17. His Feeling

8.8K 454 8
                                    

Hey buddy's!
Jamgan lupa follow dan selalu tinggalkan jejak di cerita ini.

And let's be friends dengan follow Instagram yang aku di terakan BIO

@anggiregitaaa

⚠️SELAMAT MEMBACA⚠️

⚠️SELAMAT MEMBACA⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Gue langsung balik ya, Fab. Salam buat istri lo." Galang menepuk pundak temannya itu sekilas.

Fabian mengangguk dengan wajah datar, "Thank's, take care." Ucapnya.

Mendengar ucapan manis yang dilontarkan Fabian untuknya, Galang langsung memiliki niat mulia untuk menjahili bapak satu anak itu. Hei, ini hal langka karena itu keluar dari bibir seorang Fabian Nareshwara Hilman.

Galang menepuk lengan Fabian dengan wajah malu, "Ah... lo sweet banget sih, Fab. Perhatian gemes-gemes gimana gitu."

Galang dengan segala bentuk kejahilannya berhasil mengusik ketenangan Fabian. Laki-laki itu langsung memasang wajah jijik dan segera menjaga jarak dari sekretarisnya yang kekurangan otak.

"Hush!" Usir Fabian dengan wajah datar.

Galang menjadi lebih gencar menggoda atasannya tersebut, ia mengdipkan sebelah matanya genit serta membelai dada keras Fabian. Itubtidak berlangsung lama karena Fabian langsung menghempas kasar tangan lancang Galang.

"Awh ... keras banget ya tsay." Ujar Galang sengaja memancing keributan. "Pasti itu udah sering dibuat nyeder bini lo ya? Uhh ... so cute!"

Fabian tidak tahan, ia muak dengam tingkah senewen Galang yang makin menjadi. Karena kesal, laki-laki itu melepas sepatu mahalnya dan bersiap mengambil ancang-ancang untuk melempar sekretaris kurang ajarnya itu.

"Get out!" Fabian menipiskan bibirnya kesal.

Galang langsung berlari terbirit-birit sembari melepaskan tawa yang terdengar sangat puas. Puas karena telah berhasil membuat Fabian murka.

Sepeninggalan sekretarisnya, Fabian spontan mengeluarkan rentetan umpatan dan kalimat pedas untuk segala tingkah aneh Galang. Untung saja Galang adalah teman yang berguna, kalau tidak sudah sejak lama Fabian mendepaknya seperti kecoa.

Kini, tinggalah Fabian sendirian di depan ruang rawat Kalaia. Ia memang sengaja menunggu di depan dan tidak langsung masuk karena dari laporan anak buahnya di dalam sedang ada Narion dan keluarga Hilman yang menjenguk istrinya.

Alhasil Fabian mengalah, tidak mau mengganggu istirahat Kalaia juga jika semakin banyak orang yang berada di dalam ruang rawatnya. Entah mengapa, perasaan saat ini didominasi oleh Kalaia.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang