24. Sugar

8.9K 497 10
                                    

~SELAMAT MEMBACA~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~SELAMAT MEMBACA~

.
.
.

Keenan Arga Pramoedya, sosok laki-laki dewasa yang banyak digandrungi bahkan dari berbagai kalangan. Perawakan yang tegas dan berwibawa dihadapan publik nyatanya hanyalah sebuah topeng yang selama ini ia gunakan untuk menipu seluruh dunia.

Saat ini, kaki yang selama ini menopangnya agar tetap berdiri tegap membawa pada sebuah tempat yang begitu luas dan beralaskan hamparan rumput hijau yang berembun. Angin dingin yang begitu menusuk kulit menjadi salah satu hal yang paling Keenan sukai ketika berada di sana, memejamkan mata sembari menghirup udara segar penyejuk segala ruang di dalam tubuhnya.

Disinilah Keenan melepas topengnya, membukanya dengan suka hati karena tidak ada satupun orang yang akan melihatnya. Laki-laki berumur 47 tahun itu memasang wajah datar dengan tatapan yang berpendar rapuh, menatap batu nisan berwarna abu-abu bertuliskan dengan indah nama mendiang Istrinya. Kemala Ayudiana. Sudah hampir dua belas tahun berlalu semenjak mereka berpisah, dan tujuh tahun setelah kepergiannya—Namun perasaan yang Keenan bawa tetaplah sama.

Keenan meletakkan setangkai bunga mawar putih diatas batu nisan istrinya, menatap sendu penuh kerinduan yang sukar ia sembunyikan dibalik wajah datarnya.

"Maaf atas kegagalanku sebagai seorang suami, Kemala." Tuturnya lirih.

Keenan menunduk seraya memejamkan mata, menikmati rasa sesak yang terasa mencengkeram kuat di dalam sana. Pernikahan mereka yang gagal, dan hampir memecah belah keluarganya dulu murni kesalahannya yang tidak mampu mempertahankan segalanya termasuk Kemala.

"Anak-anak sudah dewasa, Kaisar dan Kalaia tetap menjadi hal yang luar biasa dalam hidupku. Mereka adalah harta yang paling mengesankan." Keenan berkata, tatapannya perlahan menajam seiring air mata yang siap meluruh dari matanya.

"Kalaia sudah menikah, mereka terlihat harmonis." Keenan terkekeh pedih. "Setidaknya dihadapan semua orang, termasuk aku sendiri."

Keenan tidak buta, bahkan ketika dulu putri sulungnya itu mengenalkan Fabian padanya semua sudah terlihat begitu jelas. Tidak ada tatapan saling memuja seperti pasangan lain pada umumnya. Keenan tahu segalanya, namun ia pun tidak bisa berbuat lebih. Itu pilihan putrinya, dan dia hanya bisa menerima dan memberi do'a agar mereka berdua selalu baik-baik saja.

Sejauh ini, Fabian memang memperlakukan putrinya dengan baik, menjaganya dari segala hal. Namun itu belum cukup untuk membuat Keenan percaya kalau menantunya dapat menggantikan perannya sebagai penopang hidup putrinya tersebut.

"Ah—Aku lupa bilang tentang suatu hal, kita sekarang sudah punya cucu. Namanya Narion." Ucap Keenan sambil tersenyum.

Ia lalu kembali berkata, "Anak itu sangat manis, saat pertama kali melihat wajahnya aku langsung jatuh cinta. Mungkin itu juga yang menjadi salah satu sebab Kalaia ingin menikah."

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang