41. Selamat Jalan

6.9K 357 8
                                    


🎶Untuk mencintaimu
Seventeen

🎶Untuk mencintaimuSeventeen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.

Renda Yuntina
Sharon collapse

Pesan itu Kalaia terima sesaat setelah ia sampai di rumah. Kalut menguasai, membuat Kalaia nyaris hilang akal. Sharon harus pulih, dan dia bersumpah akan hal itu.

"Ren...." panggil Kalaia, terengah hebat sampai nafasnya putus-putus.

Renda kontan menoleh dan segera menghampiri sahabatnya tersebut. Kedua tangannya menyentuh kedua pundak Kalaia, tatapannya tersirat kekhawatiran yang sama besarnya. "Kami butuh bantuan anda dokter Kalaia," ucapnya.

Kalaia mengatur debarnya, mengambil nafas lebih tenang setelahnya mengangguk pada Renda, dia berjalan menuju ruang ganti untuk mengenakan atribut operasi serta mensterilkan tubuhnya. Dirasa sudah lengkap dan sesuai dengan prosedur Kalaia mendekati Renda dan tim lainnya.

"Ayo, saya sudah siap." Ujar Kalaia, dengan sorot yakin.

Lebih dari enam anggota tim medis yang menyertai operasi Sharon, terdiri dari empat dokter spesialis jantung serta dua suster yang akan membantu pekerjaan dokter nantinya.

Elektrokardiogaf menunjukkan bahwa tekanan jantung Sharon melemah, 70 detakan dalam jangka satu menit. Hal tersebut menunjukkan ketidakstabilan dimana detak normal orang dewasa pada umumnya mencapai 95-170 kali pada jangka satu menit.

Kalaia berusaha mengesampingkan rasa khawatirnya, dan mulai bekerja bersama Renda dan anggota dokter lainnya. Dua jam berlalu dan mereka terus berusaha agar kondisi jantung Sharon kembali normal, Sesekali para suster mengusap peluh yang akan menetes dari dahi para dokter.

"Rythm dan Heart rate pasien tidak stabil dokter," ujar Damar—Dokter pendamping selain Renda.

Pada layar EKG menunjukkan tekanan jantungnya yang semakin melemah, hingga akhirnya empat garis gelombang menunjukkan garis datar.

Kalaia yang mendengar itu lantas menitah panik. "Siapkan alat defribilasi sekarang!"

Tim medis menyiapkan alat Defribilasi sesuai perintah Kalaia, Renda memasangkan dua lempeng elektroda pada dada Sharon. Setelah terpasang ia menghentikan CPR dan menekan tombol 'analisis' untuk menentukan kondisinya perlu atau tidak diberi kejut jantung. Setelah analis selesai dan memang harus segera diberi kejut jantung, Renda menekan tombol 'Shock'

Kalaia memegang erat dua alat kejut ditangannya, menggesekkan kedua sisi yang telah diberi gel khusus. "Sharon saya mohon, tolong beri respon." Harapnya, amat lirih.

Dilekatkannya alat kejut jantung itu saat dirasa tenaganya sudah siap.
Suara deguman pertama terdengar, namun tidak ada respon sama sekali.

Kalaia menggosokkan kembali kedua alata ditangannya hingga jeda 10 detik, lalu kembali melekatkannya kedada Sharon.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang