22. Sweet

9.1K 496 15
                                    

Hey buddy's!
Jamgan lupa follow dan selalu tinggalkan jejak di cerita ini.

And let's be friends dengan follow Instagram yang aku terakan di BIO

@anggiregitaaa

⚠️SELAMAT MEMBACA⚠️

KALAIA merasa dirinya lapar, tapi ini sudah malam dan dia juga tidak tahu ingin makan apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KALAIA merasa dirinya lapar, tapi ini sudah malam dan dia juga tidak tahu ingin makan apa. Akhirnya dengan sangat terpaksa ia menghubungi Leo-Si bandar makanan.

Kalaia mendial nomor Leo, melakukan panggilan suara pada laki-laki itu.

"Hallo, Le." Sapa Kalaia saat panggilan tersambung.

"Kenapa La? Kangen?"

Respon dari Leo membuat Kalaia mendadak mual. Memutar matanya malas, Kalaia membalas lagi. "Le, mau minta tolong. Lagi sibuk nggak?"

"Enggak sih ... mau minta tolong apaan?" Balasan Leo membuat Kalaia tersenyum.

"Gue laper, lo ada nyimpen makanan nggak di rumah sakit?"

Leo terdengar tengah bergumam pelan, kemudian ia menjawab. "Kayaknya di kulkas gue masih ada nasi instan deh, soalnya gue belum ngerasa makan sejak beli kemaren. Lo ambil aja ntar tinggal diangetin, kuncinya lo ada kan?"

Kalaia mengangguk, "Ada, makasih ya Leo. Nanti gue ganti yang banyak."

Leo tertawa renyah, "Santai bestie, kayak sama siapa aja sih lo. Tapi kalo mau diganti gue boleh request nggak nih?"

"Maunya!" Dengus Kalaia. "Tapi gak pa-pa lah, sekali-kali. Makasih ya bestie."

"Yoii, gue tutup ya cepet sembuh lo. Dadahh."

"Bye, Le." Kalaia menutup panggilannya, dan segera bergegas untuk mengambil makanan di ruang kerja Leo.

Kalaia membuka pintu, namun ia langsung terkejut melihat kehadiran seseorang yang berdiri disana dengan wajah pucat.

"Sharon?!" Kejut Kalaia.

Gadis itu tersenyum begitu bahagia ketika bisa melihat secara langsung keadaan dokter muda tersebut.

"Kak Kala ..." Panggil Sharon yang nyaris terdengar bagai bisikan.

Kalaia mendekat, menyentuh kedua pundak gadis itu, "Kamu kok ada disini? Orang tua kamu kemana kok kamu kesini sendirian?" Ia bertanya khawatir.

Sharon sangat ingin menangis, bagaimana bisa perempuan ini masih bersikap baik kepadanya bahkan setelah ia hampir meregang nyawa hanya untuk menyelematkannya dari insiden bodoh itu.

"Kamu kenapa?" Melihat wajah Sharon yang sangat pucat membuatnya begitu khawatir.

"Maafin aku kak ... maaf." Sharon terisak, enggan menatap Kalaia sebab merasa bersalah.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang