~SELAMAT MEMBACA~
.
.
.
.
.GALANG menatap laki-laki dihadapannya ini cukup serius.
"it's been a long time." Lontar Galang.
Kening Satria mengerut dalam saat merasakan cairan alkohol melewati kerongkongannya, sensasi panas sekilas terasa membakar sekaligus nikmat. Beberapa saat kemudian, dia membalas ucapan Galang. "Lo mau bahas apa?"
Seolah bisa menebak isi pikiran Galang. Laki-laki itu menanti jawaban sembari menyesap rokok elektriknya, menghembuskan asap keatas dari sela bibir dan hidungnya.
"Gimana lo sama Zetta?" Alih-alih menjawab, Galang juatru mengalihkan pembicaran.
Satu alis Satria terangkat, "We're good, how about you and your baby girl huh?"
"Who?"
"That Actress, Sonia Feredika."
Mendengar nama itu kontan nafas Galang terdengar berat, dia lantas mengedik ringan, "Dia spesies gila, psikopat, bikin naik darah, rewel, manja. Lo bisa nilai sendiri kenapa gue punya darah tinggi." Kesal, Galang lalu meneguk hingga tandas gelas berisi Wine.
Satria tertawa, mengejek. Dia sudah tahu alasan mengapa Galang mengajaknya untuk minum. Pasti ada sesuatu yang membuatnya kesal atau suasana rumahnya yang sedang kacau sampai dia lari ke apartement. Fabian absen, dia tidak mungkin meninggalkan istrinya yang sedang hamil sendirian di rumah. Mereka memaklumi.
"Akhirnya lo ketemu lawan yang sepadan. Sama gilanya." Sahut Satria.
Galang memijit pelipisnya, memikirkan Sonia sama dengan menambah beban hidupnya. Tapi, dia juga yang secara tidak langsung membawa Sonia masuk dalam hidupnya. Job with benefits yang sudah mereka sepakati sebelumnya masih berjalan hingga detik ini. Sonia meminta perlindungan Galang agar ayahnya tidak berani mencampuri kehidupan pribadinya lagi, hal itu disanggupi oleh Galang. Sebagai imbalan, Sonia harus membantunya untuk bisa menjadi anggota dewan pada dinasti pemerintahan yang dibentuk oleh Kakek Galang.
Sonia memiliki garis keturunan darah bangsawan, selain bekerja sebagai aktris dia juga punya banyak relasi dalam dunia politik lantaran pamannya adalah seorang anggota DPR.
"Jadi, lo serius mau terjun ke dunia politik?" Satria menatapnya skeptis, "Bukan lo banget." Dia mencibir.
Mata Galang berputar malas, "Kalau bukan karena bokap, gue juga males. Kampanye, pencitraan, itu bikin gue muak tapi gue gak ada pilihan sekarang." Kalimatnya terdengar sedikit putus asa.
Ayah dan Ibu Galang tidak pernah memaksanya untuk terjun ke dunia politik, hanya saja dinasti yang bangun oleh kakek Galang tidak boleh berakhir di tangan Om-nya yang gila kuasa dan tamak itu. Nama baik keluarga Galang menjadi taruhannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK
Teen FictionPramoedya Series ke-2 Cerita ini punya rate 17+ [harsh world, sensitive topic, skin-ship, kissing, smoking, suicide, etc. Jadi harap bijak dalam memilih bacaan. *** Di umur yang telah menginjak seperempat abad ini, banyak hal yang harus Kalaia tunta...