45. Past and Future

7.7K 375 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.


SATRIA duduk berhadapan dengan salah satu juniornya di rumah sakit tempatnya bekerja. Pria itu terus diam, setelah Zetta berkata bahwa adiknya—Shera kini berada di apartement sahabatnya. Satria yang tiba-tiba mengambil cuti ternyata memiliki alasan lain, yaitu untuk mencari keberadaan adiknya yang dikabarkan kabur dari rumah sakit jiwa.

"Kenapa dokter bisa setega itu sama adik dokter sendiri? Apa menyakiti orang lain memanglah keahlian anda?" Zetta menatap wajah Satria dengan wajah merah padamnya.

Kepala Satria terangkat, menatap sayup perempuan di depannya ini. Namun dia masih bertahan atas keterdiamannya. Jujur, Satria merindukan wajah perempuan itu. Dia ingin memeluknya, tapi sepertinya kesempatan itu sudah sangat jauh dari genggamannya.

Kemudian bibir pucat itu terbuka memecah hening yang semula tercipta.

"Tolong ... beritahu saya dimana adik saya sekarang." Suara memohon itu terdengar pelan penuh keputusasaan. "Di dunia ini saya hanya memiliki Shera, tolong ... bawa dia kembali pada saya."

Zetta tidak tahu harus membalas bagaimana permohonan Satria itu, tujuannya bertemu Satria hanya untuk mengatakan keberadaan Shera dan bertanya apakah laki-laki dihadapannya ini masih punya hati nurani atau tidak. Sebab tega meninggalkan Shera di rumah sakit jiwa. Tapi, kenapa Satria nampak kacau. Bukan, sangat kacau terlihat dari wajah dan perawakannya sekarang yang jauh lebih kurus dari biasanya.

Zetta jadi tidak tega. Lagi, perasaannya pada Satria yang membuatnya lemah.

"Shera ada di aparterment Leo, disana lebih baik daripada kontrakan saya." Jawab Zetta, langsung membuang wajah saat Satria kembali menatapnya lekat.

Satria menatap wajah cantik Zetta lama, menelisik setiap detailnya. Satria yakin bahwa perempuan itu hidup dengan baik. Dia terlihat sehat, meski pipinya sedikit tirus. Satria ingin mengatakan bahwa dia merindukan Zetta, dia ingin bilang bahwa sejak awal yang dia inginkan adalah kehadiran perempuan itu dalam hidupnya.

Satria mencintai Zetta, meski rasanya sudah sangat terlambat untuk mengatakan hal tersebut.

"Terima kasih banyak sudah menjaga Shera, Zetta. Saya berhutang budi terhadap kamu." Ungkap Satria.

Zetta hendak menimpali, namun ponselnya tiba-tiba berdering dalam tas. Segera dia mengambilnya, melihat ada nama "Leopart Cetarzzz" tersemat pada layar ponselnya.

"Saya permisi angkat telfon dulu." Izinnya pada Satria, yang dibalas anggukan singkat oleh laki-laki itu.

Zetta menggeser layar ponselnya, dam tanpa jeda suara nyaring Leo menggema.

"Lo dimana monyet?!"

"Di cafe, lagi ketemu orang." Sahut Zetta sabar.

"Si anjir, lo lupa udah ninggalin wadon di apart gue?! Main kabur aja lo sumi."

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang