~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.KALAIA menatap refleksi wajahnya dari cermin, menghela nafas saat melihat kondisi wajahnya sendiri. Terlalu lama menangis membuat area bawah matanya membengkak sedikit berwarna kecoklatan. Dengan tenaga yang tersisa, Kalaia berjalan terseok-seok menuju ruang makan. Disana sudah ada Fabian. Dia menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum tipis ketika sang suami menyadari kedatangannya.
"Kenapa turun?" Fabian menggapai lengan sang istri, menuntunnya untuk duduk di kursi.
"Mas Bian lama," Kalaia memasang wajah sok cemberut.
Alis tebal Fabian menukik heran, istrinya ini semakin bebal dan sulit diatur semenjak berbadan dua. Namun, mau bagaimanapun Kalaia, dia tetaplah perempuan kesayangan Fabian. Dan akan selalu begitu.
Kalaia lantas berdiri, mendekati Fabian dan memeluknya. Mendusal-dusal disana bersikap sangat manja.
"Anak kamu mau pancake coklat." Ucap Kalaia tiba-tiba.
"Mereka, atau Bubunya yang mau?" Fabian membalas dengan nada penasaran sembari membalas pelukan tersebut.
"Kalau aku maunya makan mas Bian."
"Saya?"
Kalaia mengangguk santai, "Aku kanibal." Setelahnya dia menggigit gemas bahu suaminya.
Fabian mendesis kesakitan, namun tetap pasrah atas perbuatan istrinya tersebut. Kalaia ini, kelakuannya semakin diluar nalar. Ada saja aksinya yang membuat Fabian geleng kepala.
Usai melepas gigitannya, Kalaia menatap suaminya. Menempelkan dagunya di dada Fabian. Tersenyum simpul, saat bibirnya dikecup dua kali oleh suaminya. Setelah penjelasan yang dia terima semalam, tidak pernah terbesit dalam benaknya untuk membenci Fabian. Terlepas dari segala rasa sakit yang dulu pernah laki-laki itu torehkan pada awal pernikahan mereka.
Dalam hal ini, Fabian adalah korban yang sesungguhnya.
"Mas sayang aku nggak?" Tanya Kalaia. Dan dibalas langsung oleh Fabian. "Sayang."
"Seberapa banyak?"
"As much as you want, i'll give you it."
Kalaia tersenyum. "Capek nggak sayang sama aku?"
"Tidak." Setelahnya, Fabian membubuhkan ciuman pada seluruh wajah istrinya. "Ayo sarapan, nanti sore kita ada agenda penting." Kata laki-laki itu mengingatkan.
"Gendong," Seperti biasa, selain manja Kalaia juga seorang pemalas. Malas menggunakan kakinya untuk berjalan.
Tanpa membalas, Fabian segera mengangkat tubuh sang istri. Menahan bagian bawah Kalaia, sementara lengan dan kaki istrinya memeluk pinggang serta tengkuknya. Berjalan ke pantry dan mendudukkan Kalaia disana, alih-alih ke meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK
Teen FictionPramoedya Series ke-2 Cerita ini punya rate 17+ [harsh world, sensitive topic, skin-ship, kissing, smoking, suicide, etc. Jadi harap bijak dalam memilih bacaan. *** Di umur yang telah menginjak seperempat abad ini, banyak hal yang harus Kalaia tunta...