48. Lurus

5.4K 375 16
                                    

~SELAMAT MEMBACA~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.

Malam kian larut, langit semakin gelap dan desuh angin yang terdengar makin kuat dari arah laut membuat para letugas dan tim medis khawatir akan terjadi bencana alam susulan. Hingga saat ini Tim SAR masih berusaha untuk mengevakuasi korban. Hal ini terjadi karena Gempa tidak hanya diikuti gelombang laut raksasa, tapi juga fenomena tanah bergerak.

Meski Tim Basarnas memiliki masa tenggat pencarian korban, namun Basarnas menegaskan, operasi pencarian korban gempa, tsunami, dan likuifaksi Sulteng akan terus bergulir, setidaknya hingga dua pekan pasca bencana. Banyak keluarga yang juga terus histeris sebab anggota keluarga mereka belum ditemukan, jerit kepanikan memekik adalah hal yang setiap hari mereka dengar setiap kali ada korban yang ditemukan.

Ketua Tim SAR mendatangi posko tim medis, kedatangannya di sambut oleh para tim medis dan para relawan yang kebetulan tengah beristirahat selepas bekerja keras hari ini.

"Saya bisa bertemu dengan ketua tim medis di sini?" Tanya ketua Tim Sar itu, suaranya lantang tegas menginterupsi.

Mereka lantas memusatkan pandangan ke arah Dito, namun laki-laki itu lebih dulu menatap Satria meminta persetujuan. Sungkan, sebab meski dia yang terpilih Satria tetaplah seniornya di rumah sakit.

Satria mengangguk ringan pada Dito, baru setelahnya laki-laki itu mengangkat satu tangannya. "Saya, Pak." Ucapnya.

Ketua tim SAR tersebut lantas mengayunkan kakinya mendekati Dito, dia berkata. "Di Gedung Mall yang runtuh akibat gempa dan tsunami tempo lalu ada beberapa korban yang masih terjebak dan sulit kami evakuasi. Kakinya tertimpa bongkahan besar dari reruntuhan tembok, juga seorang warga pegawai yang perutnya tertusuk besi."

Mendengar itu, mereka semua sampai memekik terkejut. Terutama Dito.

Ketua Tim SAR menghela nafas lemah, "Kami dan para aparat sudah berusaha mengeluarkan mereka, namun itu ternyata sangat beresiko. Kami takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada korban. Terutama yang perutnya tertusuk besi, kami tidak bisa memotong mengambil besi tersebut dengan tangan kosong. Oleh karena itu, setelah berunding dengan seluruh tim juga tim medis militer kami ingin meminta bantuan kepada tim medis untuk ikut serta dalam proses evakuasi tersebut. Sukarela, kami harap salah satu diantara banyaknya tim medis disini bisa membantu kami." Dalam kalimat terakhirnya, ketua tim SAR tersebut menyelipkan nada permohonan.

Dito mengangguk atas penjelasan tersebut, dan berkata. "Sebelumnya saya berterimakasih atas kerja keras tim SAR dan juga para aparat. Saya sebagai ketua akan berunding terlebih dahulu terkait hal tersebut, karena satu dan dua hal yang berkaitan dengan resiko korban, Pak."

Ketua tim SAR terlihat sedikit lega, dia kontan mengangguk pada Ditto dan para tim medis lainnya. Setelahnya pamit selepas berucap terima kasih.

Saat itu juga Dito berunding dengan seluruh tim medis yang ada di posko. "Rekan-rekan semuanya, mungkin saya tidak perlu menjelaskan lagi perihal kenapa kita harus bermusyawarah disini. Saya tidak ingin memaksa, justru saya ingin memastikan kesukarelaan rekan-rekan. Jika memang tidak ada, maka saya sendiri yang akan masuk ke sana besok pagi." Tutur Dito, bola matanya menggulir tatap ke seluruh rekan tim medis dan relawan yang ada dalam posko.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang