2. The New Life

13.6K 630 9
                                    

2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. The New Life








Kalaia memasang wajah jengah, tiap kali dia menoleh ke arah Papa dan adiknya rasanya dia ingin mencakar wajah mereka. Hari ini, Kalaia sepakat untuk tinggal di kediaman Fabian. Dan sudah pasti, Kalaia harus mengemasi beberapa barang dan peralatan oenting yang ada di rumah Papanya.

Dia pikir akan mudah, tapi nyatanya tidak. Keenan dengan segala tingkah menjengkelkannya berhasil membuatnya naik darah sampai kepalanya mau pecah. Lihat saja sekarang, dengan tidak ada hati Keenan dan Kaisar bercerita kepada suaminya perihal kejelekannya.

"Dia kalo tidur ngiler, kadang bantal sampe banjir." Keenan sok memasang wajah dramatis dihadapan menantunya.

Kaisar dengan jahatnya turut menambahkan. "Kalo PMS, Kalaia jadi kanibal. Semuanya dimakan, kalo telat kasih makan bisa hancur peradaban bumi." Fabian menatap keduanya begitu datar. Nampak tidak peduli, namun tetap mendengarkan dan sesekali mengangguk. "Pokoknya, stok es krim, cokelat, sama samyang harus selalu ada." Tambah Kaisar.

Sumpah, ini cuma keluarga Kalaia aja atau keluarga lainnya juga begitu? Ia memijit pelipisnya dengan dua jari. Anak sudah menikah dan punya suami bukannya di ceritain yang baik-baik aja, lah ini, semua aib Kalaia dibongkar sampe akar-akar. Malu banget Kalaia, kasihan pula dinistain sama keluarga sendiri.

Kalaia yang semua duduk diantara mereka memilih bangkit, dan meninggalkan ruang tamu tanpa sepatah kata pun. Bukan bermaksud tidak sopan, tapi namanya udah kesel mau gimana lagi.

Kalaia masuk ke dalam lift-menekan tombol angka 3, letak kamarnya berada.

***


Sibuk berbenah, memindahkan beberapa baju, jas kerja, hingga serangkaian oerawatan tubuhnya Kalaia sampai tidak sadar jika kegiatannya itu tengah diperhatikan begitu lekat oleh sosok tinggi bertubuh tegap yang menyandarkan satu sisi tubuhnya pada daun pintu.

"Sebanyak itu?"

Kalaia refleks menjatuhkan kotak-kotak sepatu dan skincarenya ke lantai. Intonasi datar namun pelan itu mengejutkannya.

Kepala Kalaia tertunduk dengan wajah pucat pasi-menatap nanar serangkaian skincare dan bodycare miliknya yang raib di lantai. Tumpah, bahkan ada yang pecah.

"Oh my goshh!" Kalaia memekik nyaring. Ia berbalik cepat menatap sang pelaku kejahatan kejam tersebut. "Bisa ketuk pintu dulu nggak sih?!" Tanyanya berapi-api.

Fabian mengedik santai dengan wajah datar. "Lupa."

Kalaia menggerakkan tangannya hendak mencakar wajah Fabian, bahkan kekesalan Kalaia tidak berhenti sampai disana. Matanya melotot tajam sebab suaminya tersebut merebahkan tubuhnya ke kasur Kalaia.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang