahabatnya itu. "Gue bantuin deh, bantu doa." Setelahnya laki-laki itu tertawa puas.
Zetta dan Renda sudah berusaha membujuk Kalaia, namun pada dasarnya Kalaia itu bebal ditambah kini tengah berbadan dua.
Kalaia merengek lagi sambil memeluk Renda, "Mau kelapa Ren .... Mau minum sekarang."
"Beli aja ya, nanti di Jakarta beli yang banyak." Renda terus membujuk, seperti seorang ibu sambil terus mengusap bahu Kalaia namun masih tidak mempan.
"Gak mau! Mau yang langsung dari pohonnya. Harus mas Bian yang panjat!" Permintaan itu mutlak, tidak terbantah sama sekali bahkan sejak satu jam yang lalu.
Zetta lantas beranjak setelah mendapat kode dari Renda, dia bangkit dan menghampiri para laki-laki. Dia berkata pada suami Kalaia. "Pak Fabian, kayaknya Kalaia beneran ngidam deh ini. Renda sudah bujuk tapi gak mempan, diantara kami selain Renda gak ada yang bisa atur Kalaia soalnya." Dia meringis kasihan pada suami temannya itu.
"Astaga ..." Fabian mendesah jengkel. Dia berkacak pinggang selepas menggulung lengan kemejanya hingga siku.
"Demi anak lo, Fab. Semangat lo sendirian." Satria berucap dengan nada sangat menyebalkan. Beruntung tidak ada Galang, kalau ada apa tidak makin gila Fabian nanti.
Dia berjalan mendekati pohon kelapa, menatap ke-atas. Tingganya nyaris 10 meter di atas laut. Dan dia harus benar-benar memanjat. Demi Kalaia dan calon anak mereka. Sebelum itu dia mentolehkan kepalanya untuk menatap keadaan istrinya. Tatapan mereka terkunci, Fabian mendesau, ingatkan dia untuk membalas istrinya saat sampai di Jakarta nanti.
"SAT SINI!" Fabian berteriak keras, yang dipanggil mencak-mencak namun tetap menurut.
"APAAN?!"
Fabian lalu meminta Satria berjongkok, namun ditolak mentah mentah. "Bantuin! Gue gak bisa manjat." Dia menggerutu.
Satria berdecak, dia kasihan melihat wajah frustasi Fabian. Lantas meneriaki nama seseorang. "LEO KESINI!"
Leo menunjuk dirinya sendiri, "Saya dok?"
"IYA. CEPET!"
Leo mendesah, "Gue lagi yang kena anjing!"
Dito dan Farhan tertawa puas karena nama Leo yang terpilih, mungkin karena wajah Leo yang lebih mirip seperti Kera Pohon. Mungkin saja, kita tidak ada yang tahu alasannya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK
Teen FictionPramoedya Series ke-2 Cerita ini punya rate 17+ [harsh world, sensitive topic, skin-ship, kissing, smoking, suicide, etc. Jadi harap bijak dalam memilih bacaan. *** Di umur yang telah menginjak seperempat abad ini, banyak hal yang harus Kalaia tunta...