26. Lunch

7.1K 421 6
                                    

~SELAMAT MEMBACA~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.

Kalaia membiarkan seluruh wajahnya terkena terpaan angin dari rooftop gedung tempatnya bekerja, seusai melabrak Hasan tadi rasanya dia membutuhkan sedikit pengalihan. Namun secara tidak sengaja ingatannya justru terlempar pada kejadian beberapa tahun silam.

Dulu, sebelum kecelakaan itu terjadi Kalaia sedang menjalani masa koas. Saat itu ia dan Renda ditempatkan di rumah sakit yang sama. Bak sahabat sejoli keduanya memang tidak terpisahkan. Suatu hari Renda sedang tidak enak badan dan sulit bangun dari tempat tidur, padahal saat itu ia harus menghadiri sebuah seminar kedokteran di sebuah ballroom hotel ternama di Jakarta. Karena kondisi sahabatnya itu sangat tidak memungkinkan akhirnya Kalaia lah yang menggantikan Renda untuk datang.

Semua baik-baik saja, tidak ada firasat aneh sebagai tanda akan terjadi sesuatu yang buruk padanya. Berniat pulang ke kos Renda untuk membawakannya obat dan makanan, Kalaia justru mengalami kejadian nahas yang merenggut seluruh harapan dalam hidupnya.

Kalaia memejamkan mata, ingatannya terputus saat dadanya mulai merasa sesak.

"Please ... it's so hurt!" Rintihnya sambil menekan kuat dada kirinya.

Kalaia merasakan sesak yang amat menyiksa setiap harinya. Kadang ia berpikir kenapa saat itu ia masih selamat jika pada akhirnya ia tetap merasakan sakit setiap harinya.

Tapi Tuhan pasti memiliki rencana lain, mengapa masih menghidupkan dirinya hingga saat ini.

"Kalaia ..."

Kalaia memejamkan mata saat namanya dipanggil oleh seseorang yang amat ia kenal.

Berusaha mengatur nafas untuk meredakan nyeri itu, lalu mencoba untuk tersenyum guna menutupi kesakitannya.

Ia berbalik, kedua netranya menatap sosok laki-laki tegap dengan balutan kemeja berwarna putih yang bagian lengannya digulung hingga siku. Laki-laki itu menatapnya datar, namun Kalaia tahu tatapan sejenis apa yang ia dapatkan.

"I'm okey, don't to be worry." Ucapnya pada laki-laki itu.

Laki-laki itu mendekat kepada Kalaia setelah meletakkan sebuah Paparbag cokelat ke atas bangku besi disisi rooftop.

"Handphone kamu dijual?" Tanyanya dingin.

Kalaia menaikkan sebelah alisnya bingung, "Mas Bian nelfon aku?"

Kalaia lantas merogoh saku baju OK (Operasi Kamar) yang ia kenakan, dan terkekeh setelahnya. Ia menatap suaminya dengan cengiran bodoh. "Ketinggalan di ruanganku kayaknya, maaf ..."

Fabian melengos malas, "Ayo makan."

"Kamu bawain aku makan siang? Mau lunch bareng nih ceritanya?" Kalaia mengerling jahil.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang