8. About Kalaia

10.8K 605 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




SENYUM Kalaia kian melebar tatkala melihat anaknya makan begitu lahab, meskipun hanya lewat panggilan Video namun rasanya begitu menggembirakan.

"Habis makan langsung bobo ya. Babay sayangnya Bubu, I love you!" Seru riang Kalaia seraya melambaikan tangan pada layar ponsel.

Terlihat dari benda persegi yang Kalaia pegang, Narion tertawa kecil dengan mata menyipit lucu—anak itu lantas melambai dengan senyum hangat. "Love you too Bubu, sampai bertemu di rumah. Papay!"

Kalaia memberi lambaian terakhir sebelum benar-benar menutup panggilan tersebut. Perempuan itu manarik nafas amat dalam, kemudian melepaskannya perlahan. Hari ini dirinya harus lembur karena ada dokter jaga yang terpaksa libur karena istrinya sakit keras. Dan, Kalaia secara suka rela menawarkan jasanya.

Hal seperti ini sudah biasa ia alami, entah saat dulu masih koas sampai menjadi dokter tetap di rumah sakit ini. Namun semenjak menikah, sebisa mungkin Kalaia mengurangi kegiatannya di rumah dan bekerja sesuai jadwal.

Kamar VIP 076 bangsal Flamboyan, ini adalah kamar pasien terakhir yang akan ia cek malam ini. Penghuni di kamar tersebut adalah yang paling dekat dengannya selama satu tahun terakhir ini.

Kalaia meraih gagang pintu kemudian mendorongnya ke dalam, senyumnya kontan mengembang saat menemukan sosok gadis belia yang tengah sibuk bermain tab di atas brankar. Mimik wajahnya begitu serius—dengan jemari yang terus menggulir layar ke berbagai arah berbeda sampai tidak sadar akan kehadirannya.

"Serius banget, lagi ngapain sih?" Kalaia bertanya.

Gadis bernama Sharon itu berdecak lirih tanpa mengalihkan tatapannya dari tab. "Ya menurut kamu aja aku lagi ngapain? Nyuci baju apa main catur?!" Balasnya ketus.

Kalaia melipat bibirnya kedalam—menahan tawa karena gadis itu masih tidak sadar. Ia lantas kembali bertanya, "Bukannya kamu lagi mancing ya?"

Sharon meletakkan tab miliknya di atas paha, mendengkus kesal. "Mancing apaan? Mancing emosi?!"

"Kalo basa-basi jangan yang—" Dengan kepala yang tertoleh pada si penanya, Sharon menghentikan kalimatnya.

"KAK KALAIA!" Kini gadis itu memekik antusias. Ia langsung turun dari brankar dan berlari untuk memeluk tubuh dokter muda itu.

Tawa Kalaia menguar rendah ketika tubuhnya diterjang begitu kuat sampai dirinya terhuyung beberapa langkah ke belakang. Sharon memeluk pinggangnya erat.

"Kangen ..." Gadis itu merengek seperti anak kecil. Membuat Kalaia terkekeh sembari terus mengusap rambut sebahu gadis tersebut. "Baru satu bulan Sharon, nggak selama itu ah." Ujarnya.

Melepas pelukannya kesal, Sharon menampilkan wajah jutek untuk Kalaia. "Satu bulan itu lama ya! 30 hari dengan 720 jam, 43.200 menit. Udah sampe situ aja, detiknya gausah soalnya capek ngitung—Pokoknya lama banget." Bibirnya cemberut dengan mata yang melirik kesal.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang