~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.
.KALAIA menunggu kedatangan suami dan putranya di lobbi rumah sakit, usai jam istirahat Fabian berkata sedang dalam perjalan menjemput Narion di sekolah. Senyum Kalaia kontan mengembang saat mendapati mobil suaminya memasuki area rumah sakit, perempuan itu melambai lambaikan tangan kecilnya.
Mobil hitam milik Fabian berhenti tepat dihadapan Kalaia, saat pintu mobil terbuka spontan dia berdecak. Kalaia sudah bilang pada suaminya agar tidak berpakaian mencolok, dia tidak mau perempuan lain menikmati wajah tampan suaminya. Tapi lihatlah sekarang, meski hanya menggunakan kemeja dan celana kain saja dia masih tampan. Kalaia jadi kesal.
Rambutnya yang sedikit berantakan serta lengan kemeja yang digulung hingga siku, apa tidak membuat kaum hawa kepanasan. Kurang ajar! Batin Kalaia mencibir.
Sementara Fabian yang baru saja membantu Narion membuka pintu langsung keheranan, wajah kesal yang digunakan untuk menyambutnya agak membuatnya merinding. Spontan dia melihat penampilannya sendiri, memastikan apa ada yang salah.
Apa pakaiannya kurang jelek?
Tapi ini adalah penampilan Fabian paling tidak rapih, sesuai permintaan istrinya tadi pagi.
Tanpa menghiraukan Fabian, Kalaia segera mengambil alih Narion—menggandengnya dan berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Meninggalkan Fabian sendiri, hanya bisa menatap kepergian mereka dengan wajah datar dan helaan nafas berat.
Sampai di ruangan yang tertera nama dr. Siska Artena, Sp.OG.
Kalaia sudah membuat janji sebelumnya dengan salah satu dokter senior di tempatnya bekerja, dan sangat beruntung karena hari ini jadwalnya sedang senggang. Padahal biasanya jam terbang dr. Siska tidak pernah ada habisnya.
Kalaia mengetuk pintu ruangan dokter Siska, setelah mendengar seruan kata 'masuk' dia menoleh pada suaminya dan mengangguk.
"Selamat siang dokter Siska, saya permisi masuk ya." Kalaia membuka pintu, tersenyum saat dokter senior itu menyambutnya dengan hangat.
"Duduk Kalaia, Pak Fabian, oh ... Ini pasti Narion ya?" Dokter Siska mengalihkan atensinya pada sosok kecil yang digandeng oleh Kalaia, "Umur berapa sayang?" Ia coba bertanya.
Narion tersenyum lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan itu, "Enam tahun, dokter."
"Wah ... Pintar sekali," dokter Siska tersenyum ramah.
Kalaia ikut tersenyum, melihat Narion yang tidak lagi ragu atau malu menjawab pertanyaan orang lain. Fabian duduk disamping Kalaia, sembari memangku putranya. Melirik wajah istrinya sekilas, lalu fokus pada dokter Siska yang mulai membuka laporan di meja.
"Saya mulai saja ya, oke Kalaia, menurut catatan disini, gejala yang kamu rasakan hanya pusing benar dan beberapa kali mual?" Dokter Siska membacakan analisanya, dan hal itu dibenarkan oleh Kalaia.
KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK
Teen FictionPramoedya Series ke-2 Cerita ini punya rate 17+ [harsh world, sensitive topic, skin-ship, kissing, smoking, suicide, etc. Jadi harap bijak dalam memilih bacaan. *** Di umur yang telah menginjak seperempat abad ini, banyak hal yang harus Kalaia tunta...