18. Makan

9.6K 500 5
                                    

Hey buddy's!
Jamgan lupa follow dan selalu tinggalkan jejak di cerita ini.

And let's be friends dengan follow Instagram yang aku terakan di BIO

@anggiregitaaa

⚠️SELAMAT MEMBACA⚠️

KEPALA Kalaia tertunduk dengan perasaan gelisah, kedua tangannya saling meremas guna meredakan kegugupannya yang entah justru semakin membuatnya frustasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KEPALA Kalaia tertunduk dengan perasaan gelisah, kedua tangannya saling meremas guna meredakan kegugupannya yang entah justru semakin membuatnya frustasi. Ruangan Kalaia terdapat dua buah AC yang terpasang di dinding, namun seketika keduanya mendadak kehilangan fungsi pakai sebab kedatangan sosok laki-laki berwajah sangar dan menyeramkan.

"Sudah bosan hidup huh?" Suara rendah itu menghentam pendengarannya.

Membuat nyali Kalaia makin menciut, apakah ia akan menerima omelan seperti yang sebelumnya ia dapatkan dari Keenan dan keluarganya yang lain? Atau mungkin kali ini akan lebih parah dan menguji mentalnya?

Geram, Fabian lantas menyetus dingin. "Kalau ingin mati setidaknya jangan merepotkan orang lain,"

Kalaia masih menundukkan kepala tanpa berani membalas satu katapun dari pertanyaan Fabian. Hei! Kalaia hanya mengikuti nalurinya sebagai manusia untuk menolong seseorang yang berada dalam keadaan terancam. Dan kalau sampai terjadi hal konyol seperti tadi, apa dirinya perlu disalahkan? Sangat tidak ramah.

"Aku nggak bermaksud begitu," Kalaia berhasil menyuarakan isi pikirannya, setelah sekian waktu.

"Tapi kamu baru melakukannya, Kalaia!"

"Aku nggak sengaja."

"Karena kamu bodoh."

"Iya."

"Kamu ceroboh."

"Iya," Kalaia kembali membenarkan ucapan suaminya.

Kalaia memang ceroboh, dan sudah dalam batas tidak wajar. Tapi ini sungguh murni kecelakaan dan tidak ada niat untuk mencelakakan diri sendiri atau bersikap sok heroik.

Di beri lontaran kata-kata seperti itu dari suaminya sendiri ternyata rasanya lebih menyakitkan bagi Kalaia, meskipun tidak pernah bersikap baik padanya tapi setidaknya jangan membuat Kalaia semakin down karena ucapannya bisa kan?

Tanpa sadar Kalaia meneteskan air mata, matanya memerah dan terasa sangat perih. Perempuan itu menggigit bibirnya kuat untuk mencegah isakan keluar dari mulutnya, takut jika hal itu malah semakin memburuk keadaan.

"Pergi." Suara Kalaia terdengar parau.

Fabian tahu jika istrinya tengah menahan tangis, dan sejujurnya ia sangat menantikan hal tersebut—dimana ia ingin Kalaia tidak lagi berpura-pura kuat.

Fabian melangkah lebih dekat pada ranjang yang Kalaia tempati, kepala perempuan itu masih setia menunduk dengan gelisah.

"Dimana sopan santun kamu, Kalaia? Suami kamu sedang berbicara," Fabian mencetus tajam.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang