44. Renda and Her Secret

6.3K 369 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.


FABIAN merasa aneh saat tiba-tiba Kalaia datang ke kantornya, istrinya itu memang sempat menanyakan dimana dirinya sekarang. Tapi ... Fabian juga tidak menyangka kalau perempuan itu akan benar-benar datang. Dengan wajah lelah, serta dua kantung belanja yang penuh dengan berbagai makanan serta camilan yang diboyongnya dari Supermarket.

"Disini ada kamar ya Mas?" Kalaia menelengkan kepalanya—menatap sebuah pintu di balik punggung suaminya.

Fabian lantas lebih dulu menarik kantung belanjaan yang dibawa oleh istrinya sebelum menjawab, "Ada." Membawanya ke sofa dan menelisik belanjaan Kalaia. "Kamu belanja coklat sebanyak ini untuk apa Kalaia?" Keningnya berkerut samar.

"Buat stok nonton." Kalaia mengedikkan bahu ringan.

"Kulkas di rumah sudah overload sama coklat kamu." Wajah Kalaia berubah keruh selepas Fabian memulai sesi ceramahnya. Dan jika sudah begitu Fabian berusaha mengubah nada bicaranya. "Kamu boleh makan apapun yang kamu mau Kalaia. Just don't overdo it, sudah lupa pernah sakit gigi sampai nggak bisa tidur?"

Mendengar itu Kalaia lantas mengerucutkan bibirnya, sambil menatap sang suami melas. "Aku tuh lagi butuh pengalihan jadi pengen hibernasi."

Alis Fabian kontan terangkat satu, bahasa Kalaia agak berlebihan.

"Dari apa?" Balas Fabian memastikan.

Kalaia menyandarkan punggungnya di sofa setelah menutup bungkus coklat ke tiga yang sudah dia makan si kantor suaminya ini.

"Aku juga nggak tahu apa, kepalaku penuh sama hal yang nggak seharusnya aku pikirin." Dia mengeluh lirih, lalu mendesah kesal pada dirinya sendiri.

Fabian lantas menggeser posisi duduknya, menanggalkan jarak diantara mereka. Satu tangannya bergerak ke atas untuk menyentuh kening istrinya. Memberi pijitan ringan dengan gerakan memutar pada pelipis istrinya. Fabian cukup perasa jika istrinya memang sedikit keras dalam beberapa hal. Memusingkan beberapa hal yang tidak perlu.

"Kamu cuma Overthinking, you just have to relax for a minute Sugar." Ucap Fabian pengertian, sembari terus memperhatikan istrinya yang mulai melemaskan bahu perlahan memejamkan matanya.

"You think so?" Balas Kalaia ragu. Fabian merespons dengan dehaman saja.

Lalu kedua sudut bibir Kalaia tertarik, membentuk sebuah senyuman lega, menoleh pada suaminya dan berkata. "Kamu benar Mas, aku lagi banyak kerjaan juga hari ini makanya sering pusing."

"Oiya ... btw ada beberapa hal yang pengen aku tanyain sama kamu Mas." Ujarnya.

Fabian berhenti memijit kepala istrinya, melipat tangannya—menjadikannya penyangga kepala pada sandaran sofa. "Soal?" Tanyanya.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang