32. Karma

8.9K 498 11
                                    

~SELAMAT MEMBACA~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.

DISINILAH Fabian, duduk di tepi Pantai. Langit berubah gelap dan sama sekali tidak membuatnya ingin beranjak dari sana, tatapannya kosong dan terasa ... hampa. Terpejam sejenak merasakan hembusan angin yang merembas wajahnya. Menikmati suara deburan ombak yang saling bersahutan dari ujung sana.

"Disini ternyata si pengecut." Suara tidak ramah itu mengusik Fabian. Namun tetap enggan mengalihkan tatapan.

Kekehan terdengar, sinis dan nampak tidak senang akan responnya yang biasa saja. Sebentuk suara langkah perlahan mendekatinya-tenang namun terasa penuh ancaman. Fabian diam, namun selalu bersikap waspada.

"Huh ... gue nggak nyangka karma lo akhirnya dateng juga Fabian," Ia terkekeh, sudut matanya berkedut samar menatap tubuh Fabian yang terduduk pada hamparan pasir putih pantai yang mereka pijaki. "Gue pikir dulu Tuhan nggak adil, disaat gue menderita tapi lo masih bisa hidup tanpa ngerasa beban." Ucapnya lagi.

Enggan berada satu tempat dengan orang yang dibencinya-yaitu Fabian, sosok tersebut mulai melenggang. Merasa puas melihat wajah ketidakberdayaan Fabian. Dimana selama ini laki-laki itu selalu menampakkan wajah angkuh bahkan setelah melakukan dosa besar.

"Lo puas?" Suara berat Fabian menghentikan pergerakan orang itu.

Tanpa berbalik orang tersebut menyahuti, "Tentu! Dan gue rasa itu masih belum sebanding sama apa yang adik gue alami."

Kembali menatap Fabian orang tersebut, berdecih sinis. "Harusnya lo ikut mati sama iblis itu, supaya nggak ada korban selanjutnya. Gue kasihan sama Istri lo itu, bodoh banget karena nggak tahu niat busuk lo yang cuma mau mainin dia."

Fabian memutar kepala, melihat bayangan orang yang terus mengoceh—menghakiminya tanpa tahu kenyataan sebenarnya. Fabian diam, menerima semua doa buruk dan lontaran kebencian dari Satria untuknya. Dia bahkan diam saja ketika dulu nyaris mati karena menerima serangan dari sahabat sejak SMP nya tersebut. Berpikir bahwa kebencian itu akan terkikis, berharap bahwa lambat laun semuanya akan membaik.

Tapi ternyata, Satria turut membawa dendam itu hingga ke masa sekarang.

"Kalau lo mau tahu, sekarang gue belum puas. Gue masih punya niat buat lo sekarat buat yang ke-dua kalinya." Ujar Satria, penuh kilat amarah terpancar dari netranya.

Terdiam cukup lama hingga akhirnya Fabian beranjak, berdiri dengan jarak kurang dari tiga meter dari Satria. Wajahnya datar, tanpa kilat amarah-terlihat jernih pekat akan keputus asaan. Mendekati Satria dengan langkah tenang. Satria mulai waspada-paham jika Fabian pasti akan melakukan sesuatu.

Bruk!

Satria tidak percaya akan apa yang dilihatnya sekarang, sosok ambisius penuh akan ketegasan-sosok yang tidak suka dikalahkan dalam hal apapun kini berubah dalam sekejap. Tubuh yang dulu terlihat kokoh kini runtuh dihadapannya. Fabian berlutut dihadapan Satria dengan kepala terdunduk dalam.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang