23. Still Belong

9.2K 481 17
                                    

Hey buddy's!
Jamgan lupa follow dan selalu tinggalkan jejak di cerita ini.

And let's be friends dengan follow Instagram yang aku terakan di BIO

@anggiregitaaa

⚠️SELAMAT MEMBACA⚠️

DENGAN keadaan yang belum sepenuhnya membaik, Kalaia kembali dibuat pusing oleh tingkah aneh kelurganya sendiri maupun sang suami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DENGAN keadaan yang belum sepenuhnya membaik, Kalaia kembali dibuat pusing oleh tingkah aneh kelurganya sendiri maupun sang suami. Benar, mereka semua gila dan Kalaia yang terkena imbas dari kegilaan mereka. Terpejam sejenak, perempuan itu mengatur gejolak amarah dalam dirinya.

Renda menyentuh lengan Kalaia, mengusap pelan menyalurkan ketenangan untuk sang sahabat. Renda sangat memahami apa yang dirasakan oleh Kalaia saat ini, marah, kesal, dan ... malu tentu saja karena sejak kedatangannya di lobi seluruh pasang mata menatapnya kasihan.

"Semoga Kalaia diberi ketabahan," Ucap Leo prihatin. "Tekanan batin banget sih dia pasti."

Pada sisi kanan kirinya Zetta dan Dito turut mengaminkan doa Leo barusan.

Kembali pada Kalaia yang sudah membuka lagi kedua matanya, kini netranya mengedar—menatap tiga orang laki-laki dewasa tanpa dosa yang nampak menahan gelak tawa

"Anak Papa ayo pulang, kasihan ini pak supirnya udah nungguin lama." Keenan bersedekap santai seraya membenarkan letak kacamata hitamnya.

Tatapan Kalaia tidak berbohong, dia sangat ingin membunuh Keenan dan antek-anteknya itu—Fabian dan Kaisar. Bagaimana bisa manusia sewaras mereka mau saja diperdaya oleh Keenan?!

Fabian tetap memasang wajah datar, mengahampiri sang istri yang wajahnya merah padam menahan kekesalan pada ayah mertuanya, termasuk padanya. Fabian awalnya tidak mau, hanya saja Keenan memaksanya untuk bergabung menjadi sekutunya untuk menjahili Putrinya sendiri. Fabian pikir itu seru, jarang-jarang bukan melihat Kalaia kesal sampai kepalanya berasap?

Kalaia dengan wajah yang masih pucat itu hanya bisa terdiam dengan Renda yang selalu berusaha menenangkan jiwanya.

"Ayo, pulang." Ajak sang suami kepadanya.

Delikan sinis Kalaia berikan pada suaminya tersebut, menghindar cepat saat Fabian hendak meraih bahunya. "Jangan pegang-pegang aku!" Tukasnya.

"Dan jangan harap aku mau pulang sama kalian." Lanjutnya bersungut-sungut.

Fabian menggigit bibir dalamnya, sangat ingin tertawa melihat wajah menggemaskan yang Kalaia tunjukkan. "Ayo, Kalaia." Ia mengajak istrinya kembali.

"Enggak mau! Kalian pergi aja deh, gausah sok peduli sama aku pake jemput segala."

"Kasihan supirnya, Kalaia."

"Nggak peduli, jangan sok akrab." Tukas Kalaia kesal.

Keenan dan Kaisar kompak saling menahan tawa dibelakang sana, rasanya sangat puas melihat ekspresi dan segala kekesalan dari Kalaia. Apalagi, wajah datar Fabian yang nelangsa itu ketika membujuk istrinya untuk pulang.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang