~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.SEMPAT mengambil cuti dua hari, kini Kalaia sudah kembali beraktivitas sebagai dokter di rumah sakit. Kalaia mendesah lega karena dua Operasi yang dijalankannya berhasil. Makan siang nanti dia sudah mengatur jadwal dengan sahabatnya, Renda.
"Yuhuu .... Im coming! Where are you—" Celotehan Kalaia spontan terhenti karena mendapati seseorang yang tidak asing berada di dalam ruangan Renda. Sontak kedua alisnya menukik keheranan.
"Papah ngapain di sini?" Pertanyaan itu sudah pasti dia lontarkan. Karena untuk apa ayahnya menemui Renda di siang bolong begini.
Bukannya bekerja, cari uang yang banyak malah ngelayap kayak pengangguran. Keenan masih sibuk dengan tab-nya. Menggulirkan jemarinya berselancar mengerjakan sesuatu. Ayah Kalaia itu duduk santai di sofa, sementara Renda juga merasa tidak terganggu dan masih mengurus beberapa berkas di meja kerjanya. Situasi ini membuat Kalaia sedikit linglung. Namun berusaha abai, dan berjalan mendekati ayahnya. Menempeli Keenan dan bersikap manja.
"Apa nih? Pasti mau minta duit kan kamu?" Keenan seolah sudah tau niat licik putri sulungnya itu. Kalaia menyengir tanpa dosa, mengangguk lalu membalas, "Kemaren aku liat di Tiffany & Co ada berlian yang bagus. Terus keinget papah, jadi inget bulan ini aku belum nguras dompet Papah."
Keenan mendesis, menyentil dahi putri sulungnya itu hingga dia mengaduh.
"Minta sama suami kamu, emang jatah bulanan kamu kurang sampai minta ke papah." Pertanyaan Keenan terdengar skeptis, karena tidak mungkin Fabian memberi uang bulanan dengan jumlah yang sedikit pada Kalaia.
Kalaia memberengut, "Aku ada uang dari mas Bian, udah coba ngehabisin tapi nggak abis-abis sampai aku bingung harus diapain itu uangnya. Katanya papah kaya raya, masa gak mau beliin berlian doang." Drama Kalaia dimulai.
Terdengar desahan panjang dari Keenan, dia lantas mengeluarkan dompetnya dari saku celana. Memberikannya pada Kalaia, membiarkan putrinya itu memilih sendiri kartu yang ingin dia gunakan. Sementara Keenan kembali fokus pada pekerjaannya. Renda yang melihat interaksi ayah dan anak itu hanya bisa menggeleng heran.
"Oh iya! Papah ngapain ke sini? Tumben banget gak bilang ke aku." Kalaia bertanya penasaran.
Satu alis Keenan terangkat, dia beralih menatap Kalaia dengan wajah serius. "Emangnya gak boleh ya Papa ketemu calon istri sendiri?"
Tunggu!
Kalaia merasa mendengar sesuatu yang aneh, menoleh cepat pada Renda yang tiba-tiba terbatuk-batuk dan berlari mengambil air. Sementara Keenan masih bersikap santai di tempatnya.
"Woah .... Aku harus pura-pura kaget nggak nih?" Balas Kalaia, sambil melihat ke arah Renda. Mengerling jahil pada sahabatnya itu. "Ren ... Kayaknya cita-cita kita punya anak barengan bakal terwujud deh." Setelah itu dia tertawa terpingkal-pingkal.
KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK
Teen FictionPramoedya Series ke-2 Cerita ini punya rate 17+ [harsh world, sensitive topic, skin-ship, kissing, smoking, suicide, etc. Jadi harap bijak dalam memilih bacaan. *** Di umur yang telah menginjak seperempat abad ini, banyak hal yang harus Kalaia tunta...