1. Awal Sebuah Kisah

19.7K 795 17
                                    

1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1. Awal Sebuah Kisah

Sebuah cermin raksasa di sudut ruangan menampilkan refleksi wajah seorang perempuan cantik dengan sebuah Wedding dress White ivory yang membalut lekat tubuh rampingnya.

Look make-up natural yang digunakan oleh sang perias membuatnya terlihat begitu anggun—bertolak belakang dengan wajah aslinya yang cenderung tegas dengan mata yang selalu menyorot tajam lawan bicaranya.

Perempuan tersebut menarik nafas dalam-dalam-menghembuskannya panjang. Mengatur pola nafas agar lebih rileks.

"Kalaia."

Perempuan itu berbalik, menatap si pemanggil dengan satu alis yang dinaikkan keatas. Dia mendengkus jengkel sebab tahu arti tatapan yang mengundang untuk dihujat tersebut.

"Papa udah habisin semua stok es krim aku. Jadi percuma kalau mau minta lagi." Ucapnya dengan nada kesal.

Keenan—Papa dari perempuan bernama Kalaia itu memajukan bibir dan sedikit menekuk kebawah. Keenan memasang wajah sesedih mungkin untuk mengundang belas kasih dari putrinya tersebut. "Ayolah nak, jangan pelit sama Papa. Satuuu lagi deh. Janji." Mohonnya.

Kalaia menggeleng, alisnya menukik tajam dan berharap kalau sang ayah tidak lagi merecokinya perihal hal tidak penting yang semakin membuat gejolak amarah dihatinya meletup sampai ingin meledak.

"No no no!" Kalaia menolak tegas. "Lagian, apa untungnya papa makan es krim sebanyak itu? Memangnya bisa bikin tenang?" Tanya Kalaia skeptis.

Alibi Keenan yang mengatakan bahwa es krim bisa membuatnya berhenti keluar masuk Toilet karena perasaan gugupnya menjelang ijab kabul. Aneh, anaknya yang mau nikah kok bapaknya yang Nervous sampai perutnya mules.

Keenan memberengut, lalu melengos malas. "Nggak asik! Dasar pelit! Papah mau minta Kaisar aja kalo gitu." Ucapnya bersungut-sungut. "Kita musuhan! Bye!"

Keenan berbalik badan dan langsung menutup pintu dengan hati yang gondok. Setelah suara gebrakan pintu itu berlalu, detik berikutnya raut wajah Kalaia berubah. Tidak setenang sebelumnya. Kalaia mendadak gusar dengan berulang kali menggigit bibirnya untuk membuatnya sedikit tenang.

Hari pernikahnnya begitu mendebarkan. Bukan sensasi gugup karena hendak menjemput akhir bahagia setelah berpetualang mencari cinta seperti wanita lain pada umumnya. Namun sensasi takut lebih mendominasi sebab tidak kurang dari satu jam Kalaia akan bertemu mimpi buruknya.

Suara knop pintu yang ditarik kembali mengalihkan atensi Kalaia. Tubuhnya berbalik dan seketika tatapan langsung bertemu pada sosok perempuan dengan aura sedingin salju es.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang