34. Di Bawah Hujan

7.9K 411 3
                                    

🎶Playlist; Sayap Pelindungmu
The Overtunes

🎶Playlist; Sayap PelindungmuThe Overtunes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.

OPERASI Narion berjalan dengan lancar, dan kabar baiknya anak manis itu sudah diperbolehkan pulang tiga hari setelah pemulihan. Ini hari terakhir Narion di sana jadi Kalaia sudah mulai membereskan pakaian anak manisnya tersebut. Sejujurnya bukan hanya pakaian, ada mainan dan hadiah yang bejibun dari para sepupunya—sampai Opa Pramu.

Kamar Narion sampai sesak rasanya, karena hadiah-hadiah itu menghabiskan setidaknya setengah dari ruang rawat putranya.

"Ya Allah kenapa keluargaku sangat bar-bar," Keluh Kalaia, menyangga kepalanya dengan frustasi.

Sementara Fabian justru terlihat biasa, ia diam namun membantu Kalaia untuk membenahi barang-barang Narion. Lagipula mainan sebanyak itu juga tidak akan membuat rumahnya jadi sempit, pikirnya. Jadi biarkan saja.

"Bubu ..." Narion memanggil.

Kalaia yang tadi nampak frustasi langsung menoleh dengan wajah ceria. "Ya sayang?" Secepat itu ekspresinya berubah.

Narion tersenyum padanya, kemudian berkata. "Bubu, Ion boleh jalan-jalan?"

Kalaia menatap suaminya, kemudian memutus pandangannya sepihak. "Ion bosan ya?" Tanggapnya.

Dengan lugu anak itu menganggukkan kepalanya, "Mau lihat ikan." Katanya.

Kalaia tersenyum, ia merasa begitu lega ketika melihat bagaimana perubahan Narion sekarang. Anak manis itu tidak lagi hanya diam ketika ingin atau hendak melakukan sesuatu, mulai bisa mengutarakan apa yang harus dan tidak perlu ia lakukan. Seperti berpikir, Kalaia punya umur anak 5 tahun atau 20 tahun sih? Kenapa dia bisa sedewasa itu.

"Boleh."

"Tidak boleh."

Kalaia menoleh, begitupula dengan Fabian. Keduanya saling melirik sengit dengan mata menyipit. Kalaia tersenyum lebih dulu sebelum menghampiri sang suami di dekat sofa.

"Aw!" Fabian mengaduh dengan wajah datar. Menatap Kalaia dingin seolah bertanya 'Ngapain lo nyubit gue bangke?!'

"Kalau ngomong sama anak itu jangan asal! Nanti dia salah tangkep." Kalaia melotot pada suaminya tersebut. Kemudian berkata sesuatu dengan nada sedikit berbisik. "Kalau sama anak jangan langsung bilang 'enggak boleh' itu nggak baik buat perkembangannya, kebiasaan itu bisa memicu anak terbiasa berbohong karena apa-apa selalu dilarang." Papar perempuan cantik itu.

Fabian menghela nafas, kemudian kepalanya tertoleh pada wajah lugu sang anak yang duduk bersila di atas tempat tidurnya. Fabian menangkap kerisauan dimata anaknya tersebut.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang