~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
."Mba Kalaia terima kasih banyak ya sudah ngajak anak-anak kesini. Mereka senang sekali." Ucap seorang wanita paruh baya pada Kalaia.
Kalaia tersenyum menanggapi, "Saya lebih senang bu Marwah, anak saya jadi punya banyak teman." Balasnya.
Keduanya menatap anak-anak yang tengah bermain di wahana kesukaan mereka yang ada di Dufan. Kalaia tersenyum ceria melihat putranya tertawa, berlarian kesana dan kamari mencoba berbagai wahana dengan wajah gembira—tidak lagi takut untuk berinteraksi dengan orang baru. Pada akhirnya Kalaia berhasil membuat Narion lebih membuka dirinya.
Di sisi lain, ada Fabian yang juga menyaksikan interaksi putranya dengan anak-anak panti asuhan yang diboyong Kalaia kemari. Sungguh, terkadang Fabian masih sulit menelaah cara istrinya dalam berpikir. Terkadang perempuan cantik itu membuatnya terkagum. Rencana membawa anak-anak panti asuhan juga tidak diketahui sebelumnya oleh Fabian, tahu-tahu saja bis mereka sudah sampai lebih dulu sebelum mobil Fabian datang.
Kalaia dan semua yang ada dalam dirinya itu memang selalu menakjupkan.
"Kalau begitu saya nemenin anak-anak dulu ya mba Kalaia," Ucap bu Marwah, menoleh pada Fabian dan berpamitan juga. Dibalas anggukan kecil oleh laki-laki itu.
Kalaia kembali pada Fabian, memeluk lengan suaminya itu sambil tersenyum manis. Fabian menggeleng tidak percaya akam tingkah istrinya ini, "Surprised me?"
"Are you mad at me big boy?" Kalaia mengerling genit pada sang suami, dibalas sebuah cubitan pada pipi bulatnya oleh Fabian.
"Dasar bocah bandel."
Kalaia tergelak gemas, mengusap lengan suaminya itu. "Duduk disana yuk, Mas, aku pegel berdiri." Ajaknya.
Tanpa menunggu persetujuan, Kalaia langsung menarik lengan Fabian—membawanya pada sebuah bangku taman tepat dibawah pohon besar dan rindang. Tempatnya begitu sejuk dan nyaman membuat Kalaia sampai memejamkan mata menikmati suasanya.
"Tidak jadi main?" Fabian membuka suara.
"Enggak, mau duduk disini aja sama Mas Bian." Kalaia merespons. Bolehkah Fabian terharu?
Kalaia melepaskan letak topi hitam di kepalanya—topi pemberian suaminya barusan. Perempuan itu lalu mengalihkan pandangannya pada Narion. Anak manis itu tengah bermain komedi putar bersama anak-anak panti lainnya, senyum Narion menular pada Kalaia.
"Anakku aktif banget sekarang." Kalaia menggumam pelan, yang tanpa sadar disimak oleh suaminya.
Fabian tersenyum, menatap tulus wajah istrinya dari samping. Surai indahnya berkibaran sebab terpaan angin—membuatnya semakin terlihat luar biasa. Kalau boleh jujur, Fabian sudah jatuh hati pada Kalaia semenjak pertemuan pertama mereka. Fabian jatuh hati pada semua yang ada dalam diri perempuan cantik itu. Membuat dinding tinggi dalam hati Fabian runtuh tanpa sisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK
Teen FictionPramoedya Series ke-2 Cerita ini punya rate 17+ [harsh world, sensitive topic, skin-ship, kissing, smoking, suicide, etc. Jadi harap bijak dalam memilih bacaan. *** Di umur yang telah menginjak seperempat abad ini, banyak hal yang harus Kalaia tunta...