36. A Gift

8.8K 511 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.

KELOPAK mata Kalaia berkedip cepat, kemudian melemparkan tatapan horror pada sang suami yang terlihat menahan senyum geli. Fabian sangat menyebalkan disaat seperti ini, tidak tahu apa Kalaia kalo salting bisa makan apa aja?!

"Kenapa senyum-senyum?!" Hardiknya pada Fabian. "Pasti kamu mikirin hal mesum ya?!" Tebak Kalaia dengan berekspresi galak.

Fabian tidak bisa lagi menahan tawanya, lepas begitu saja ketika wajah istrinya merah padam. Sangat menggemaskan sampai Fabian berniat untuk menerkamnya saat ini juga. Kalaia dibuat makin kesal karena jantungnya kian berdebar tidak karuan, kekehan berat Fabian terdengar sangat merdu dan seksi membelai pendengarannya. Astaga ... kenapa sekarang justru Kalaia yang berpikiran ke arah sana?!

"Kamu cantik." Lontar Fabian ketika tawanya mereda.

Kalaia mendengkus angkuh, "Mas Bian kemana aja selama ini?" Balasnya.

Suaminya kembali dibuat tertawa oleh jawaban percaya diri tersebut, Fabian lantas menegakkan tubuh-meraih pinggang Kalaia dan membawanya lebih dekat. Kalaia diam menurut dan refleks memeluk leher suaminya ketika tubuhnya dibawa ke atas pangkuan laki-laki tersebut.

"Dan saya sangat beruntung karena perempuan cantik ini menjadi istri saya." Ucap Fabian setengah menggoda istrinya.

Jangan teriak Kalaia ... Harus jual mahal! Gaboleh gampang mleyot sama gombalan receh Fabian.

Melihat wajah Kalaia yang masih cuek ia lantas kembali berujar, "Saya jadi ingin punya anak perempuan, harus mirip kamu. Pasti dia cantik sekali." Kali ini Fabian mengusap sisi wajah istrinya yang kembali merona.

Dalam hati Kalaia sudah menjerit kesenangan, kalau gini gimana nggak mleyot coba?!

"Memang mas Bian sudah siap punya anak lagi? Kalau sudah mau berapa buntut lagi?" Kalaia justru bertanya balik.

Tanpa ragu suami Kalaia itu mengangguk, menyeringai tipis sebelum menjawab pertanyaan istrinya. "Siap, dan berapapun saya tidak masalah. Asalkan kamu yang jadi ibunya."

"Sebelas cocok?" Kalaia menatap suamianya dengan kerlingan menggoda.

Fabian lantas merespons, "Copy rihgt, Mam."

Keduanya lantas tertawa bersama, menikmati percakapan random yang cukup mendebarkan seperti ini. Memiliki seorang merupakan harapan Kalaia selepas ia menikah, meski tidak menentukan targetnya harus di usia berapa ia harus punya anak. Anak baginya adalah anugerah, titipan, dan sesuatu yang tidak bisa disepelekan artinya. Anak adalah bentuk ujian dan pengajaran bagi setiap orang tua dalam sebuah hubungan pernikahan.

"Mas, aku siap." Setelah beberapa lama, akhirnya kalimat itu keluar dari bibir Kalaia. Memberikan tatapan serius saat netra kelam Fabian menyorotnya penuh tuntutan. "Sejak awal aku sudah bilang, kan, kalau setelah kita menikah apapun yang ada di diri aku itu milik kamu. Jadi ... Kalau Mas Bian ingin, aku nggak keberatan." Lanjutnya tanpa ragu.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang