~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.
.Kalaia pikir malam ini akan berjalan sempurna tanpa adanya drama, tapi harapan itu lenyap tatkala sang adik menelfonya dan memberi kabar yang ... tidak bisa dibilang baik.
Sesaat setelahnya Kalaia mengajak sang suami untuk datang ke Mansions Papanya.
"Ini gimana ceritanya sih Pah?" Kalaia menggeleng tidak habis pikir melihat kondisi sang ayah. "Papah buat ulah apa kali ini?" Omelnya dengan wajah setengah kesal.
Sedangkan yang diomeli malah memasang wajah jengah sesekali meringis saat lukanya dioles alkohol oleh dokter pribadinya tersebut. "Ngomel mulu kamu deh, bukannya di baik-baikin Papahnya lagi sakit juga." Dengus Keenan.
Kalaia mendesah panjang, menyandarkan punggungnya pada sofa. Melirik sang adik yang justru cengengesan di tempatnya. "Cal, lo pasti tahu kan kronologinya gimana sampe bisa Papah di cakar monyet?"
Dengan santai Kaisar mengangguk, "Tahu, orang gue ngeliat live sambil ngakak." Jawabnya tanpa dosa, seakan puas melihat sang ayah tersiksa. "Asli, itu monyet kayak punya dendam kesumat sama Papah." Ia tergelak keras dan kian membuat wajah Keenan muram.
Fabian yang duduk di samping istrinya hanya bisa menghela nafas pelan, sejujurnya ayah mertuanya itu manusia spesies apa hingga kerap kali bertingkah konyol tidak sesuai umur seperti itu. Namun juga terhibur karena bisa menikmati ekspresi kesal dari istrinya. Pipi bulatnya terus bergerak karena bibir Kalaia mendumal tanpa henti membuat jiwa psikopat dalam diri Fabian ingin mengkoyak habis istrinya dalam kukungannya.
Sial! Pikiran macam apa itu. Dengan segera Fabian melarikan pandangan secara acak sembari menggigit bibir bawahnya menahan gemas.
"Kata Zoo keeper disana Papa awalnya ngajak kenalan tuh monyet," Kaisar mulai bercerita. "Nah diajak jabat tangan sama si Papah, awalnya ya biasa aja tapi lama-kelamaan Papa kesel karena itu monyet nggak ngasih tau namanya." Kaisar melirik geli ke arah Keenan yang wajahnya memerah malu. "Terus keblabasan sampe nabok kepala monyetnya, yaudah dikejarlah Papa sampe dicakar-cakar badannya."
Setelah bercerita Kaisar tergelak lagi, menertawakan kebodohan sang ayah yang di luar nalar tersebut. Turut menunjukan kemeja Keenan yang compang camping karena cakaran ganas dari si tersangka—monyet.
"Astaga Papah ..." Kalaia mendesah. "Kasian Kala sama monyetnya, harusnya tadi dia bales nabok Papah juga biar dendam terbalaskan."
Setelahnya ia mengajak sang adik bertos ria menertawakan Keenan bersama.
"PERGI AJA DEH KALIAN!" Keenan memekik lantang, dia kesal bukan main. "Punya anak kok nggak ada prihatinnya banget bapaknya kena musibah."
Dan itu kian menambah gelak puas kakak beradik tersebut.
***
"Kamu bersih-bersih duluan aja Mas, aku mau hapus make up dulu." Kata Kalaia seraya menyerahkan handuk kepada Fabian yang duduk di tepi ranjang. "Air hangatnya udah aku siapin."
KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK
Teen FictionPramoedya Series ke-2 Cerita ini punya rate 17+ [harsh world, sensitive topic, skin-ship, kissing, smoking, suicide, etc. Jadi harap bijak dalam memilih bacaan. *** Di umur yang telah menginjak seperempat abad ini, banyak hal yang harus Kalaia tunta...